Britt-Marie was Here
Penulis : Fredrik Backman
Penerbit : Atria Books
ISBN : 9781501142536
Tebal : 324 Halaman
Blurb :
Britt-Marie can’t stand mess. A disorganized cutlery drawer ranks high on her list of unforgivable sins. She is not one to judge others—no matter how ill-mannered, unkempt, or morally suspect they might be. It’s just that sometimes people interpret her helpful suggestions as criticisms, which is certainly not her intention. But hidden inside the socially awkward, fussy busybody is a woman who has more imagination, bigger dreams, and a warmer heart that anyone around her realizes.
When Britt-Marie walks out on her cheating husband and has to fend for herself in the miserable backwater town of Borg—of which the kindest thing one can say is that it has a road going through it—she finds work as the caretaker of a soon-to-be demolished recreation center. The fastidious Britt-Marie soon finds herself being drawn into the daily doings of her fellow citizens, an odd assortment of miscreants, drunkards, layabouts.
Most alarming of all, she’s given the impossible task of leading the supremely untalented children’s soccer team to victory. In this small town of misfits, can Britt-Marie find a place where she truly belongs?
MENGANDUNG SPOILER!!!
A. Ah, Sheet Here We Go Again! (versi positif)
Kalian sudah baca nama penulis novel di atas? Jadi kalian juga sudah tahu ke mana arah review ini benar, 'kan?
Maka bagi kalian yang tidak mau membaca review novel bagus dan barokah. Kalian boleh segera KELUAR!!!
Bercanda loh, h3h3 ... Jangan keluar, aku butuh kalian, PLEASE!!!
Begini loh, Antonio ... sumpah aku pun tidak mau selalu memuja-muji Pacc Fredrik Backman secara berlebihan sampai membuat kalian gumoh, tapi apa boleh buat! Karya belio memang selalu layak dipuja-puji! Aku tidak melebih-lebihkan saat aku mengatakan novel karya Fredrik Backman SELALU bagus.
Sayangnya, novel satu ini tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (atau mungkin belum) sehingga pilihanku jelas hanya bahasa Enggres, tidak mungkin kan bahasa aslinya (Swedia), apa lagi mandarin! Tapi ayolah, meskipun buku ini tidak pernah diterjemahkan sama sekali dari bahasa aslinya, aku akan tetap berusaha membacanya.
Aku rela bersusah-payah asalkan itu untuk novel Pacc Backman tercinta (digampar).
Britt-Marie was Here adalah Spin-off dari novel Pacc Backman lain yang berjucul My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry (Ini reviewnya). Ya, judulnya memang sepanjang jalan kenangan, tapi itu alasan novel Pacc Backman unik. Novelnya selalu berjudul panjang tanpa menjadikannya cringe, dan malah membuat penasaran.
Satu hal yang membuatku kurang sreg malah dari segi sampul novel. Bagus dan simple sebenarnya, sayang font segede gaban itu menutupi segala keindahan gambar yang harusnya stand-out. Tapi kembali lagi ... kalau sudah membicarakan Pacc Backman SAMPUL KAGAK PENTING!!!
Nah, tanpa basa-basi-busuk, mari kita mendalami diri seorang wanita berusia 63 tahun bernama Britt-Marie.
B. Plot
Ada baiknya kalian membaca novel My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry sebelum Britt-Marie, walaupun membaca secara acak juga tidak masalah sebab novel ini tidak pernah menyuruh kita mengingat-ingat masa lalu. Tapi kalau kalian punya problem sepertiku yang harus membaca novel secara urut, itulah urutan yang tepat.
Kisah ini menceritakan seorang wanita 63 tahun bernama Britt-Marie yang hendak memulai hidup baru setelah pernikahanya bersama sang suami (Kent) tidak berhasil. Kalian mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa seorang nenek-nenek memulai hidup baru? Bukankah sudah agak terlambat untuk itu?
Namun, memang itulah kisah unik yang disajikan seorang Fredrik Backman kali ini. Bahwa harapan, kejutan, dan cinta bisa terjadi pada seseorang tanpa memandang usia. Untuk Britt-Marie, seorang wanita yang telah melalui banyak hal (dan berhasil), merasa kecewa saat dunia tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya.
Setiap orang punya cara sendiri dalam mengatasi masalah, bagi Britt-Marie cara itu adalah bersih-bersih. Baking soda dan Faxin menjadi sahabat Britt-Marie sehari-hari, sebab dua hal itu selalu bisa diandalkan. Akan tetapi, beberapa masalah terlalu rumit sampai baking soda sebanyak apa pun gagal membersihkannya.
Maka Britt-Marie pergi jauh ke kota antah-berantah bernama Borg, padahal ia benci bepergian. Britt-Marie tinggal di kamar sewaan, padahal ia tidak suka tinggal di tempat asing, yang entah seperti apa kebersihannya. Britt-Marie terpaksa menjadi pelatih sepak bola, padahal ia benci sepak bola setengah mati. Dunia menjadi kacau dan Britt-Marie harus menghadapinya sendiri.
Well, mungkin tidak sepenuhnya sendiri. Beberapa orang asing mendadak masuk ke dalam hidup apik nan tertata Britt-Marie, padahal ia benci hal mendadak seperti itu. Mulai dari pemilik kedai Pizza yang tidak memiliki sopan-santun, pemilik rumah galak, anak-anak tim sepak bola yang semuanya ajaib, sampai polisi duda yang jelas-jelas menyimpan perasaan padanya
Hidup Britt-Marie yang sudah kacau pun bertambah parah, sampai ia berhenti berusaha membuatnya tertata kembali, dan memilih untuk keluar dari dalam kotak, menghadapi semuanya. Terutama berusaha keras menjadi pelatih tim sepak bola yang baik, sebab Tim sepak bola Borg akan mengikuti kompetisi sebentar lagi.
Novel ini banyak mengambil filosofi tentang sepak bola, dan selpan tersebut bukan sembarang tempelan. Malahan selipan itu sangat penting untuk plot cerita. Kalian para penggemar sepak bola mungkin suka atau malah benci selipan ini tergantung bagaimana kalian menangkapnya. Aku sendiri tidak terlalu paham, karena memang KAGA NGERTI!
Misalnya, Tim Tottenham dijabarkan "Selalu memberikan lebih banyak cinta daripada yang didapat."
Atau Liverpool yang dijabarkan "Tidak pernah menyerah!"
Juga Manchester United yang dijabarkan "Mereka selalu menang, jadi mereka mulai berpikir mereka memang layak menang."
Masih ada beberapa tim sepak bola lain, tapi aku lupa nandain, h3h3 ....
Filosofi itu bukan juga sekadar kata-kata kosong, tapi akan mencerminkan karakter tokoh yang mendukung tim tersebut. Ada benang merah dari segala hal, yang nantinya membuat kita memahami kenapa satu tokoh memiliki sifat seperti itu, dari tm sepak bola yang didukugnya.
Cara bercerita seperti itu memang ciri khas Fredrik Backman yang kita semua kagumi, am I right?
Satu lagi hal unik yang menjadi ciri khas Fredrik Backman di setiap novelnya, yaitu belio selalu mengangkat tema Old Love alias kisah cinta antar lansia. Kalau dipikir-pikir, Old Love itu memang sangat Underrated, dan sering diremehkan orang, karena ... entahlah. Orang-orang tua sudah tidak bisa merasakan cinta?
SALAH BESAR!
Cinta di usia tua rasanya lebih tulus, lebih dewasa, lebih 'agung' sebab banyak hal yang sudah terjadi dalam diri masing-masing insan. Segala hal terasa lebih kompleks, lebih membutuhkan banyak pertimbangan juga kematangan karakter. Bandingkan dengan cinta remaja yang hanya sesaat, spontan, penuh nafsu, dan yang paling parah. CRINGE!!!
Itulah juga yang disajikan novel ini. Brit-Marrie dikhianati oleh Kent, tentu saja satu-satunya jalan bagi Britt-Marie adalah pergi dan mengakhiri pernikahan mereka. Namun, apakah dengan begitu semuanya selesai? Nyatanya, Kent sudah terlalu lama menjadi bagian dari Britt-Marie sehingga wanita itu merasa ada sesuatu yang hilang.
Seperti kata Britt-Marie sendiri. Kalian akan merasa sulit meninggalkan seseorang jika sudah tinggal dan berbagi segala hal bersama selama puluhan tahun, bahkan jika orang itu mengkhianati kalian.
Lalu, melihat cara Kent datang berusaha rujuk dengan Britt-Marie, di sisi lain ada Sven (Si Polisi) yang juga ingin mencoba untuk kembali merasakan cinta, setelah puluhan tahun. Cinta segitiga yang secara harfiah RUMIT!
Oh, My heart can't take this! Lupakan Romeo-Juliet! Lupakan Jack-Cal-Rose! Lupakan Edward-Bella-Jacob! Lupakan Geez-Ann-Bayu! Lupakan ... (Siapa dah nama tokoh Mariposeh, lupak kan gua!)
Buka jalan untuk Brit-Marie, Kent, dan Sven sebagai kisah cinta segitiga terbaik abad ini!!!
Pada akhirnya kesimpulan kisah ini tergantung pada pilihan Britt-Marie. Jujurlly ... aku rada kiciwa dengan pilihan Britt-Marie, di sisi lain juga merasa itu memang yang paling adil. Mekipun sebenarnya ending cerita ini menjurus ke cliff-hanger. Ah, mungkin akunya aje yang bodo!
Kabar baiknya, novel ini ternyata sudah diadaptasi film oleh rumah produksi Swedia yang juga menggarap Ove. Ekhem ... persiapkan diri kalian untuk lebih banyak konten Fredrik Backman tahun ini, Huahahaha!
Reaksi kalian saat ini : "NOOO!!!!"
C. Penokohan
Britt-Marie. Wanita berusia 63 tahun yang berusaha mendapatkan pekerjaan baru, atau mungkin kehidupan baru setelah perceraian tidak sah-nya dengan sang suami. Britt-Marie punya semacam OCD di mana dia kecanduan bersih-bersih rumah serta menata peralatan makan sesuai urutan (garpu-pisau-sendok) HARUS URUT SEPERTI ITU!Dia akan menghakimi siapa pun yang melanggar, mengeluarkan komentar pasif-agresif berakibat orang-orang menjauh, atau menyebutnya Nenek Cerewet. Britt-Marie sering mengatakan kalau dia tidak suka menilai orang, tapi tanpa sadar dia melakukan itu kepada semua orang yang ditemuinya.
Somebody. Benar ... namanya cuma ‘Somebody’ sepanjang novel. Entah ini keunikan atau Pacc Fredrik kehabisan nama. Dia adalah pemilik kedai pizza di Borg, orang pertama yang mengajak Britt-Marie berteman dan tetap berusaha meskipun berkali-kali dijudesin. Dialog-dialog Somebody sangat unik, sangat country gorl vibe.
Bank. Pemilik rumah yang disewa Britt-Marie untuk menetap. Orangnya sinis, kasar, dan masa bodo-an. Sebenarnya personality Bank ini hampir mirip Britt-Marie, tanpa kecenderungan bersih-bersih yang parah. Di satu sisi dia menyebalkan, tapi ada masa di mana dia paling bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah.
Sven. Bapacc Polisi yang menyimpan rasa kepda Britt-Marie. Sifatnya wholesome parah, dan dia berdedikasi tinggi pada pekerjaannya.
Kent. Suami, atau mantan suami Britt-Marie yang jalan pikirnya labil, juga tidak menghargai apa pun yang dimilikinya. Padahal dia memiliki segalanya.
Vega & Omar. Untuk menyimpulkan personality mereka, serta pengembangan karakter yang aduhai. Aku hanya akan memberi kutipan dari novel ini. “Vega’s afraid, even though she mainly seems angry. Omar is angry, though you’d probably think he was afraid.”
Sami. Kakak Vega dan Omar. Juga menjadi comfort zone bagi Britt-Marie.
Anak-anak Sepak Bola. CHAOTIC!!!
D. Dialog
Harus berkata apa? Jujur aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkan keahlian Pacc Backman dalam membuat dialog. Setiap tokohnya punya ciri khas tersendiri. Setiap adegan natural, tanpa dipaksa menjadi natural. Belum lagi ciri khas Britt-Marie yang selalu berseru "Ha" jika suatu hal tidak mampu lagi dijabarkan dengan kata-kata.
Aku pribadi paling suka adegan Kent mendatangi Britt-Marie untuk meminta maaf. Atau setiap kali Sven berusaha PDKT dengan Britt-Marie. Oh, Heel Naw!!! Kenapa adegan PDKT ala lansia terasa jauh lebih UwU daripada seluruh novel Romance Watpat dijadikan satu!
Daripada berpanjang lebar, mending langsung saja aku beri beberapa contoh dialog yang aku tandai, sebab sudah berhasil membuat dada bergetar-getar (kagak tau dah artinye apaan).
Britt-Marie being Britt-Marie |
Berani-beraninye si Kent muncul!!! |
Nooo, Sven!!! |
E. Gaya Bahasa
Seperti karya-karya Pacc Backman terdahulu, gaya menulis belio sangat konsisten. Kalian bisa menjajarkan potongan paragraf random dari beberapa penulis yang salah-satunya milk novel Pacc Backman. Aku berani bertaruh, kalian bisa membedakan mana yang karya Fredrik Backman dan mana yang bukan. SEUNIK ITU!
Pertama, rangkaian kalimatnya puitis, tapi realistis. Dalam artian, dia menggunakan banyak kiasan untuk menyampaikan sesuatu, tapi tanpa memakai diksi tidak umum (kayak si itu tuh!). Belio justru menggunakan kata paling sederhana dan paling awam sehingga hasil akhirnya tersirat tapi juga tersurat. (Gimane si ....)
Oh, aku juga suka trivia-trivia tentang membersihkan rumah dari Britt-Marie. Itu sangat menonjolkan kepribadiannya tanpa benar-benar harus dijabarkan terang-terangan.
Yah ... sepertinya aku harus memberi contoh untuk yang satu ini supaya kalian paham apa maksudku, h3h3 ....
Priority!!! |
No words needed .... |
My heart! My soul! |
F. Penilaian
Sampul : 3
Plot : 4
Penokohan : 4,5
Dialog : 4,5
Gaya Bahasa : 4,5
Total : 4,2 Bintang
G. Penutup
What can I say? Ini novel seorang Fredrik Backman, tentu saja reviewnya bakal bagus! Apa lagi yang kalian harapkan dariku?
Novel ini jelas recomended bagi kalian yang menyukai kisah sederhana yang heartwarming, penuh makna kehidupan, serta terhindar dari ke-cringe-an cinta-cinta ala remaja tanggung. Novel ini juga menjadi bukti bahwa Fredrik Backman layak dijadikan panutan.
Ayolah, sudah enam biji novel belio yang kubaca, dan tidak satu pun. Aku ulangi TIDAK SATU PUN ada yang jelek. Sebaiknya kita sudahi review memuja-muji ini sekarang sebelum aku membuat makalah tentang betapa cintanya aku kepada Fredrik Backman.
Sampai jumpa di review lainnya ^o^/
Comments
Post a Comment