Avatar : The Legend of Everyone but Aang

Balada Live Action ATLA

Sejak kecil aku tidak pernah suka tontonan yang berseri, entah itu kartun, drama, anime, apa lagi sinetron. Namun, Avatar The Legend of Aang (ATLA) boleh jadi kartun berseri kesukaanku sepanjang masa. ATLA mempunyai perkembangan karakter tokoh yang luar biasa, setiap episode pasti berisi humor, keseruan, kesedihan, ketegangan, secara harfiah semua emosi dalam diri manusia.

Jalan cerita ATLA pun sangat padat, anehnya tidak terasa buru-buru. Padahal ada filler, ada momen kocak, ada side-story, tapi semua punya porsi yang pas. Aku juga heran bagaimana mereka bisa melakukan itu. Kalau dibanding serial lain, jumlah episode ATLA tergolong sedikit, tapi sampai tamat aku paham ceritanya, dan merasa puas.

Suatu hari di tahun 2010, M. Night Syarifudin ... Maksudku Shyamalan memutuskan untuk membuat Live Action yang boleh dibilang amburadul. Namun oh nenamun, aku menonton film itu di usia 11, dan tidak menganggap film itu terlalu jelek. Beberapa hal membuat kecewa tentu saja, tapi tidak juga kelewat bobrok. Lebih tepatnya, aku baru menyadari kebobrokan film tersebut setelah dewasa.

Saat film itu tayang, aku senang karena Aang Dkk. jadi orang nyata. Para pemainnya juga cantik dan gantenk, kostum dan tata rias bagus, latar tempat juga bagus. Sayangnya, memang cuma itu keunggulan dari film adaptasi versi 2010. Visual yang memanjakan mata. Selain itu ....

PENGENDALIAN ELEMEN SANGAT BREKELE, TERUTAMA ELEMEN BUMI!!!

KEMISTRI TOKOH ... NIHIL!!!

APPA .... CURSED!!!

JALAN CERITA ... KE LAUT AJE!!!

LOGIKA ... GAK MANUK HAIKAL !!!

PENYAMPAIAN CERITA ... HUWEKK!!!

AKTING ... GAK KETOLONG!!!

Film itu membuatku kecewa di usia 11, sekarang aku membencinya di usia seperempat abad. Seluruh penggemar serial kartun ATLA saat itu bersumpah bahwa kita akan menganggap film The Last Air Bender 2010 sebagai mimpi buruk, dan jangan pernah diingat-ingat, sebab sangat menyakitkan. Kami, Para Penggemar pun hidup damai selama lebih dari satu dekade.

Namun, semua berubah saat Netpliks menyerang!

Guweh Bela Mati-matian

Saat Netpliks mengumumkan Live Action ATLA, aku pura-pura budeg, tapi juga melirik manja beberapa kali, sebab tak dapat dipungkiri poster teaser yang mereka keluarkan terlihat unyu. Namun, ekspektasiku pada Live Action terutama garapan Netpliks, sudah ada di titik minus, lantaran Netpliks punya hobi mengotak-atik serial yang sudahsempurna. Kalau bukan ras tokoh yang digonta-ganti, tentu saja plot yang digonta-ganti, atau bisa jadi keduanya!

Poster ATLA pertama yang kulihat di Netpliks

Seiring waktu berjalan, sneak-peak semakin banyak, casting, kostum, CGI. Aku mulai berpikir, "Wait a minute ... apakah serial ini apakah?"

Okhay, okhay ... kalau tadinya aku cuma melirik manja, kini aku menoleh sekilas, hanya untuk dibuat terkagum-kagum pada casting para tokoh utama. Aang, Katara, Sokka, dan Zuko. Harus kuwa-kuwi, Netpliks tidak mengubah apa pun dari mereka, dan aku SANGAT SENANG!

My Babies ❤️❤️❤️

Bentar nih ... apakah Netpliks akhirnya menciptakan Live Action yang barokah, tanpa mengotak-atik suku dan ras para tokoh??? Kalau dipikir memang masuk akal. Netpliks menyukai semua suku dan ras di dunia kecuali Kaukasia (bruuh) sementara dunia ATLA lebih condong mengambil referensi Asia. Mustahil mereka mengotak-atik ras yang sejak awal bukan Kaukasia.

Tapi di lubuk hati terdalam aku yakin mereka kebelet memasukkan satu orang berkulit gelap ke dalam tim Tokoh Utama. Mari berharap mereka tidak melakukan itu kepada Toph, meskipun aku yakin mereka akan melakukan itu. Atau paling tidak, kemungkinannya 85%.

Menurutku secara visual para Tokoh Utama sudah sempurna, tentu saja beberapa orang tidak sepuas diriku, tapi dibanding pendahulunya di tahun 2010 versi ini jelas lebih akurat. Ekspektasiku pun kembali tinggi. Aku memutuskan untuk memberi Live Action ini kesempatan. Toh, ATLA adalah satu-satunya serial kartun kesukaanku. Seburuk-buruknya mereka, aku akan tetap menganggapnya bagus.

Walaupun suatu hari, Michael Dante Dimatino dan Bryan Konieatzko, alias pencipta serial kartun ATLA menyatakan mundur dari projek Live Action Netpliks. My oh My ... ini jelas berita buruk, terlebih mereka mundur memang karena perbedaan pendapat dalam plot.  Dan setelah berita itu, berita-berita tidak enak lain pun berdatangan.

Namun, Tahookah kalian dari sekian banyak Red Flag, aku masih membela ATLA Netpliks mati-matian. Teman Pesbuk yang menandaiku pada postingan-postingan kontroversi ATLA pun selalu kuanggap gonggongan guk-guk.

INI SERIAL KESUKAAN GUWEH!!!

INI PASTI BAGUS!!!

GUWEH GAK PEDULI AMA PLOT!

Begitulah argumen difensifku setiap kali ada yang berkata buruk, atau meragukan ATLA versi Netpliks, sebab aku suka casting-nya. Aku suka kostumnya. Aku suka visual latar, terutama betapa kerennya pengendalian elemen dibanding versi Pak Syarifudin di tahun 2010.

Hingga suatu hari aku benar-benar menonton ATLA versi Netpliks, dan sekali lagi aku membenci Live Action garapan Netpliks.

Sederhana, tapi Bikin Penggemar ATLA Marah

Perubahan Plot adalah alasan utama dua penulis original ATLA mengundurkan diri. Itu juga menjadi alasan utama kekhawatiran para penggemar ATLA origina. Perubahan plot jelas diperlukan dalam adaptasi, supaya ada pembeda dari versi original. Namun, perubahan plot seringnya menjadi miss daripada hit, alias GATOT!

Terlebih kita membicarakan Netpliks yang pasti punya agenda untuk diselipkan ke dalam cerita, kebanyakan dari agenda itu pun cuma untuk menghasilkan uang, uang, dan uang. Jelas mereka punya agenda untuk dimasukkan ke dalam kisah ATLA. Berikut adalah beberapa "perubahan" yang membuatku hanya sanggup menonton satu sampai dua episode.

1. Apa yang Mereka Lakukan pada Katara!?

My Sweet Darling, Katara ... Tokoh perempuan kesukaanku sepanjang masa. Dia ramah, keibuan, penengah, peduli, berkepala dingin, berkemauan kuat, dan seorang motivator. Namun, di sisi lain dia juga pemarah, suka iri, tukang perintah, keras kepala, bahkan ngeselin karena terlalu bawel. Itulah yang membuat Katara sempurna, dia punya kelebihan dan kekurangan.

Entahlah menurut kalian, tapi bagiku Katara adalah definisi Girl Boss yang sesungguhnya. Dia keibuan dan manis, tapi bisa sangat menakutkan jika diperlukan. Contohnya saat dia mempelajari pengendalian darah, juga saat dia nyaris balas dendam pada pembunuh sang ibu, atau saat dia berpura-pura menjadi roh demi menghancurkan pabrik yang membuat rakyat menderita.

Nyatanya semua sifat kompleks tersebut tidak cukup Girl Boss bagi Netpliks. Mereka berpikir Katara sangat butuh perbaikan. Lantas apa yang mereka lakukan pada Katara?

Pertama, Katara jelas tidak boleh punya kekurangan, kalaupun punya itu hanya satu, yaitu kepercayaan diri yang rendah. Bagi orang-orang Netpliks, mustahil Katara tidak menjadi ahli pengendalian air sejak brojol. Toh, dia lahir di Suku Air Selatan. Toh, dia "diberkati". Toh, dia Girl Boss.

PADAHAL!!!

Katara adalah satu-satunya pengendali air yang tersisa di suku tersebut setelah pembantaian besar-besaran oleh Negara Api. Katara jelas punya bakat, tapi tidak ada yang bisa sungguh-sungguh melatihnya. Makanya dia tidak bisa menggunakan pengendalian dengan baik. Makanya dia sangat senang bertemu Aang (yang punya bison terbang), lantas mengajaknya ke Suku Air Selatan, tempat para pengendali air berada.

Itu jelas lebih masuk akal daripada ujug-ujug Katara jadi ahli pengendali air, tanpa pelatih, tanpa kerja keras, dan cuma bermodalkan kepercayaan diri. Tapi bagi Netpliks itulah yang sebagaimana mestinya. Tokoh perempuan ANTI PUNYA KEKURANGAN.

Kemudian, Netpliks juga alergi pada tokoh-tokoh perempuan yang menunjukkan sifat keibuan atau feminim. Itu jelas bukan sifat seorang Girl Boss duong! Sebab dalam rumus Netpliks Keibuan = LEMAH! Jadi Katara mereka bikin egois, kaku, dan tidak peduli pada apa pun kecuali dirinya sendiri.

AKU BENCI NETPLIKS

Satu perubahan plot menyangkut Katara yang paling membuatku kesal adalah ketika Aang, Sokka, dan Katara melarikan diri dari kapal Negara Api.

Versi original menunjukkan Aang pada mode Avatar State. Menunjukkan betapa hebatnya Aang sebagai Avatar. Untuk pertama kalinya Zuko dan Negara Api, bahkan Katara dan Sokka sadar, meskipun Aang masih anak-anak, dia memanglah Sang Avatar pengendali empat elemen yang melegenda.

Adegan itu sangat epik sampai membuatku merinding, sebab sepanjang episode kita melihat sifat Aang yang memang masih anak-anak 12 tahun. Tidak serius, kocak, ceroboh, dan yang jelas unyu. Mustahil dia melakukan semua itu, tapi itulah yang terjadi, di bawah alam sadarnya. Bayangkan jika dia melakukan itu dengan kesadaran penuh. WOW.

Nah, sekarang bagaimana Netpliks "memperbaiki" adegan tersebut? Tentu saja Katara yang harus menyelamatkan mereka semua dengan pengendalian air mantap jiwa, bahkan Katara bisa menenggelamkan kapal Negara Api saat itu juga kalau mau. Tapi Netpliks menahan dulu adegan Girl Boss Maximal Katara untuk menghancurkan plot lainnya, h3h3 .... (lompat ke rawa-rawa).

Udah mana akting pemain Katara kaku abiz, ekspresi wajah datar, dan entah kenapa aku tidak mendapatkan kemistri Katara pada Aang maupun Sokka. Mungkin karena sifat keibuannya dibuang sehingga yang tersisa dari penokohannya cuma ....

"Aqu harus percaya diri kalaw mau jadi pengendali air yang GG." (semenit kemudian) "Wah, sekarang aku sudah percaya diri, dan sudah jadi pengendali air yang GG."

Latar belakang serta tujuan Katara sebagai tokoh utama benar-benar hancur di Netpliks sehingga petualangan Aang Dkk. ke Suku Air Utara jadi tidak masuk akal. Mereka pergi ke Suku Air Utara memang supaya Aang dan Katara bisa belajar pengendalian air. Nah, kalau ternyata Katara sudah ahli bin mahir, kenapa mereka harus ke Utara? Kenapa Aang tidak belajar saja dengan Katara?

AKU BENCI NETPLIKS

2. Sokka Tidak Punya Sifat Seksis

Dengar ... Seksisme adalah sifat buruk dan tidak seharusnya siapa pun mempunyai sifat tersebut. Namun, bukan berarti sifat itu hanya mitos. Sifat itu ada loh di dunia nyata! Dan jujurly tidak masalah seseorang mempunyai sifat seksis kalau pada akhirnya orang itu belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan itu memang perkembangan tokoh Sokka!

Pertama, kita harus memahami kenapa Sokka punya sifat seksis. Negara Api menyerang ketiga elemen selama seratus tahun, artinya Sokka hidup dalam nuansa perang sejak bayi. Faktanya, dalam perang laki-laki lebih banyak andil sebagai pemimpin dan pelindung. Itulah yang diajarkan kepada Sokka sejak pertama membuka mata.

Bahkan, Sokka adalah satu-satunya lelaki di Suku Air Selatan saat Zuko datang bersama pasukannya. Dia seksis bukan semata-mata kepingin merendahkan perempuan, tapi dia percaya bahwa tugas laki-laki adalah melindungi dan memimpin perempuan. Jangan lupa kalau ayah Sokka juga Kepala Suku. Sokka mengemban tanggung jawab besar, dan dia jelas ingin memenuhi tanggung jawab itu sepenuh hati.

Sokka percaya hanya laki-laki yang bisa perang sementara perempuan di rumah menjaga anak-anak. Itu mungkin pemikiran yang salah, tapi itu fakta yang Sokka lihat selama hidupnya di Suku Air Selatan. Itu sebabnya, ketika Trio Avatar ke Kiyoshi dan Sokka bertemu Suki berserta pasukan Kiyoshi, lantas meremehkan mereka. Apa balasan yang Sokka dapat?

Dia dikalahkan dan dipermalukan. Setelah itu Sokka langsung sadar bahwa pemikiran seksisnya selama ini salah. Perempuan bisa jadi pejuang, bahkan lebih hebat, dan Suki adalah bukti nyata. Pada akhirnya Sokka sangat menghormati pasukan Kiyoshi sampai belajar menjadi salah satunya, lengkap dengan baju dan make-up kebesaran Kiyoshi.

Excuse me ... ITU PERKEMBANGAN TOKOH YANG SANGAT BAGUS, BUKAN???

Netpliks, tolonglah! Jangan cuma terpelatuk pada kata "seksis" sebelum tahu apa alasan kata itu detempatkan di sana! Kalian makan otak udang rebon untuk sarapan, kah?

3. Zuko Mengasihani Ozai

"Perubahan" Netpliks lain yang membuatku gak habis Thinking. Saat Zuko menantang salah satu mentri di Negara Api untuk duel Agni Kai, tapi alih-alih si Mentri, malah bapakenya, Ozai yang nongol sehingga Zuko mau tidak mau harus melawan bapakenya sendiri. Di sisi lain, Zuko mustahil melakukan itu. Pertama, dia jelas kalah kuat secara dia masih 13 tahun. Kedua, dia sangat menghormati Ozai sebagai ayah.

Namun, Ozai memaksa bertanding, tanpa ampun menyerang anaknya hingga Zuko mendapatkan luka ikonik di mata kirinya. Satu lagi adegan sekaligus latar belakang luar biasa dari ATLA versi original. Menunjukkan betapa kejamnya Ozai yang tidak ragu mencelakai anak sendiri, serta betapa berat perjuangan Zuko demi mendapat penghargaan dari sang ayah, yang tidak akan pernah dia dapat.

Bagaimana mungkin kisah sebagus itu bisa dikacaukan oleh Netpliks ....

O-HO-HO .... TENTU SAJA BISA, RODRIGO!!!

Di versi Netpliks, Zuko ternyata bersedia melawan sang ayah dengan senang hati. BAHKAN ... dia bisa mengalahkan Ozai saat itu, kalau saja tidak teralihkan oleh siraman rohani tiba-tiba berkah yang membuatnya terbengong-bengong hingga Ozai bisa menyerang balik, dan menimbulkan luka permanen di mata kirinya.

Satu kata ... TRASH!!!

Selain menurunkan secara drastis tingkat kekejaman Ozai sebagai Raja Api, perubahan itu sekali lagi menghancurkan perkembangan tokoh Zuko. Bagi Netpliks, Zuko harus Badass sebab dia memang tokoh favorit penonton wanita (termasuk aqu tentu saja). Tapi saking kebeletnya bikin Zuko Badass, mereka malah mengubah hal paling krusial dari Zuko, yaitu berani melawan sang ayah.

Versi original sabar menunggu hingga akhir, ketika Zuko bisa mengalihkan petir yang dilontarkan sang ayah. Sekali lagi, Ozai tidak ragu mencelakai anaknya, tapi kali ini Zuko tidak lagi menginginkan penghargaan sang ayah, makanya dia melawan. Perlawanan Zuko yang seperti itu justru lebih-lebih-lebih memuaskan.

Daripada membuat dia Badass sejak awal yang malah membuat kita menganggap Zuko sebagai anak durhaka, serta tidak membutuhkan penghargaan dari bapakenya sama sekali. Good job Netpliks, sekali lagi kao menghancurkan tokoh kesukaanku.

4. Katara dan Sokka di Gua Cinta 👀

Jangan salah ... aku suka konsep cinta antar kakak beradik. Namun oh nenamun, episode di Gua Cinta itu sangat unyu untuk Puppy Love antara Katara dan Aang. Melihat tingkah Aang yang kasih hint-hint kalau dia naksir Katara, tapi Katara malah menganggap Aang sebagai adik kecil. They are so cute together.

Nah, nah, nah, tapi kita kan tahu kalau Netpliks anti sama hubungan romansa antar cowok dan cewek, alias Straight Relationshiop. Namun, mereka jelas tidak masalah menunjukan cinta antar eljibiti. Ini bukan hal baru bagi Netpliks, dan aku juga tidak terlalu mempermasalahkan agenda itu.

Tapi eh tetapi, bukankah agak hipokrit kalau anti menunjukkan satu hal, padahal gemar menunjukkan hal lain yang serupa. Mari bicara jujur, namanya cinta entah straight atau eljibiti sama-sama menunjukkan ketertarikan, dan terkadang mengandung unsur seksual yang tidak baik untuk anak-anak. Terus gimana, tuh?

We don't know, Sis ... We don't knooowww ....

5. Menceritakan Semua Orang Kecuali Aang

Seperti judul blog ini, ATLA versi Netpliks banyak memperdalam latar belakang dari tokoh-tokoh sampingan. Mereka memperdalam latar belakang Katara, Sokka, Zuko, Azula, Ozai, Jet, Suki, Avatar Kiyoshi, Biksu Gyatso, Putri Yue, Appa, Momo, bahkan Gran-gran.

Tapi, tahookah kalian siapa tokoh yang latar belakangnya diceritakan seminim mungkin, numpang lewat doang, atau diceritakan dengan sepele? Betul, Anak-anakku ... orang itu adalah Aang (bruuh).

Di versi Netpliks, Aang berkelakuan dan diperlakukan seperti bocil unyu, dan cuma itu. Bandingkan dengan versi original, di mana semua orang menghormati Aang, meminta pendapatnya untuk penyelesaian masalah, meminta kebijakan, bahkan meminta Aang menyelesaikan masalah paling pelik. Sebab, meskipun cuma anak-anak Aang adalah AVATAR, dan orang-orang menghormati Avatar.

Aang memang masih anak-anak, tapi dia bijak, atau berusaha untuk jadi bijak. Malahan, salah satu keunggulan Aang sebagai Avatar adalah betapa mudahnya dia masuk sekaligus beradaptasi di Dunia Arwah. Itu karena dia dibesarkan oleh para Biksu yang mengajarkan meditasi sebagai kegiatan rutin.

Eh, di versi Netpliks malah menghilangkan adegan Aang yang mempelajari masa lalunya di Dunia Arwah, dan malah mempelajari masa lalunya dari diary si Zuko. Intinya ... aku kesal orang-orang Netpliks memperlakukan Aang cuma sebagai anak unyu yang harus selalu dilindungi. Dia memang tidak sekuat Avatar Roku atau Kiyoshi, tapi menjadi hebat tidak cuma dilihat dari kekuatan fisik!

"Tapi itu khan lebih manuk haikal, kerana dia memang masih bocah."

SHUT UP!!! LU KALO MAU YANG MASUK AKAL, MASUK AKAL, MENDING TONTONIN BOCIL-BOCIL DI RUMAH LU MAEN EP-EP!!!

6. Lain-lain

Percayalah, masih banyak hal yang membuatku kesal, dari hal kecil seperti kostum ala cosplayer, sampai hal berat seperti penokohan Azula yang sekali lagi terlalu diberikan simpati. Padahal, Azula versi original terasa sangat mengintimidasu karena dia seolah tidak punya hati, alias sikopet. Dia kejam, diktator, dan manipulatif. Mungkin kepemimpinannya bisa seribu kali lebih kejam dari Ozai.

Tapi Netpliks harus menjustifikasi kekejaman itu, dan aku yakin "MEN" adalah penyebab Azula jadi sikopet. Sebab bagi Netpliks, semua perempuan pada dasarnya berhati malaikat, kalau ada perempuan yang jahat, itu pasti ulah "MEN". Tidak mungkin ada aspek lain.

AKU BENCI NETPLIKS

ATLA versi ini juga tidak mempunyai humor sama sekali. Sekalipun mereka berusaha membuat humor malah terasa garing, kaku, tidak natural. Aku tidak tahu apa yang membedakan, padahal kebanyakan humor memang diambil dari ATLA original.

Agak Bikin Seneng Dikit

Nah, seperti Motto di Blog Review Impy. Julid boleh, tapi cari juga sisi baiknya. Maka itulah yang akan kita lakukan. Walaupun, hal-hal yang aku sukai dalam kisah ini lebih ke hal minor, tapi daripada tidak ada sama sekali, yakan? HAHAHAHAHA.

1. Casting

Sebenci apa pun aku sama Netpliks, aku akan tetap mencintai para casting pada adaptasi ini. Katakanlah ini Casting yang tidak akan membuatku kecewa saat menonton versi 2010. Terutama pemain Aang yang super duper unyu. Rasanya aku punya soft spot untuk anak ini, aku tidak akan pernah bisa membencinya. Senyumnya bikin aku ikut senyum, ketawanya bikin aku ikut ketawa, sedihnya bikin pengen kupeluk.

Mungkin ini alasan Netpliks memperlakukan Aang sebagai bocil unyu. Ya, karena dia memang bocil unyu!!! Tapi aku tetap tidak membenarkan hal tersebut. Buktinya Aang versi original bisa unyu dan bijak di saat bersamaan. Apa yang membuat Aang unyu ini tidak bisa?

Pemain Suki sangat cantik dan aktingnya juga bagus. Make-up dan armor perang pasukan Kiyoshi benar-benar aduhai, dan membuatku ingin bergabung. Sokka, Jet, dan Zuko sekali lagi membuatku fangirling. Katara, i love her look, tapi dia butuh banyak improve untuk akting sebab .... Gorl, wajahmu sedatar papan, sementara lawan mainmu mengeluarkan 100 ekspresi wajah berbeda saat kalian bertarung.

2. Pengendalian Elemen Go Brrr!

YES!!! Inilah yang aku harapkan dari versi 2010. Terutama pengendalian tanah yang dinistakan di versi 2010. Semua pengendalian mendapat keadilan di sini. KEREN, tidak cukup menggambarkan gaya bela diri berserta pengendalian elemen di versi Netpliks. Setidaknya itu yang akan kupegang teguh kalau ditanya apa keunggulan ATLA Netpliks.

Penutup

Secara keseluruhan ... aku kecewa untuk yang kesekian kalinya, tapi tidak terkejut. Toh, ini Netpliks yang ahli membuat penonton kecewa. Aku cuma senang sekarang banyak penggemar baru ATLA versi original, dan mengakui bahwa versi original JAUH LEBIH BAIK dari versi Netpliks.

Meskipun, aku agak kesal juga pada pada penggemar baru, yang merasa edgy dan superior banget setelah nonton versi original. Maksudku ... menonton versi original atau versi klasik dari sesuatu yang sedang hype tidak menjadikan kalian istimewa, tahu!

Untuk ke depannya, demi Neptunus, demi Poseidon ... aku tidak akan tergiur lagi dengan Live Action. SUDAH CUKUP!!! Biarkan kartun menjadi kartun, biarkan yang klasik menjadi klasik, daripada memperbaharui sesuatu, kenapa tidak BUAT SESUATU YANG BARU???

Misalnya, kalian bisa menjadikan novelku Phillip and Lillian, atau Cynthia The Candy Addict ke dalam film. Aku yakin itu akan jadi tontonan yang masterpiece, h3h3 ....

SUDAH!!!

Segitu dulu review telat dariku. Bay de wey, aku sedang membaca buku, tapi setiap membalikkan halaman aku lupa apa konten di halaman sebelumnya. Apakah ini faktor U, atau ini kutukan akibat terlalu banyak julid? Apa pun itu, kita bertemu lagi di review selanjutnya.

Sampa jumpa ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan