Keroyokan Edisi : Middle Grade, tapi Kureng ....

Genre Tersuper Gacor (Bagi Impy)

Selamat pagi, siang, sore, malam, subuh, wahai Pembaca Budiman yang Impy cintai.

Membicarakan novel, pasti ada genre novel spesifik yang tidak terlalu kita sukai. Dan biasanya, kalau batin ini sudah tidak menyukai sesuatu, apa pun dari hal tersebut akan terasa ngeselin, yakan? Negatif Thinking aja bawaannya gitu. Namun, bukan ketidaksukaan itu yang akan kita bahas hari ini.

Ibarat Yin dan Yang, tentunya kita juga punya genre novel spesifik yang begitu dicintai sehingga seburuk apa pun isinya masih ada secuil rasa sayang yang membuat kita segan berkata-kata kasar. Nah, itulah pembahasan hari ini, sebab bagi Impy genre tercinta itu tak lain dan tak bukan adalah ... Kalian pasti sudah bisa menebaknya. Yap, benar sekali ....

MIDDLE GRADE!!!

Genre yang benar-benar aduhai, apa lagi kalau dikombinasikan Fantasi dan Petualangan. Ada sesuatu yang menyenangkan dari petualangan bertokoh anak-anak, cara mereka melihat dunia masih dipenuhi fantasi dan kepolosan, bukan seperti orang dewasa yang diselubungi kegelapan dan kepahitan dunia nyata. (Statement berdasarkan pengalaman). Jadi setiap kali membaca novel Middle Grade, ada sensasi healing yang tidak bisa kudapatkan dalam novel bergenre lain.

Namun, tahookah kalian kalau genre yang aku sukai dan tidak kusukai mempunyai satu persamaan, yaitu kagak bakal dibuat review yang konkret! Terkadang aku terlalu menyukai suatu cerita sampai tidak akan membahas apa pun selain puja-puji. Di sisi lain aku begitu muaq dengan suatu cerita sampai-sampai tidak kuat baca sampai habis!

Makanya, novel-novel brekele biasanya aku jadikan review keroyokan, sebab membahas satu cerita awikwok secara mendalam bikin mata, dan batin, dan mata batinku sakit kronis! Aku sudah beberapa kali membuat review keroyokan dari novel-novel yang tidak terlalu aku sukai, maka sekarang giliran review keroyokan dari genre yang paling kucintai!

TAPI EH TETAPI! Akan ada sedikit twist di sini. Apakah itu? Silakan baca sampai habis.

ARE YOU READY KIDS??? (kalian : NO!)

1. Midnight for Charlie Bone


Judul : Midnight for Charlie Bone #1 (Anak-anak Si Raja Merah)

Penulis : Jenny Nimmo

Penerbit : Ufuk Press (Versi Terjemahan)

Tahun Terbit : 2002, 2010 (Versi Terjemahan)

ISBN : 9786028801522

Tebal : 412 Halaman

Blurb :

Akibat bakat ajaibnya, Charlie dikirim ke sekolah asrama Bloor’s Academy ketika berusia sepuluh tahun. Sekolah itu berisi ratusan murid yang sepuluh di antaranya adalah anak-anak berbakat ajaib, seperti Billy yang bisa berbicara kepada binatang dan Gabriel yang bisa mendeteksi perasaan pemilik benda yang disentuhnya.

Di Bloor’s Academy yang penuh misteri, Charlie menyelidiki hilangnya Emma, seorang anak perempuan yang diduga tela h dihipnotis oleh Manfred Bloor, anak kepala sekolah. Bersama sahabat-sahabatnya, Benjamin dan Fidelio, Charlie berusaha mengungkapnya. Mampukah mereka memecahkan misteri tersebut? Selain itu, bisakah Charlie bertemu kembali dengan ayahnya, yang baru ia ketahui hilang, bukannya meninggal?

A. Plot plus Komeng

Kita berkenalan dengan anak laki-laki berusia 10 tahun bernama Charlie Bone. Bagaimana sifat dan sikapnya, siapa orang tuanya, teman-temannya, serta kehidupannya. Charlie bisa dibilang orang berada, meskipun kekayaan itu berasal dari pihak Ayah alias Keluarga Yewbeam. Sedangkan, keluarga Ibu kebalikannya, tidak memiliki apa pun, bahkan dinafkahi oleh Keluarga Yewbeam.

Terdengar wajar bagi keluarga untuk saling menolong. Namun, Keluarga Yewbeam, terutama Nenek Bone (Ibu dari ayah Charlie), menaungi ibu Charlie karena dia mengharapkan Charlie mewarisi ilmu sihir dari keluarga Yewbeam, yang mana adalah salah satu dari keturunan anak Raja Merah.

Latar cerita ini Fantasi, alias tidak ada di dunia nyata, tapi referensinya jelas negara Inggris Raya. Bayangkan saja, segenting apa pun situasi, para tokohnya pasti menyempatkan diri untuk minum teh barang beberapa menit. Bukankah itu hal paling Bri'ish di dunia?

Anyways, Nenek Bone sudah hampir menyerah menunggu kekuatan Charlie muncul. Sampai suatu hari Charlie bisa melihat kejadian-kejadian dalam sebuah foto. Nenek Bone dan keluarga Yewbeam lain pun semangat 45, dan langsung memaksa Charlie masuk ke sekolah khusus anak-anak berbakat, bernama Akademi Bloor's.

Hogwarts-nya novel ini lah ya, walaupun aku tidak menemukan kemiripan sama sekali antara kedua novel selain fakta bahwa dua-duanya mengambil tema SEKOLAHAN! Charlie menolak perintah tersebut, karena baginya Bloor's adalah sekolah anak-anak genius dan kaya-raya. Namun, lantaran Charlie secara harfiah adalah Orang Dalam, mau tidak mau dia harus masuk.

Mulai dari sini aku menemukan cukup banyak kejanggalan, atau lebih tepatnya keganjalan dalam hati. Dari mulai orang tua Charlie yang terlalu legowo melepas anaknya, Charlie yang sifatnya terlalu goodie-goodie two shoes, bibi-bibi dari keluarga Yewbeam yang sangat SUS tapi tidak ada satu orang pun berniat bertindak, juga kisah cinta absurd antar Miss Ingledew dan Paman Paton.

Memang, kejanggalan-kejanggalan itu mempunyai alasan masuk akal. Seperti Ibu Charlie dan Maisie (Ibu dari Ibu Charlie) yang menurutku tidak memberi perlawanan cukup besar demi membela Charlie. Maksudku, dia 10 tahun! Dipaksa melakukan sesuatu oleh orang-orang yang membencinya. Charlie SANGAT BUTUH bantuan orang dewasa saat ini.

Eh, tapi kita juga harus sadar, kalau kuasa keluarga Yewbeam terlampau besar atas mereka sehingga keluarga Ibu Charlie cuma bisa menurut. Toh, di sekolah itu Charlie bisa lebih "aman". Ya sudah, aku cuma bisa mengelus dada untuk si Charlie. Untungnya, interaksi antar Charlie dan mamanya sangat UwU.

Di sekolah Bloor's, tentu saja Charlie bertemu teman-teman baru dengan kemampuan masing-masing. Melewati berbagai pelajaran, serta ujian di akhir. Ya, secara harfiah Harry Potter dengan kulit lain. Aku tidak akan berkomentar lebih jauh tentang itu, karena Si Penulis sendiri mau bukunya disandingkan dengan Harry Potter. (Biarpun tidak ada kemiripan sama sekali).

B. Penilaian

Meihat genre yang diusung, seharusnya aku memberikan rating tinggi untuk novel ini. Namun oh nenamun ... Charlie Bone terlalu dibayang-bayangi Harry Potter. Bukan dari alur dan plot, tapi dari vibe secara keseluruhan. Aku tidak bilang itu tidak membuat novelnya jelek. Charlie Bone punya keunikan sendiri dari sisi World Building dan tokoh-tokoh.

Cuman, karena penulis sejak awal sudah mengasosiasikan novelnya dengan Harry Potter, kita sebagai pembaca pun jadi tidak bisa fokus ke cerita. Lebih ke mencari-cari sisi sebelah mana yang dimirip-miripkan dengan Harry Potter. Jadilah vibe keseluruhannya tidak nendank, tidak memberi konsep baru tidak uniq, y'know?

Makanya sebagaimana aku mencintai Middle Grade, aku akan tetap adil pada sesuatu yang kurang bisa aku nimati. Rasanya, memberi TIGA BINTANG pada Charlie Bone cukup adil. Jujurlly, seri lain dari Charlie Bone pun belum selesai kubaca, karena tidak ada yang cukup menarik bagiku dari situ, terutama para tokohnya, alias komponen paling penting supaya se-fruit novel bisa Impy cintai.

2. Scary Stories To Tell in The Dark


Judul : Scary Stories to Tell in the Dark

Penulis : Alvin Schwartz

Penerbit : Scholastic

Tahun Terbit : 1989 (Cetakan Pertama)

ISBN : 9780590431972

Tebal : 111 Halaman

Blurb :

This spooky addition to Alvin Schwartz's popular books on American folklore is filled with tales of eerie horror and dark revenge that will make you jump with fright.

There is a story here for everyone—skeletons with torn and tangled flesh who roam the earth; a ghost who takes revenge on her murderer; and a haunted house where every night a bloody head falls down the chimney.

Stephen Gammell's splendidly creepy drawings perfectly capture the mood of more than two dozen scary stories—and even scary songs—all just right for reading alone or for telling aloud in the dark.

If You Dare!

A. Plot plus Komeng

Buku ini sebenarnya bukan benar-benar novel, melainkan kumpulan cerita horor pendek yang bertujuan untuk diceritakan kembali. Kalau kalian suka nonton film Hollywood, ada yang namanya Campfire Story, alias Cerita Perkemahan. Acara di mana anak-anak berkumpul mengelilingi api unggun untuk saling membagi cerita seram.

Nah, buku ini bisa jadi panduan bagi siapa saja yang ingin menceritakan kisah seram, tapi tidak pernah mengalami hal seram, h3h3 ... Mulai dari sosok mayat hidup, anomali di gedung kosong, sampai ke body horor, semua genre dan tema horor maupun thriller ada dalam buku ini. Kisah paling populer dalam buku ini di antaranya, orang-orangan sawah dan wanita berkulit pucat.

Aku lupa nama mereka dalam novel, tapi aku yakin kalian pernah melihat ilustrasi dari anomali-anomali tersebut di internet. Aku ... tidak akan mencantumkan gambarnya di sini demi kebaikan kita bersama. Percayalah, ilustasi dalam buku ini mampu membuat tidur kalian kurang dari delapan jam akibat mimpi buruk. SEREM-SEREM BANGET, BEJIR!!!

Jujurlly, kisah-kisah dalam buku ini tidak begitu seram, tapi gambar-gambar pendamping cerita itu sendiri sangat menghantui. Entah buku ini punya berapa seri, aku hanya membaca sampai seri ketiga. Harus aku katakan, semakin ke sini, cerita seram yang disajikan semakin kureng. Ya ... memang sulit menyajikan kisah-kisah seram kalau alur, latar, serta konfliknya terus berulang.

Namun, ada yang unik dari gaya bahasa buku ini. Terkadang ada panduan tentang kapan waktu yang tepat untuk membaca suatu cerita. Narasi akan memberi arahan seperti, "Ceritakan saat malam berkabut." atau "Ceritakan kisah ini kalau kalian sedang di dekat sungai atau danau." Kalau sudah ada panduan seperti itu, biasanya ada sesuatu yang harus dilakukan si pencerita supaya kisahnya lebih gacor.

Misalnya, di momen paling tegang narasi menyuruh si calon pencerita melempar batu ke danau, atau mengaggetkan para pendengar supaya punch line-nya semakin terasa. Itu tidak pernah aku temukan dalam buku mana pun. Jelas membuat acara perkemahan semakin seru.

B. Penilaian

Buku ini jelas ditujukan untuk anak-anak ... agak cheesy, agak gimmicky, kebaca banget plotnya, tapi bisa membuat anak-anak ketakutan saat acara kemah. Sedangkan, aku di usia seperempat abad membaca kisah-kisah dalam buku ini dengan senyum kecut. I'm too old for this. Kalau bukan karena ilustrasi di dalamnya, buku ini tidak ada bedanya dari buku "Ini Budi, ini Ibu Budi".

Walaupun, buku ini sangat bisa dikembangkan kalau mau ditujukan untuk pembaca lebih tua. Seperti yang mereka lakukan pada adaptasi film. Betul sekali, Pembaca Budiman, buku ini pernah dijadikan film pada tahun 2019. Konflik di situ diperdalam, gore-nya lebih berasa, konsekuensi yang diterima tokoh lebih besar, risiko pun lebih terasa menegangkan.

Buku ini bisa kuberi TIGA BINTANG, lebih karena ini bukan benar-benar novel. Cerita di dalamnya pun seru di buku pertama, selebihnya terlihat jelas kalau si penulis kekurangan konten seram untuk diceritakan. Mengesampingkan semua itu, buku ini banyak membuat anak-anak bule yang tengah berkemah ketakutan setengah metong.

3. Kecil-kecil Punya Karya

A. Cuma Komeng

Pembaca Budiman, tahookah kalian kalau sampai saat ini Impy masih sering ditanya, "Begimana tanggapan Impy tentang serial KKPK? Bukannya itu Middle Grade dan Impy cinta-cinta-cinta Middle Grade?"

Jawabanku sampai sekarang pun masih sama, yaitu ... Aku cuma membuat review pada genre Middle Grade yang ditulis oleh ORANG DEWASA, bukan anak-anak.

Kenapa demikian? Orang dewasa memahami anak-anak sekaligus memahami kepenulisan. Orang dewasa jelas bisa menyusun unsur intrinsik barokah, Plot konkret, Alur jelas, Penokohan akurat, Dialog sesuai, serta Latar konsisten. Nah, dari pemahaman tersebut, barulah novel Middle Grade dibuat. Sebuah kisah manis yang cocok untuk anak-anak, tapi juga digemari orang-orang dewasa.

Sedangkan penulis KKPK berusia 10 sampai 15 tahun. Mereka secara harfiah MASIH BAYI! Anak-anak usia segitu menulis untuk diri mereka sendiri. Mereka teramat-sangat-ngengat belum paham apa itu unsur intrinsik, apa lagi disuruh membuat alur konkret. Beberapa dari KKPK bahkan berupa Diary. Kalian mau tahu seperti apa Diary-ku di usia 10 sampai 15 tahun?

PERCAYALAH, KALIAN TIDAK AKAN MAU TAHU!

Para penulis KKPK hanya akan menulis apa yang ada dalam kepala mereka detik itu juga, dan itu sangat membanggakan. Mereka sedang dalam masa memulai proses yang sangat panjang dan berat. Mengingat betapa tidak ramahnya negara kita pada para penulis. Biarkan mereka belajar, biarkan mereka menjadi diri sendiri. Ilmu akan datang seiring waktu.

Also ... Kenapa kalian kepengin banget melihat Impy menjulid anak-anak! KALIAN BENAR BENAR PEMBACA  ANJ--- Anjuran para ahli terpercaya ☺️🙏🏻

Ya, Impy memang pernah menjulid karya Watpat yang penulisnya saat itu masih berusia 16 tahun. BUT!!! Itu bukan salahku! Mereka membuat konten hot-hot-hot saat mereka sendiri belum memahami apa pun tentang konten hot-hot-hot! Mereka mengandalkan Fitfty Shades of Gray sebagai Kitab Suci for fukk sake! Aku harus memberi mereka pelajaran!
  

Penutup

Kalian masih ingat Asas-asas Review Novel yang Impy buat dua tahun lalu? Silakan kunjungi kalau kalian lupa atau belum pernah baca (Promo di lapak sendiri nih, yee!). Tepatnya poin kelima, di situ Impy mengatakan bahwa dalam membuat review, kita harus menjadi jujur dan adil. Alias tidak boleh bias, tidak boleh berat sebelah, jangan juga punya sifat "tidak enakan" atau takut sama penulis sepooh.

Harus diakui kalau selera mengambil peran besar dalam membuat review. Namun, review sebisa mungkin harus dibuat objektif supaya pembaca bisa saling berbagi pendapat, bahkan berdiskusi tentang buku yang sedang dibahas. Makanya menjadi jujur adalah salah satu cara mencapai keobjektifitasan tersebut, bukan secara keseluruhan, tapi dari diri sendiri.

Seperti juga aku pada genre Middle Grade. Hanya karena aku cinta-cinta-cinta genre Middle Grade, bukan berarti aku harus bilang kalau semua genre Middle Grade bagus. Tak jarang genre tersebut dieksekusi dengan kurang barokah, atau problematik, bahkan membosankan. Nah, kalau sudah begitu yang bisa aku lakukan cuma berkata jujur.

Kecuali kalau seseorang memang dibayar untuk membuat review bagus, itu beda urusan ya ges, ya!

Sekian dulu pembahasan kali ini, kita bertemu lagi di review selanjutnya yang mungkin akan jadi segmen Apresiasi Karya Teman ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Novel "Pamungkas" Serial Bumi? Affah Iyah? (Review : Aldebaran Bagian 1)

1001 Tips Ngeselin Ala Pacc TL (Review : Ily)

Sequel yang (Nyaris) Terlupakan (Review : Sky Academy)

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Buku yang Sempurna ... Kata Orang-orang (Review : Laut Bercerita)

Sitta Karina dan Fantasi Era Golden Decade (Review : Seira and The Legend of Madriva)