Buku-buku DNF (Dibaca Nanti Faja)


Life Update Dulu Gak, Sih?

Hellow, Pembaca Budiman di mana pun kalian berada ^o^/

Betapa senangnya aku bisa kembali menyapa kalian di postingan Curcol ini. Pertama-tama, izinkan aku mengabarkan ....

"REVIEW MANA REVIEW!!!"

"MANA REVIEW JULID???"

"KOK POSTINGANNYA RANDOM MELULU!!!"

"KENAPA GERNAHA BULAN BISA TERJADI?"

Wow ... sabarlah Anak-anakku! Kalian membuat aku takoot.

Review julid tidak akan terbit sampai beberapa minggu ke depan, karena aku sedang dalam masa 'tidak mau menyiksa diri'. Betul, Rodrigez, bahkan pakar julid pun terkadang muak pada julid. Jadi aku hanya ingin mereview novel-novel yang memang aku enjoy baca. Aku baru saja menyelesaikan serial Trials of Apollo, dan aku belum siap untuk komitmen baru dengan series baru.

Selama tiga bulan ini aku memang tidak begitu aktif di dunia tulis-menulis atau baca-membaca, kerana aku mendapatkan pekerjaan baru sebagai penjaga perpustakaan di SMA daerah Jakarta Selatan. Benar sekali ... Impy sudah bertransformasi sepenuhnya sebagai KUTU BUKU!!!

Suka nulis, suka baca, suka julid, suka pelajaran bahasa, suka nongkrong di perpustakaan, dan sekarang menjadi penjaga perpustakaan. Apa lagi yang bisa kita semua harapkan untuk ending kisah ini? INI MIMPI YANG JADI NYATA!!!

Biar kujabarkan apa saja keuntungan berkerja sebagai penjaga perpustakaan. Pertama aku berkerja sendirian di ruangan yang sunyi dan dingin. Aku yakin para Introvert merasa iri sekarang ini, xixixi. Kedua, banyak koleksi novel barokah dari berbagai zaman yang pastinya GRATIISSS. Ketiga, pekerjaanku tidak terlalu rumit, karena siswa-siswi di sekolah ini tidak ada yang doyan ke perpus, kecuali dipaksa (bruuh).

ekspektasi

Lantas dengan unlimited-nya jumlah buku yang bisa kubaca, kenapa malah jarang membuat review di blog? Alasannya, Lorenzo ... karena di perpustakaan sekolah ini juga tersedia wi-fi ngebut, dan kalian semua tahu apa yang terjadi saat umat manusia disatukan dengan teknologi sinyal internet ngebut.

Scrolling Pesbuk, Intagrem, Yutub, dan hal-hal unfaedah lainnya.

Namun, terkadang aku pun mendapatkan hidayah dari Neptunus! Bahwa aku harus memaksakan membaca buku setidaknya 1 halaman per hari!!! BUT, seperti Hidayah Neptunus yang sudah-sudah, hidayah itu hanya bertahan sedetik, sebelum aku mulai scroling Yutub. Terbengkalai lagi lah buku-buku yang tadinya mau aku seriusin.

realita

Buku apa sajakah yang DNF (Dibaca Nanti Faja) selama aku bekerja di perpustakaan sekolah, dan apa saja alasan buku-buku tersebut DNF? CEKIDOT DOT DOT!

1. Curiosity


Penulis : Angelxs_

Penerbit : Best Media

Jumlah : 320 Halaman

Blurb :

Karin sukses membuat satu sekolah heboh karena ia ditolong oleh Davin, ketua OSIS yang cuek dengan semua perempuan. Setelah kejadian itu, ia berusaha mencari tahu penyebab cueknya Davin terhadap perempuan. Tapi, semakin ia sering bertemu dan mengobrol dengan Davin, perasaan cinta mulai muncul di hatinya tanpa ia sadari. Ditambah sikap Davin yang semakin melembut terhadapnya, membuat Karin benar-benar jatuh cinta pada Davin.

Tapi, tiba-tiba saja perempuan dari masa lalu Davin muncul kembali dan berusaha mendapatkan hati Davin. Tentu saja hal ini membuat hubungan Davin dan Karin merenggang. Banyak pengorbanan, air mata, dan rasa sakit yang harus dirasakan oleh Karin. Akankah Davin melepaskan Karin begitu saja? Atau ia akan memperjuangkan Karin lagi?

Komentar Impy

Pertama kali melihat buku ini, bola mataku seolah berubah menjadi bintang kejora sambil ada sound effect (towew-wew-wew). Buku Watpat yang kemungkinan besar berujung brekele, dan boleh jadi bahan julid untuk Review Impy? Yes Please! Sampul buku ini juga terlihat dewasa. Terlihat dari nuansa hujan, gedung-gedung, serta secangkir kopi dan tumpukan buku di atas kasur.

Harus kuwa-kuwi, sampul novelnya bagus, barangkali isinya juga bagus dan dewasa meskipun seringnya novel-novel dewasa di Watpat malah berujung "dewasa" dengan tanda kutip. Maka aku ambil buku ini ke meja dan mulai membolak-balik halamannya. Mata indah yang tadinya bersemangat ini, lama-kelamaan berubah loyo.

Pertama, novel ini tidak dewasa sama sekali, alias tokoh-tokohnya masih SMA, yang artinya kisah di sini adalah kisah percintaan anak SMA. Dan aku sudah berhenti merasa UwU pada percintaan anak SMA sejak ... entahlah, 1 milenium lalu barangkali. Kedua, novel ini BOOORRRIIIINGGGG. Boring dalam artian sesungguhnya; standar, datar, tidak menarik, tidak ada hal baru yang disuguhkan, bahkan terlalu membosankan untuk dijulid.

Dalam novel semodel Noir, Alaia, Geez & Ann, dan Galaksi, setidaknya aku bisa menghujat hal-hal awikwok yang penulis jabarkan dalam novelnya. Novel ini di sisi lain ... just too bland, too basic. Maksudku, premis dan konfliknya tetap khas Watpat, bisa kalian baca sendiri dari Blurb. Cinta segitiga, cowok dingin dan cuek bersama cinta masa lalunya, cuek jadi cinta, perjuangan cinta, cinta tumbuh seiring waktu, sempak cinta. Segala hal tentang cinta.

Namun, selain itu tidak ada hal-hal yang terlalu wadidaw setelahnya, tidak ada Dewi Laut Hor-knee, tidak ada semesta-semesto, tidak ada genk motor dan bos mavia, apa lagi ciwi indihom kebelet punya pacar. Ceritanya terlalu lempeng sampai menuju akhir.

Sebenarnya masuk akal karena novel ini terbit tahun 2016, dan tahun itu memang tahun di mana Watpat masih baik-baik saja. Well, situasi itu pun menjelang akhir zaman sebenarnya, sebab mulai 2017 ke-awikwok-an Watpat melejit sampai langit ketujuh! Dan jadilah Watpat yang kita kenal dan benci sekarang (jk jk).

Karakter novel ini pun hambar dan terlalu stereotipikal cinta. Karin yang cewek UwU, cantik, lemah-lembut, baik hati, dan literal Angel merasa khawatir saat cinta masa lalu Davin yang bernama Ashley, bakal merebut kembali cinta Davin si cowok cuek dan cool dan kutub utara dan kutub selatan dan kulkas berjalan, kulkas ngesot, kulkas keramas.

Padahal Ashley tidak menyodorkan kepribadian apa pun selain beechy, genit, dan clingy! MUSTAHIL Davin menjadikannya pacar, kalau dilihat dari konteks novel ini! Maksudku, penulis sudah membuat pakem bahwa Davin pasti berakhir pacaran dengan Karin, dan penulis juga memastikan pembaca mendukung Karin dan membenci Ashley.

Jadi .... buat apa Ashley muncul sebagai "home wrecker" gitu loh. Kalau pada akhirnya seluruh jagat raya tahu Davin PASTI berakhir pacaran dengan Karin.

Seandainya penulis lebih adil dalam membuat penokohan sehingga bisa membelah pembaca menjadi dua kubu Karin dan Ashley. Biarkan pembaca menilai apakah Davin lebih cocok dengan Karin atau Ashley, dengan menunjukkan juga sifat-sifat baik dan terpuji milik Ashley. Kemudian buat Ashley dan Karin tersadar ngapain juga ngerebutin cowok brekele, atau buat saja Davin ternyata memilih cewek selain mereka berdua.

ITU AKAN JAUH LEBIH BAROKAH!

Belum lagi plot-plot wadidaw yang bikin cringe seperti Karin selalu pingsan, dan selalu digendong oleh Davin ke UKS. Darling ... tidak adakah cara lain untuk membuat kedua tokoh berinteraksi? Atau penulis yang maksa banget bikin Karin menjadi satu-satunya anak baru di saat dia kelas 10 di SMA, yang berarti SEMUA ANAK adalah anak baru dooong!!! The logic is not logicing!

Jujurlly, aku belum selesai membaca novel ini, tapi aku sudah bisa menebak secara garis besar. Davin pacaran ame Karin, udeh! Maka dari itu novel ini pun mendapatkan predikat DNF (Dibaca Nanti Faja).

2. The Hardy Boys


Penulis : Franklin W. Dixon

Penerbit : Elex Media Komputindo

Jumlah : Rata-rata 200 Halaman

Jumlah Series : 53 novel

Burb :

I DON'T HAVE TIME FOR THAT!

Komentar Impy

Aku sangat-sangat-sangat suka novel klasik semodel Lima Sekawan. Nah, saat aku melihat sampul The Hardy Boys, style gambar khas tahun 1930-an, jumlah halaman yang cukup tipis, ada unsur-unsur persaudaraan. Wah, ini sih guweh banget! Langsung saja aku ambil itu novel dari dalam rak. Aku baca beberapa halaman, dan malah kiciwa.

Dengarkan dulu penjelasanku, Baybeh

Dalam novel yang memiliki banyak tokoh, apa lagi bersaudara. Aku mengharapkan interaksi UwU dari masing-masing tokoh yang melambangkan kepribadian mereka. Misalnya di Lima Sekawan ada Julian yang paling dewasa dan berjiwa pemimpin, Dick yang konyol dan sering terlibat masalah, Anne kekanakan tapi berkepala dingin, George pemarah tapi rapuh, dan terakhir Timmy yang periang dan pemberani.

Kepribadian itu pun menonjol seiring interaksi mereka dan cara mereka menghadapi berbagai masalah. Aku sebagai pembaca jadi peduli pada mereka dan menyayangi mereka semua. Di novel The Hardy Boys semua itu tidak tampak. Hardy Bersaudara, Frank dan Joe punya kepribadian sekaku triplek tembok kamarku!

Saat berdialog mereka cuma tanya jawab, saat beraksi semua narasinya memakai metode Tell. Aku tidak mengenal dan tidak peduli sama sekali pada Frank dan Joe, sebab kepribadian mereka tidak pernah terlihat. Tidak ada momen mereka berargumen, momen diskusi, momen UwU, atau sekadar mengobrol ringan. Interaksi mereka secara garis besar cuma begini ....

"Penyelidikan baru di Rumah si Anu. Ayo kita pergi!" kata Joe.

"Ayoo!" jawab Frank.

"Kita ke sana naik Delman istimewa!" kata Joe.

"Dan kita duduk di muka!" jawab Frank.

"Kita akan duduk di samping Pak Kusir yang sedang berkerja," sahut Joe.

"Mengendarai kuda supaya baik jalannya, HEY!"

INTINYA!!! Percakapan mereka lurus, mereka selalu satu pemikiran, mereka kadang minta saran Pak Hardy (ayah mereka), yang mungkin gak masalah anak-anaknya nyebur ke rawa-rawa juga. Aku tidak suka mereka, tidak suka cara mereka berinteraksi dan berdialog sehingga aku tidak peduli konflik mereka sama sekali.

Membicarakan konflik. Ya ... khas novel anak-anak dan remaja di era klasik. Masalah pelik yang seharusnya dikerjakan orang-orang dewasa ahli, ini malah diurus bocil. Lebih parah lagi, Frank dan Joe bukan bocil sama sekali. Usia mereka 18 dan 17 tahun. Ini bukan lagi novel Middle Grade, tapi terasa seperti Middle Grade, versi lebih tidak natural.

Mungkin harapanku terlalu tinggi untuk novel ini. Aku suka konsepnya, meskipun aku benci tema detektif, biasanya novel seperti ini lebih menonjolkan interaksi dan karakteristik tokoh, dan memang itulah yang paling kutunggu-tunggu. Sayangnya The Hardy Boys tidak demikian.

Well, sebenarnya komentar ini tidak adil sebab aku cuma membaca novel pertama, DNF pula. Namun, pengalaman pertama seperti ini justru membuatku malas memberi kesempatan pada novel-novel The Hardy Boys lain. Maka dari itu, mari kita masukkan The Hardy Boys ke daftar DNF (Dibaca Nanti Faja) untuk sementara waktu.

3. Hush, Hush

 

Penulis : Becca Fitzpatrick

Penerbit : Ufuk Press

Jumlah : 488 Halaman

Blurb :

Bagi Nora Grey, jatuh cinta tak ada dalam kamusnya. Dia bukan cewek yang gampang tertarik dengan cowok di sekolah. Betapa pun sahabatnya, Vee, tak jarang menyodorkan cowok-cowok kepadanya. Patch pun datang, semua berubah. Nora jatuh cinta kepadanya meskipun akal sehatnya melarang.

Tetapi setelah serangkaian kejadian menyeramkan, Nora menjadi tak yakin, siapa yang harus dipercayai. Sepertinya Patch hadir di mana pun ia berada. Cowok ini tahu banyak tentang dirinya, melebihi sahabat Nora sendiri. Ia tak bisa memutuskan, apakah ia ingin jatuh ke dalam pelukan Patch, ataukah harus melenyapkan diri. Dan ketika berusaha memperoleh jawaban, Nora menemukan sekelumit fakta yang justru membuatnya resah, lebih dari yang ditimbulkan Patch selama ini terhadap dirinya.

Betapa tidak, Nora berada di tengah pertempuran yang telah berjalan berabad-abad antara malaikat yang dilempar ke bumi dengan Nephil—makhluk separuh manusia, separuh malaikat. Waktu memilih pun tiba, keputusan harus diambil, nyawa milik siapa yang harus diserahkan?

Komentar Impy

Ini satu-satunya masa di mana kalimat 'bukan kesalahan bukunya' akan kupakai. Aku sudah bisa menebak dari sampul kalau novel ini akan menjadi Twilight dalam kulit lain. Wanita yang 'tak percaya cinta' tiba-tiba kepincut dan langsung jatuh cintrong ke Malaikat tamvan nan sixpack yang jatuh dari langit. 

Malaikatnya juga cinta mati ke si cewek seolah dari 8 milyar penduduk bumi dan 4 milyar di antaranya adalah wanita, cuma si cewek tokoh utama yang layak dicintai. PADAHAL, si cewek tidak menunjukkan kepribadian apa pun untuk bisa dicintai selain ....

"Aku tidak sadar kalau diriku cantik, aku tidak tahu semua cowok mengejar-ngejar aku, aku tidak peduli pada mereka semua, aku tidak peduli pada cinca, aku not like other gorl, aku cupu dan tidak suka dandan, aku suka baca buku dan tidak suka shopping, eyuuuh."

STOOOPPP!!! Apa ini Bella Swan 2.0?

Akibat kemiripan yang terlalu awikwok pada Twilight, aku tidak lagi melihat novel ini sebagai novel yang berbeda. Cuma Twilight aje, bedanya si cowok bukan vampir melainkan malaikat. Lagi pula, tipikal novel seperti ini sudah tidak punya tempat di hatiku. Karakter stereotipikal, satu dimensi, konflik yang itu lagi, itu lagi ....

Aku tebak, di akhir si Nora bakal mengorbankan nyawa demi Patch, tapi di detik-detik terakhir malah Patch yang modar, terus si Nora meranan dan menanges dan depresong, tapi kemudian Patch hidup lagi karena cinta yang besar dan tulus dari mereka berdua sehingga para maaikat pun luluh.

Yap ... hal-hal semacam itulah.

Tapi itu cuma tebakan, toh novel ini ada 3 seri dan ceritanya mungkin berkembang ke arah barokah di novel kedua dan tiga, tapi aku memutuskan Hush, Hush harus DNF (Dibaca Nanti Faja) untuk sekarang.

Penutup

Nah, barangkali segitu dulu pembahasan kita kali ini. Bisa dibilang Review Keroyokan part 2 lah ya ... Setelah kesuksesan Review Keroyokan Part 1, aku ragu Review Keroyokan ini bisa sepopuler part 1. Aku tidak memberi banyak effort untuk membuat review ini, dan niat utamanya memang biar blog tidak sepi aja, h3h3 ....

Sekarang aku sedang proses membaca novel Stephen King berjudul Under the Dome, yang juga tersedia di Perpustakaan Sekolah. Buku-buku yang ku-review di sini juga berasal dari Perpustakaan Sekolah. Sangat disayangkan kelimpahan fasilitas ini tersia-sia akibat hasrat scrolling, ihiks ... ihiks ....

Apakah kalian juga pernah membaca novel-novel yang aku review di atas? Bagaimana tanggapan kalian tentang novel-novel tersebut? Ceritakan semuanya padaku, anggaplah aku ini bestie kalian yang tentunya tidak akan meminjam seratus di akhir bulan.

Sekian untuk hari ini ^o^/

Comments

  1. KANGEN BANGET SAMA REVIEW NOVEL WATTPAD KAK IMPY WKWKWK
    aku dulu pernah baca yang hush hush itu, tapi aku cuma ingat betapa jengkelnya diriku dengan karakter utamanya XD cuma baca buku satunya doang sih, gak lanjut sampe selesai karena udah gak tahaaan wwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya kita sebagai penulis harus belajar bahwa penokohan semodel twilight harus dihilangkan dari muka bumi ya 😂😭
      Habis kebanyakan trope-trope bernuansa Twilight berujung ngeselin sih wkwkwk.
      Thanks udah baca review dan udah ngangenin akoeh 👁️👄👁️❤️

      Delete

Post a Comment

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan