Hollow City (Miss Peregrine's Home for Peculiar Children #2)


Judul : Hollow City (Miss Peregrine's Home for Peculiar Children #2)

Penulis : Ransom Riggs

Penerbit : Quirk

ISBN : 9781594747359

Tebal : 428 Halaman

Blurb :

This second novel begins in 1940, immediately after the first book ended. Having escaped Miss Peregrine’s island by the skin of their teeth, Jacob and his new friends must journey to London, the peculiar capital of the world. Along the way, they encounter new allies, a menagerie of peculiar animals, and other unexpected surprises. Complete with dozens of newly discovered (and thoroughly mesmerising) vintage photographs, this new adventure will delight readers of all ages.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Buku Kedua Gimana?

Setelah buku pertama yang membuatku kiciwa, aku memutuskan untuk lanjut baca buku kedua (teringat motto gembel itu!). Aku masih membacanya secara online, tanpa translate juga, dan rasanya buku ini memang membantuku mengasah bahasa Inggris. Buku kedua aku baca dengan tempo yang jauh lebih cepat dari buku pertama, meskipun memakan lebih banyak kuota karena foto-fotonya juga makin bertebaran. Di satu sisi aku menyukainya, di sisi lain kumenangis juga karena pengurasan kuota ini. Ihiks ... ihiks ....

Satu lagi poin tambahan untuk serial ini, yaitu covernya yang konsisten. Aku menghargai penulis-penulis yang menyesuaikan tema cover buku-buku seriesnya. Beberapa penulis tidak memikirkan itu, memakai cover semaunya tanpa memedulikan kenyamanan lemari buku para pengkoleksi! (Padahal aku nggak koleksi buku ini). Ya sudahlah!

Tanpa banyak basa-basi lagi. Yuk, mari kita terjun ke dunia Peculiar, bersama anak-anak Peculiar. Kali ini tidak akan ada perbandingan dnegan film karena memang gak ada filmnya h3h3 ....

B. Plot

Akibat serangan Hollowgast dan Wight yang menculik para Ymbryne, rumah anak-anak Peculiar (atau biasa disebut Loop) pun hancur. Tanpa Loop, anak-anak Peculiar dalam bahaya, mereka akan menua secara drastis, juga semakin mudah diburu oleh para Hollowgast dan Wight. Keadaan diperparah dengan kondisi Miss Peregrine yang sakit sehingga tidak bisa berubah kembali menjadi manusia. Anak-anak Peculiar pun berkelana mencari Loop baru yang bisa mereka huni, sekaligus mencari Ymbryne lain yang bisa menyembuhkan Miss Peregrine.

Tidak cukup dengan karakter bejibun di buku pertama? Maka di buku kedua ini, karakter yang akan kalian temui pun semakin bejibun. Dari mulai Loop berisi Hewan-hewan Peculiar, Suku Gypsy Peculiar, serta orang-orang sirkus Peculiar. Belum lagi Peculiar-peculiar lain yang senasib dengan mereka, terlantar karena Loop yang rusak. Namun, Jacob DKK tidak bisa tinggal di Loop tersebut karena tidak ada Ymbryne yang bisa membantu Miss Peregrine, sedangkan wanita itu semakin sekarat.

Seperti yang kubilang tadi, penambahan tokoh di sini sangaaaaaat banyak, bahkan aku belum menyebutkan Hollowgast dan Wight yang juga berperan. Akan tetapi, entah kenapa ini tidak terlalu mengganggu (ya ... sebenarnya agak mengganggu), mungkin karena mereka datang dan pergi cukup cepat, tapi tidak buru-buru. Misalnya hewan-hewan Peculiar yang cuma berperan memberi tahu Jacob DKK kalau di London masih ada Ymbryne yang belum diculik. Atau para Gypsy Peculiar yang cuma mengantar mereka ke tempat aman, sekalian melindungi dari para Wight.

Aku juga lebih suka andil setiap tokoh dalam buku ini. Mereka semua meningkat biarpun cuma sedikit. Untuk pertama kalinya mereka tidak menyia-nyiakan kemampuan, meskipun masih saja mereka baru menggunakan kemampuan itu pada detik-detik terakhir. Untuk Jacob sendiri ... aku udah pasrah sama dia! Gak ada harapan, cuma plonga-plongo doang sepanjang cerita. Ditambah menggalau karena udah ninggalin keluarganya, tapi juga tetap bucin ke Emma. Belum lagi jadi penyakitan karena kemampuannya ternyata punya efek samping. Dasar orang nyusahin! Percayalah, sangat susah menyukai Jacob, padahal dia tokoh utama yang digadang-gadang menjadi penyelamat para Peculiar. Aku sih 'NO', gak tau Mas Danieh ....

Ketidakkonsistenan lain dalam buku ini adalah pada tujuan anak-anak Peculiar didikan Miss Peregrine. Mereka kesal dan tidak terima ketika orang-orang Peculiar yang lebih dewasa membimbing mereka atau menyuruh mereka berlindung saja. Mereka bilang bahwa mereka pasti bisa bantu, serta tidak mau berdiam diri seperti orang lemah. Eh tapi, pas diminta masuk pasukan khusus untuk melawan Hollowgast, mereka malah nolak. Bilangnya, "Bukan tugas kami untuk melindungi orang-orang!" Helloooowww ... jadi kelean semua mau ikut andil dalam hal apa nich? Bantu doa doang kah? Jadi tim hore kah?

Yah ... mungkin karena mereka masih anak-anak jadi pikirannya masih acakadut dan tidak konsisten (Padahal mereka sendiri bilang kalau umur mereka udah ratusan tahun).

Beberapa hal yang kusukai dari buku kedua ini mungkin dari kisah di balik foto-foto antiknya yang kini lebih menarik. Bukan macam buku pertama yang cuma perkenalan atau deskripsi ala-ala, atau kisah cinca Abe dan Emma. Di buku kedua ini, latar belakang di balik foto-foto antik itu lebih tragis juga dark, sesuai kemauanku banget di buku pertama. Dongeng batu raksasa dan hewan-hewan hutan juga bikin terenyuh. Kalau ada aku mau dengar lebih banyak tentang dongeng-dongeng orang Peculiar hueheheh.

Satu lagi, dan yang paling-paling-paling menarik dari seluruh buku, yaitu Plot Twist di akhir cerita yang nggak terduga sama sekali. Aku nggak akan kasih spoiler terlalu banyak, tapi wah, wah, wah. Itu satu-satunya adegan yang bikin mataku menganga dan mulutku melotot (tebalik).

C. Penokohan

Meskipun aku bilang penokohan buku kedua ini lebih bagus, tetap saja tidak terlalu signifikan. Bahkan si Jacob Brekele itu tidak ada perkembangannya barang siprit selain dia sekarang penyakitan akibat kemampuannya punya efek samping, dan dia jadi sad boy karena kangen mama-papa di rumah, tapi juga gamau pulang kalo nggak sama Emma, tapi juga mau hidup normal, tapi juga dia gak punya temen di dunia normal, tapi juga dia mau jadi pahlawan, tapi juga dia takut jadi pahlawan. Oh, i hate this boi.

Emma, jadi pemimpin di sini, tapi aku heran kenapa dia yang ajdi pemimpin karena seringnya keputusan diambil bersama-sama. Bahkan Millard lebih banyak memecah teka-teki dan lebih cocok jadi pemimpin. Kemampuan api Emma yang aduhai itu juga lebih sering dipake buat lampu daripada buat menyerang. Aku teh gapaham kenapa Elemen api begono disia-siakan jadi bohlem doang! Eh, ditambah lagi semua orang (dari orang biasa, Peculiar, sampe Wight) suka sama Emma bahkan selalu menggodanya, karena dia CANTIK! Sumpah ya ni orang secantik ape si?

Enoch masih seperti dulu, sinis, tukang sindir, selalu jadi yang paling nyebelin. Di sini dia benar-benar jadi ... apa ya sebutan yang cocok? Mungkin EMO, tapi lebih ke Emo pemarah, dan suka hal-hal berbau kekerasan. Udahlah, pokoknya Enoch mah cuma berperan sebagai Bad Boi di sini. Bad Boi yang selalu menentang keputusan temantemannya. "I'm not like other Boi!"

Millard. Ah, akhirnya sampai di tokoh kesukaanku! Millard itu otaknya paling dingin, pemikirannya paling panjang, menggunakan kemampuannya dengan baik (mengendap-endap dan mencurry). Apa lagi di buku kedua ini terlihat kalau dia anak berempati tinggi. Saat ada anak suku Gypsy yang memiliki kemampuan sama sepertinya (tidak terlihat) dia menenangkan anak itu. Bilang bahwa itu bukan masalah besar, dan dia masih bisa melakukan segalanya dengan normal. Ya ampun Millard ... untung ada elu. Kalo sepanjang jalan cuma disuguhin Jacob brekele doang sih bisa mumet otak ini!

Brownwyn dan Olive. Aku gabungkan mereka berdua karena peran mereka benar-benar seperti Ibu ayam (Brownwyn) yang mengangon anaknya (Olive). Jujur, aku suka hubungan antara kakak-adik yang sangat akrab, tapi untuk kasus Brownwyn dan Olive itu berlebihan. Dikit-dikit berpelukan, dikit-dikit gendong-gendongan, dikit-dikit nangis-nangisan. Interaksi mereka benar-benar cuma begitu doang sepanjang cerita Olive galau, Brownyn meluk. Yah ... sisi baiknya kita semua tahu kalau Brownwyn benar-benar keibuan, meskipun badannya seterong.

Hugh. Selain andilnya yang besar dalam menyelamatkan teman-temannya dari Wight, kerjaan dia sepanjang buku cuma menimpali orang lain ngomong doang.

Horace, Gak tau deh ini anak tujuannya ikut buat apa selain jadi pawang merpati. Eh, dia memang beberapa kali punya penglihatan tentang masa depan, cuma itu masih belum tentu dan cuma sekali-dua kali disebut.

Fiona, Claire, dan Twins absen dari perualangan ini. Mereka tinggal di Loop milik hewan-hewan Peculiar yang salah satunya bernama Addison, anjing pintar yang bisa menghisap cerutu. Aku suka anjing ini, dia tegas, pemimpin yang baik, juga bertanggung jawab mengurus teman-temannya sesama hewan Peculiar.

Anak-anak Peculiar yang terlantar Joel-Peter, si kembar yang bisa melihat dalam gelap, tidak bisa dipisahkan, selalu bicara bergantian seperti echo. Milena, yang  kemampuannya ... aku lupa! Teru ada Esme dan kakaknya yang kemampuan Peculiarnya "gak ada".

Lalu akhirnya ada Miss Wrenn satu-satunya Ymbryne yang belum diculik oleh Wight. Dia yang mengobati Miss Peregrine.

Lalu ada orang-orang karnaval Peculiar ....

AAARRGGHHH!!!!! TERLALU BANYAK TOKOH!

Yah, untuk tahu lebih jelasnya, silakan kalian baca saja bukunya langsong. (pijat pelipis)

D. Dialog

Seperti buku sebelumnya, dialo paling menarik dari segitu banyaknya tokoh dalam buku ini adalah dialog Millard. Dia yang paling punya ciri khas, paling enak dibaca, dan paling unik. Selanjutnya mungkin Enoch, meskipun cici khasnya cuma sinis dan tukang sindir, setidaknya masih bisa dibedakan. Lalu Brownwyn yang dialognya selalu menenangkan anak-anak, kayak tambahan My Love, Dear, atau Darling (sebenarnya itu manis juga)

Bagaimana dnegan dialog Jacob dan Emma? Duh-duh haruskah kita membahas mereka? Jacob gak akan punya dialog kecuali untuk Emma, begitu juga sebaliknya. Yap, mungkin itu kesimpulan dua tokoh utama kita. Karena sudut pandang masih kepada Jacob, dia jarang bicara, lebih sering mendeskripsikan sesuatu dari penglihatan.

Untuk tokoh lain tidak ada yang istimewa, kadang mereka berdebat, saling sahut dengan intonasi dan dialog tag yang sama. Ini pasti salah satu kelemahan dari kebanyakan tokoh. Tiap dialognya tidak memiliki ciri khas, dan semakin sulit mendalami masing-masing tokoh.

E. Gaya Bahasa

Masih memiliki kosa-kata yang mudah dimengerti pemula. Penggambaran dunianya terkadang terlalu cepat. Kalau tidak ada bantuan dari foto-foto antik, mungkin pembaca akan sulit memahami maksud si penulis. Beberapa Peculiar (kemampuan) pun agak sulit diterjemahkan ke bahasa Indonesia (menurutku), kayak susah dicari padanan kata yang tepatnya, padahal aku tahu apa arti kata itu.

F. Penilaian

Plot : 3 (nilai lebih untuk Plot Twist)

Penokohan : 2 (terlalu banyak, aku gabisa diginiin!)

Dialog : 2,5

Gaya bahasa : 3

Total : 2,7 Bintang

G. Penutup

Konsep masih sama, foto-foto antik yang misterius dan unik masih membuatku terpacu untuk membaca novel ini lebih lanjut. Meskipun pengembangan tokohnya dan cerita secara keseluruhan menjatuhkan ekspektasiku, tapi aku punya soft spot untuk buku ini, berserta semua foto-foto antik di dalamnya. Dan untungnya ada Millard yang selalu bisa membuat semangatku naik, saat dibikin gondok dengan tingkah Jacob.

Apakah aku akan melanjutkan seri ini, yang ternyata ada 6 buku? Tentu saja! Aku suka konsep buku ini, sekalipun eksekusinya memble, dan hampir semua karakternya tidak aku sukai. Aku tetap penasaran dengan foto-foto antik yang disajikan dan bagaimana penggambaran penulis tentang foto-foto tersebut. Meskipun penulis menyebutkan sumber foto-fotonya, aku tetap penasaran bagaimana pembuatan buku ini. Menyusun foto dulu, baru cerita atau bikin cerita dulu baru mencari foto yang cocok? Biarlah hanya Tuhan dan Ransom Rigg yang tahu.

Nah, sekian dulu review kali ini. Sampai jumpa di review Miss Peregrine dan anak-anak Peculiar selanjutnya. (Adooh, ketemu Jacob lagi!)

Sampai jumpa ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan