Keroyokan Edisi : Ihh Takotnyaa!


Ketempelan Jin Tomang

Itu benar adanya, Pembaca Budiman ... belakangan ini Impy secara tidak sadar sering membaca buku-buku bergenre Horor atau Misteri atau Thriller, atau malah gabungan dari semuanya! Terbukti dari Antologi Cerpen Tales from the Dark yang kemarin mendapat Standing Julid dari Impy. Setelahnya, buku-buku lain juga mengirimkan aura-aura Indihom yang entah kenapa membuatku mulai membaca tanpa paksaan.

Walaupun, ekhem ... reviewnya tidak terlalu barokah kalau kalian lihat dari rating. Namun, jangan gundah, jangan resah, harus kalian ingat kalau daku bukan penggemar genre-genre seram, tapi sekadar menikmati. Aku tidak punya banyak bacaan yang bisa jadi patokan untuk menilai novel bregenre seram.

Ditambah, aku bukan tipe orang yang gampang ditakut-takuti. Aku bahkan suka kesendirian, hampir di mana pun! (kecuali mungkin area pemakaman. Ngeri juga, Ngab!) Jadi saat ada orang yang bilang, "Ih, hati-hati kalau lagi sendirian di sini. Suka ada yang ganggu." maka aku akan menjawab, "Darling, satu-satunnya hal yang menggangguku adalah suara napasmu. GET OUT!"

Itu sebabnya orang-orang di tempat kerjaku keheranan setengah mati melihatku asoy-geboy sendirian menjaga ruang perpustakaan yang terkenal angker. Bertenyea-tanyea apakah aku pernah merasa merinding atau diganggu makhluk tak kasat mata. Aku memang terganggu dan agak merindink melihat buku Kumpulan Rumus Matematika Tingkat SMA/SMK, tapi selebihnya aku merasa nyaman.

Makanya hal-hal yang bisa aku nilai dan nikmati dalam novel-novel bergenre seram adalah unsur intrinsik umum seperti Plot, Konflik, Penokohan, Dialog, dan Gaya Bahasa. Tidak lupa juga Logika serta Sebab-Akibat. Aku tidak mau melihat hal-hal wadidaw terjadi, tapi penjelasannya cuma Namanya juga fiksi. Bawa argumen brekele itu, dan buang ke rawa-rawa!

1. Merinding #1 dan #2

Penulis : Tuti Kasih

Penerbit : Bhuana Ilmu Populer

Tahun Terbit : 2019

ISBN : (#1 : 9786232164161) (#2 : 9786232165809)

Tebal : (#1 : 132) (#2 : 156)

Rating : 1,5 Bintang

Komentar Impy

Coba kalian tanya aku, "Impy, gimik apa yang paling kamu gedegin dari se-fruit buku?"

... ... ... ... Lho, kok tidak ada yang tanya?

Baiklah, akan tetap kujawab (bruuh), dan gimik yang paling aku benci adalah embel-embel "Berdasarkan Kisah Nyata" Entah kenapa tiga kata itu terdengr agak freak di telingaku. It's giving anti-kritik, it's giving affah-iyah? Seolah Si Penulis sudah wanti-wanti kepadaku dengan mengatakan.

"Ini kisah nyata, lhooo ... jadi se-wadidaw apa pun plot dan kofliknya, tidak boleh di-kritik! Awas, lu!"

Maksudku, coba katakan padaku kenapa setiap cerita dengan embel-embel "Berdasarkan Kisah Nyata" selalu menyajikan kisah paling dongeng, paling fantasi, dan paling tidak masuk logika dari seluruh cerita di dunia fana ini? Buku ini adalah salah satu bukti nyata.

Jadi, buku ini berisi kumpulan cerita yang bahkan tidak bisa dibilang Cerpen, lantaran tidak mengandung unsur intrinsik cerpen. Cerita-cerita di sini tuh kayak kalian lagi dengerin gosip dari mulut ke mulut, atau kalian mengadakan acara Bobo Bareng, dan mulai menceritakan kisah-kisah yang katanya sih kisah nyata meskipun tidak satu pun dari kalian mengalaminya langsung.

Di mulai dari ada sesuatu yang mistis, kemudian ada orang yang meragukan dan/atau menyepelekan mistis, dan akhirnya si orang yang tidak percaya mistis ini kena karma mistis akibat tidak percaya mistis. Pokoknya cerita-cerita di sini punya rumus mistis = selalu menang. Tidak peduli logika dan akal sehat, tidak peduli orang non-believer, tidak peduli rajin ibadah, tidak peduli orang super-duper-ekstra-ultra dermawan, kalau mistis mau mereka celaka, mereka akan celaka.

OH, THE POWER OF HADES!

Ironi di atas ironi, penulis selalu mengingatkan pembaca untuk meningkatkan iman, terus berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Namun, kenyataannya dalam buku ini mistis selalu menang dalam mencelakai orang. Jadi, apakah pesan itu tersampaikan dengan baik? Buku ini juga berulang kali mengatakan "Percaya tidak percaya" dalam setiap hal di luar nurul yang terjadi.

Jujurlly, kata-kata itu malah terdengar seperti ancaman di telingaku, kayak ... "Kalian harus percaya lhoo, kalo kagak guweh sumpahin nanti kelean yang kenak mistis!"

Satu lagi problematika kalau kalian memakai embel-embel "Kisah Nyata" dalam sebuah cerita adalah pembaca (alias aku) menginginkan bukti konkret akan kisah tersebut. Kalau perlu beserta foto, hitam di atas putih, serta testimoni dari orang-orang yang bersangkutan.

Kalian tidak bisa seenak udel mengatakan bahwa di zaman dahulu kala, Si Anu mengalami hal mistis yang merenggut jiwanya, tapi "Si Anu" ini entah orang dari belahan dunia mana, atau apakah "Si Anu" ini adalah nenek dari nenek nenek nenek moyang seseorang atau malah "Si Anu" tidak pernah ada. Sumber cerita-cerita dalam buku ini cuma Trust me, Bro!

Namun oh nenamun, tentu saja buku ini punya sisi menarique. Misalnya ... sebentar ... Aku jadi tahu kalau Bahasa Indonesia dari tokoh dewata Gwan Yu adalah Kwan Kong. Terus ... aku menyadari kalau latar belakang orang-orang dalam buku ini adalah non-muslim. Sekarang aku paham, kalau di Ibu Pertiwi ini hal mistis bisa terjadi pada siapa pun yang menganut agama apa pun, bahkan yang tidak menganut agama sama sekali.

OH, THE POWER OF HADES!

2. Fantasteen Closer


Penulis : Adilla Zulfana

Penerbit : DAR! Mizan

Tahun Terbit : 2014

ISBN : 9786022425267

Tebal : 154 Halaman

Rating : I don't know ....

Komentar Impy

Apa yang kita punya di sini? Lagi-lagi Impy Si Brekele membaca serial yang pasti dijulidin lantaran bukan tipenya dan target pembacanya? Sudah biasa lah, ya. Di sini aku cuma mau bertanyea-tanyea kepada pihak DAR! Mizan. Sebuah karya bisa masuk ke serial Fantasteen teh dilihat dari apanya, sih?

Genre, target usia pembaca, siapa cepat dia dapat, berbayar, atau ... orang dalam? Sebab kisah-kisah dalam serial Fantasteen terlalu acakadut, terutama dari segi target pembaca. Jadi gini ... Mizan kan punya dua unit perihal penerbitan remaja dan anak-anak.

Pertama ada KKPK (Kecil-kecil Punya Karya) lebih menjuruk ke cerita anak dan komik, alur cerita dan konflik serial KKPK biasanya sangat sederhana, jumlah halaman jauh lebih singkat, ukuran font dan layout juga besar sehingga mudah dibaca anak-anak sekelas TK atau SD. Penulis KKPK juga adalah anak-anak usia SD (8-12 tahun) yang gemar menulis. Jadi KKPK bisa dibilang cerita dari anak untuk anak.

Nah, selanjutnya ada Fantasteen, yang mana dibuat oleh anak-anak tingkat SMP-SMA (13-17 tahun) dengan target pembaca yang sama. Konflik dan alur Fantasteen lebih kompleks, unsur instristik lebih diperdalam, karena target pembacanya juga lebih tua. HARUSNYA begitu, 'kan? Ternyata eh ternyata, entah kesalahan editor dalam menyeleksi naskah atau apa pun, terkadang isi konten Fantasteen justru konten KKPK.

Alur acakadut, Konflik ngasal, Dialog ala bocil, Penokohan ngik-ngok, boro-boro memberikan makna atau amanat cerita, penulis terkadang malah lupa plot ditengah-tengah. Aku rasa masuk akal, sebab penulis Fantasteen juga berusia 13-17 tahun yang mana MASIH BOCIL! Tapi masa sih mereka tidak dapat influance sama sekali dari Middle Grade luar yang super gacor?

DAR! Mizan seharusnya mampu mencari Hidden Gem, sebab aku yakin di luar sana ada penulis muda yang punya ide-ide unik nan cemerlang. Mustahil 'kan naskah yang masuk ke email penerbit semuanya begini? (Begini dalam artian seperti novel yang sedang kubahas). Dipikir-pikir, aku malah belum membahas novelnya sama sekali.

Aku akan masukkan saja catatan kecil yang kubuat untuk novel ini. "Satu bintang, terlalu kekanakkan, plot tidak jelas, dan WHAT THE HEEL WAS THAT CONVO!"

Convo yang dimaksud :

"Hai, apa kabar? Aku kangen banget, lho, sama kalian. Aku ingin berpetualang lagi bersama kalian." Otong menepuk pundakku dan Melati. (tiba-tiba ngemeng begitu buat apa, bejir!)

"Tapi, aku berharap tidak ada kejadian aneh lagi ...." Aku nyengir.

"Iya ... aku capai, ah! Setelah penculikan terhadapku dan Mewar di GhostFish tahun lalu, aku jadi malas berpetualang," komentar Melati.

WHAT THE HEEL IS THAT??? Makhluk bangsa mana yang "capai" setelah diculik??? Apa itu GhostFish??? Kenapa mereka membicarakan petualangan yang mengandung "ghost" dan "culik" dengan vibe kecebur empang begini??? SIAPA YANG ACC CERITA INI???

And that's that ....

NB : Ilustrasi dalam novel ini sebenarnya sangat-sangat-sangat bagus, dan itu membuatku sangat kesal ilustrasi super gacor malah dibuat untuk cerita wadidaw begini.

3. Misteri Buku Harian Johanna


Penulis : Aulia Hazuki

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2014

ISBN : 9786020309514

Tebal : 232 Halaman

Rating : 2,5 Bintang

Blurb :

Dharma dan kawan-kawan berencana menghabiskan liburan semester di vila kakeknya. Mereka tidak tahu bahwa vila kakek Dharma yang dulu ditempati keluarga Belanda itu menyimpan banyak misteri. Sampai akhirnya Lutfie menemukan diary Johanna yang menjadi awal petualangan panjang mereka.

Demi misi menuntaskan penasaran tentang isi diary Johanna, Dharma dan kawan-kawan bertualang menelusuri seluk-beluk vila. Mereka menemukan beberapa ruang rahasia, sampai akhirnya terjebak di dalam ruang bawah tanah bersama kerangka Johanna.

Lalu, bagaimana mereka bisa lolos? Dan kenapa Pak Zul, si tukang kebun, menginginkan kematian Dharma dan kawan-kawan di vila itu?

Komentar Impy

Akhirnya karya yang benar-benar berbentuk novel konkret!

Novel ini lebih menonjolkan sisi Misteri meskipun memang ada sedikit Thriller di akhir. Konsep ceritanya sendiri cukup sederhana, enam orang teman yang berlibur ke villa megah, menemukan sebuah diary misterius kepunyaan pemilik sebelumnya, dan berusaha menguak apa pun misteri yang ada di dalam rumah tersebut.

Biasanya, dalam konsep Scooby-Doo begini setiap tokoh memiliki trope masing-masing. Ada Si Pemimpin, ada Si Cerdas, Si Penakut, Si Kocak, juga Si Cantik. Namun, dalam novel ini tidak ada ciri khas trope begitu. Di satu sisi aku senang penulis berusaha untuk tidak menjadikan ceritanya stereotipikal, tapi di sisi lain penokohan dalam novel ini jadi mirip.

Keenam tokoh ini selalu sepemikiran, selalu melakukan hal bersama-sama, selalu setuju pada pendapat masing-masing. Tidak ada pertentangan atau konflik internal. Mereka jadi kayak satu orang dibelah enam, bukan pribadi sendiri-sendiri yang kompleks. Ditambah ada missleading dari Blurb yang seolah mengatakan kalau tokoh utama dalam novel adalah Dharma. Nyatanya, fokus narasi sepanjang cerita lebih tertuju pada Lutfie.

Also ... siapa pun yang menyusun Blurb novel ini harus ditempeleng dikit kepalanya! Kenapa oh mengapa dia meng-spill the tea kalau akhirnya Pak Zul adalah orang yang berniat membunuh mereka? Padahal informasi itu seharusnya menjadi TWIST! Aku rasa editor novel dan pembuat Blurb bukan orang yang sama, dan mereka tidak cross check dengan penulis sehingga tidak ada satu orang pun yang protes!

Jujurlly, novel ini meskipun pasaran, eksekusinya bisa menyenangkan kalau saja penulis dan editor lebih mengembangkan plotnya, terutama dari sisi Sebab-Akibat. Novel ini membuat banyak sekali build up seolah hal itu akan menjadi pemicu konflik atau sesuatu yang lebih besar, nyatanya malah tidak menjadi apa-apa.

Misal ... di awal mereka rempong banget menyiapkan perbekalan, sebab mereka akan pergi ke villa terpencil. Bahkan salah satu tokoh bilang, "Emang kalian mau kita harus berburu hewan liar karena kehabisan makanan?" (what is this, pedalaman Amazon?). Aku pikir akan ada sesuatu terjadi pada perbekalan mereka, entah dimakan hewan liar, disabotase Pak Zul, atau sekadar habis dikonsumsi sehingga mereka benar-benar harus bertahan hidup dengan cara berburu.

Ternyata apa? Mereka sepanjang cerita jalan-jalan dan kongkow ke warung makan sekitar pemukiman, sampai sarapan pun selalu beli di luar padahal mereka membawa BUANYAK SEKALI perbekalan ... ... ... TERUS ELU PADA RIBET NGURUSIN PERBEKALAN SAMPAI NYEBUT "BERBURU" SEGALA ITU BUAT APA???

Satu lagi, dan ini yang paling aku sayangkan karena seharusnya build up ini paling seru kalau benar-benar terjadi.

Salah satu dari enam tokoh digambarkan hobi makan, pokoknya setiap ada adegan tokoh itu pasti selalu ada komen tentang hobi makan banyak. Aku membayangkan tokoh tersebut agak gemuk dong, yah. Nah, percepat sampai tokoh-tokoh ini ada di adegan mencekam di mana mereka harus melalui lorong super sempit untuk bisa keluar dari bahaya.

Kalian sudah memikirkan apa yang aku pikirkan, dong? Mungkin tokoh yang doyan makan itu akan terjebak, menjadi satu-satunya yang tidak bisa melewati lorong sehingga teman-temannya harus menyelamatkan dengan cara lain. Itu sangat keren, 'kan? Masuk akal, 'kan? Persahabatan mereka bisa diuji, tokoh-tokoh tidak selalu berhasil, dan pembaca mendapatkan adegan menegangkan yang super seru.

Tebak apa? ITU SEMUA TIDAK TERJADI!!! Mereka berenam melewati lorong super sempit dengan lancar jaya. Tidak ada kendala, tidak ada kesusahan, tidak ada adegan menegangkan super-seru yang pembaca idam-idamkan. (Menghela napas kecewa berat).

Aku bukan tipe penulis yang suka melihat tokoh-tokohku menderita, mungkin Ses Aulia Hazuki sebagai penulis novel ini juga begitu. Tapi eh tetapi, ada saat di mana kita harus melakukannya, Ses Aulia ... bukan karena kita tidak menyayangi anak-anak kita, tapi karena kita mau mereka menyelesaikan masalah yang sesungguhnya dan menjadi manusia seutuhnya!!! (ngomong ape si)

Mengesampingkan semua itu, ceritanya cukup menyenangkan. Kemsitri tokoh terasa kuat, dialog bagus meskipun ada beberapa yang terasa ping-pong. Secara keseluruhan sih aku sukak.

Penutup

Penerimaan Siswa Baru sudah dimulai di tempat kerjaku, dan aku sebagai panitia punya banyak sekali waktu luang, di sisi lain waktu luang itu sering terganggu. Makanya aku membaca beberapa buku yang kupikir "Ringan" bisa dilihat dari jumlah halaman yang sedikit serta konten yang sebagian besar aduhai. Novel-novel tebal yang butuh ketenangan dan banyak waktu luang harus menunggu sebenar lagi!

Setelah tahap Wawancara siswa baru dan pemberkasan mungkin aku sudah bisa bersantai dan mulai membaca novel-novel barokah. Entah barokah yang betulan barokah, atau barokah untuk dijulid HA-HA-HA! (digampar)

Nah, aku rasa sekian dulu dariku. Kita bertemu lagi setelah wawancara ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Sky Academy

Aldebaran (Bagian 1)

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Laut Bercerita

Magical Seira #1 (Seira and The Legend of Madriva)