Apresiasi Karya Teman Edisi Quercus Alba (Review : Sunflower Boy)
.png)
Judul : Sunflower Boy
Penulis : Quercus Alba
Penerbit : Allo Pedia
Tahun Terbit : 2025
QRCBN : 62-275-7323-815
Tebal : 228 halaman
Blurb :
Whitechapel, London, 1871
Jacob Eyre dan Edward Sterling telah tumbuh dewasa--meski masih terlalu gila untuk disebut matang. Bersama Inspektur Abberline yang pusing tujuh keliling, seorang dokter yang gemar mengutuk pasiennya, seorang buruh pabrik pengecoran besi yang religius, gadis yang sering disalahpahami dan anak perempuan yang mengidolakan parfumnya Edward, mereka mencoba menyelidiki sebuah kasus yang ... "Manis".
Manis, semanis campuran gula, herbal dan perasa stroberi. Juga semais bocah lelaki yag tak pernah kembali dari panti, dan semanis kancing bunga matahari yang ia tinggalkan--lambang kecil yang mengubah Jacob dari bandit menjadi algojo moral.
Oh, dan jangan lupa! Seseorang harus membaptis Jacob di Sungai Thames--tentu saja, siapa lagi kalau bukan anak buahnya sendiri?
Buku ini adalah kisah kriminal absurd dan berlumur jelaga London, tepatnya di Whitechapel yang kumuh dan sumpek. Jika kamu mencari kisah inspiratif yang menggugah jiwa atau kasus gelap yang berdarah-darah, bukan di sini tempatnya.

MENGANDUNG SPOILER!!!
A. Impy Si Penyembah Enggres
Baiklah, Pembaca Budiman, aku mengaku ... Aku punya obsesi berlebihan pada Inggris Raya! Aku membicarakan Inggris Raya saat ini, di Zaman Victoria, Abad Pertengahan, Era Kuno, bahkan Zaman Purba Inggris kalau memang ada. Mugkin karena penulis dari negara tersebut sering menciptakan kisah Fantasi paling legendaris seperti; Peter Pan, Narnia, Alice in Wonderland, The Lord of The Ring, dan sebagainya.
Setiap membaca karya penulis Inggris, aku merasa seperti ikut dibawa ke dunia lain. Mereka bukan cuma menyajikan kisah superior, tapi juga menggambarkan latar tempat, waktu, serta suasana yang begitu nyata. Belum lagi membicarakan sistem monarki. Raja, ratu, pangeran, putri, para bangsawan, kesatria berzirah besi. Mahkota, gaun megah, kuda-kuda. AKU SUKA SUKA SUKA!
Padahal ... sejarah menyebutkan kalau Inggris terutama Abad Pertegahan mungkin zaman paling jorok, paling bau, paling berwabah, dan paling menyengsarakan dalam sejarah. Ditambah zaman itu sangat tidak ramah wanita, hukum masih bar-bar, tidak usah repot-repot membahas HAM, rasisme di mana-mana. Secara harfiah zaman jahiliyah!
Well ... salahku juga, membaca novel berlatar Inggris genre fantasi atau malah tokohnya orang-orang berkecukupan dari zaman itu. Tentu saja sisi paling sempurna dari Inggris yang aku dapatkan. Nah, bagaimana dengan sisi paling terbelakang, paling kelam, paling sumpek, katakanlah paling "realistis" dari Inggris? Itulah yang dijanjikan novel Sunflower Boy karya Sodari Quercus Alba.
Aku pertama kali membaca karya Ny. Alba berjudul House of Sterling di Watpat. Mengisahkan tiga bersaudara Sterling dengan segala tingkah aduhai mereka. I love me some sibling story! Belum sempat tamat membaca House of Sterling, aku malah dapat kabar Ny. Alba menerbitkan se-fruit novel. Aku selalu ikut bersemangat saat teman seperjuangan menerbitkan buku, jadi aku ingin mengapresiasi semaksimal mungkin!
Ikut PO ✅
Sampul bukunya supaya rapi ✅
Baca bukunya ✅
Bikin catatan barokah ✅
Minta izin kepada Ny. Alba sendiri untuk membuat review ✅
Semua daftar sudah diceklis, hal-hal penting sudah dilaksanakan. Aku lebih siap daripada seekor kelinci yang berjalan kaki di pertengahan musim panas!
By the way ... Sampul yang aku gunakan untuk judul di atas adalah versi Watpat. Jujurly, aku lebih suka sampul tersebut daripada versi cetak. Latar belakang di versi cetak berwarna merah yang terlalu gelap, tata letak font dan ilustrasi juga kurang oke. Aku tidak bisa melihat apa pun selain ilustrasi anak laki-laki di situ.
Dengan catatan tersebut, maka marilah kita jelajahi sisi pengap London di era Victoria bersama Jacob Eyre dan Edward Sterling!
B. Plot
Mari kita luruskan sesuatu untuk sejenak ... APA MAKSUDNYA AKU HARUS MENAMATKAN HOUSE OF STERLING DULU SEBELUM NOVEL INI?
Rasanya mau nangis! Kenapa Ny. Alba tidak menerbitkan House of Sterling sebelum Sunflower Boy kalau memang novel itu yang harus dibaca pertama! Urutannya tidak jelas sama sekali! Ekhem ... Padahal tertera pada deskripsi Watpat kalau Sunflower Boy adalah seri kedua (atau ketiga) setelah House of Sterling, tapi aku tidak membacanya. Jadi aku akan pura-pura tidak tahu dan menyalahkan Ny. Alba supaya kredibilitasku tetap terjaga, xixixi (digampar).
Well ... sebenarnya novel ini bisa berdiri sendiri, plot dan konfliknya sudah konkret, alias bukan kelanjutan dari kisah lain. Hanya saja, untuk mengerti latar belakang serta hubungan antar tokoh, kita jelas harus membaca novel-novel sebelumnya. Dalam konteks ini tokoh utama kita Jacob dan Edward.
Jacob dan Edward adalah pemuda dari latar belakang berbeda. Jacob anak jalanan, pemimpin gengster yang sering membuat rusuh bernama The Rooks, tapi punya moral baik. Katakanlah seperti Robin Hood. Di sisi lain ada Edward si anak bangsawan nan terpelajar, bekerja sebagai detektif kepolisian yang seharusnya memberantas orang-orang semodel Jacob, bukan malah menjadi sahabatnya.
Namun, itulah yang terjadi. Akibat penyalahgunaan serta penyebarluasan obat batuk SUS yang mengancam nyawa anak-anak London. Edward dan Jacob pun "bersatu" untuk menggulingkan bisnis kotor tersebut. Fakta bahwa obat SUS itu sudah populer di khalayak ramai, serta pemiliknya adalah seorang wanita berpengaruh di London, membuat tugas Jacob dan Edward semakin rumit.
Belum lagi The Rooks kepemimpinan Jacob harus bertikai dengan geng besar lain di London bernama The Parlour. Kalau The Rooks berisi anak-anak jalanan, The Parlour justru tempatnya orang-orang elit. Bayangkan betapa jomplang pertikaian itu nantinya! Namun, kharisma Jacob sebagai seorang pemuda, serta relasi dari kalangan penting, membuat Jacob senantiasa terbebas dari jeruji besi.
Begitulah kira-kira rangkuman plot secara keseluruhan. Memang terbilang simpel, bukan kisah inspiratif menggugah jiwa ataupun kasus gelap berdarah-darah, sesuai pernyataan pada blurb. Dikarenakan plot simple, penulis sepertinya ingin menonjolkan sisi World Building dan penokohan. Aku bisa merasakannya sepanjang cerita.
Masing-masing tokoh punya ciri khas, sifat dan sikap terbilang kuat, dialog mereka pun unik-unik. Aku paling suka saat para tokoh mulai bersumpah serapah, entah saat marah, frustrasi, atau kebingungan. Vibe Bri'ish-nya sangat terasa. Aku menembak Sunflower Boy terinspirasi dari novel Oliver Twist karya Charles Dicknes. Beberapa kali novel klasik itu disebut-sebut, bahkan disandingkan dengan kehidupan Jacob. Aku belum pernah membaca Oliver Twist, tapi sekarang aku sangat menginginkannya!
Aku tidak punya masalah pada tokoh dan penokohan dari novel ini, bahkan kalau penulis memang ingin menonjolkan sisi tersebut, harus kukatakan beliau sangat berhasil. Namun, kembali lagi pada keluhanku (alias kemembleanku) di awal. SUNFLOWER BOY BUKAN SERI PERTAMA! Aku tidak punya konteks detail bagaimana masa kecil Jacob dan Edward, padahal dua hal itu adalah kunci untuk memahami moral serta persahabatan mereka.
Sosok Jacob Eyre. Narasi menceritakan kalau masa kecil Jacob menyedihkan, bekerja bagai budak di tambang sejak usia sangat muda, hingga menjadi kelinci percobaan oleh orang berpengaruh yang manipulatif. Tapi karena aku tidak tahu detail kejadiannya, alias hanya diberitahu fakta tanpa diajak merasakan, akhirnya fakta itu tidak berpengaruh apa pun, atau membuatku mengerti penokohan Jacob lebih dalam.
Tokoh lain sering menggadang-gadang kalau kepopuleran Jacob dan The Rooks sudah tersebar seantero London. Jacob sebagai jagoan, ahli bikin rusuh, tengil, kharismatik, dan berbagai keunikan lainnya. Namun oh nenamun ... lagi-lagi perilakunya sepanjang cerita tidak demikian. Ya, dia bicara kocak. Ya, dia membuat celetukan-celetukan khas jokster, tapi ... tidak se-unique yang dikatakan tokoh-tokoh lain.
Tokoh-tokoh dalam novel ini be like, "Lepas Jacob Eyre tanpa pengawasan, maka dia akan menghancurkan London sebelum kau selesai mengucapkan Worcestershire!"
Dan aku di tempatku be like, Affah Iyah?
Sekali lagi ... karena penggambaran Jacob tidak se-Troublemaker itu. Aku mengharapkan lebih banyak flashback tentang kenakalan Jacob, atau mungkin satu bab khusus didedikasikan untuk Jacob dengan segala tingkah wadidaw bersama The Rooks, serta metodenya lepas dari masalah dan jeruji besi berkat kecerdikan juga kelicikannya. Sayang beribu sayang, itu tidak kita dapatkan.
Edward di sisi lain ... aku sangat penasaran bagaimana proses anak bungsu paling dimanja dan cengeng di keluarga Sterling, bisa menjadi sosok aristrokat dingin dan bertata-krama begitu. Perubahan signifikan itu mungkin bakal aku dapatkan kalau sudah menamatkan House of Sterling. Namun, aku tetap mengharapkan ada momen di mana Edward merefleksikan masa mudanya, bagaimana ia dahulu sampai bisa tumbuh menjadi seperti sekarang.
Satu lagi yang membuatku kecewa dari penokohan Edward. Dia tidak sekali pun menyinggung kakak-kakaknya Will dan Alfred. Tidak lewat surat, tidak lewat batin, tidak lewat memori atau flashback. Sebagai penikmat tema persaudaraan, aku sangat menantikan Edward ngomongin kakak-kakaknya barang sekali saja, tapi momen itu tidak pernah ada.
Sebenarnya hal itu membuatku curiga ... APAKAH WILL DAN ALFRED METOT? Baiklah, itu terlalu ekstrem. Namun, aku tetap sangat penasaran apa yang terjadi pada kakak beradik Sterling sampai Edward tidak pernah (atau tidak mau) menyinggung kakak-kakaknya sepanjang 200+ halaman! Sepertinya ... aku harus kembali ke House of Sterling untuk ini!
Mengesampingkan semua itu, konflik utama novel ini sebenarnya agak membingungkan. Masuk akal dan sangat menarik memang, tapi agak membingungkan.
Jacob menyaksikan seorang anak bernama Nibbles meninggal akibat overdosis obat batuk SUS. Kemudian tidak ada hujan, tidak ada badai, entah apa motivasinya, Jacob terobsesi menjadi pahlawan kesiangan. Dia begitu bertekad ingin menutup parbik obat SUS tersebut SAAT ITU JUGA, padahal Nibbles bukan siapa-siapa bagi Jacob.
Mungkin Jacob merasa relate pada Nibbles, karena dahulu dia juga seorang pekerja anak yang dieksploitasi, tapi kenapa harus Nibbles secara spesifik? Di saat ratusan bahkan ribuan anak di London mengalami hal serupa. Tidak ada alasan yang cukup kuat untuk Jacob melakukan segala hal "penyelamatan" selain kepentingan Plot.
Edward juga demikian ... sebagai detektif polisi, kenapa dia baru kepengin menyelidiki toko obat SUS ketika Jacob juga terlibat? Kemarin-kemarin ke mana? Padahal Edward punya adik perempuan yang nyaris kecanduan obat SUS, banyak juga kasus anak-anak meninggal akibat obat SUS yang dia tangani secara langsung. Segala motivasi barokah itu, Edward malah tergerak memulai tindakan karena Jacob yang meminta?
Itu juga terjadi pada tokoh lain seperti Doc dan Inspektur Freddy, yang seharusnya sebagai orang-orang penting, sudah memulai tindakan sejak jauh-jauh hari, tapi baru pada peduli sejak Jacob yang meminta. Apakah ini kharisma Jacob Eyre yang mereka maksud? Bisa menumbuhkan moral pada diri orang lain, dan melakukan hal yang seharusnya MEMANG TUGAS MEREKA!
Maka dari itu, saat aku mengetahui bahwa Sunflower Boy yang dimaksud judul, dan ilustrasi anak kecil di sampul adalah Nibbles, dan judul Sunflower diambil karena Nibbles punya pin bunga matahari di kantong bajunya saat meninggal. Seharusnya aku merasakan sesuatu dalam lubuk hati ini, 'kan? Tapi aku malah jadi kayak, udeh gitu doang? Gitu lho ... Mungkin karena ekspektasiku terlalu tinggi? Entahlah.
Well, in the end of the book ... Ny. Alba sendiri bilang kalau ini adalah kisah absurd berlatar London era Victoria. Mungkin memang tidak diniatkan ada momen tercengang, mungkin memang tidak mengharuskan kita berpikir, apa lagi mencari teka-teki atau makna tersirat. Nikmati saja kisah yang disajikan, dan aku memang menikmatinya.
Apa lagi kalau ada lebih banyak adegan Jacob dan Edward berdansa saat mabuk. Ekhem ... maksudku bukan bagaimana-bagaimana 👁️👄👁️
C. Penokohan
Jacob. Aku sangat memahami trope Jacob Eyre. Aku juga punya satu tokoh yang modelannya begini! Dan aku sangat mencintainya! Cuek, kharismatik, egomaniak, suka tebar pesona, tengil, tukang cari masalah, tapi sebenarnya Good Buoy yang bisa memikat hati semua orang kalau dia mau mencoba. Intinya, jika se-fruit novel punya tokoh semodel Jacob maka aku akan menyukai novel tersebut!
Maka aku sangat sebal pada fakta bahwa novel ini tidak memberikanku konteks lebih dalam kenapa Jacob menjadi seorang Jacob. Kalian paham maksudku? Aku ingin tahu segala hal tentang tokoh ini, tapi penulis tidak memberikannya padaku, sebab beliau mungkin sudah melakukannya di novel lain yang BELUM AKU BACA! Ini murni salahku, tho ....
Edward. Trope tokoh lain yang pasti membuatku langsung menyukai se-fruit novel adalah penokohan seperti Edward. Selain aku punya bias pada nama-nama klasik inggris seperti 'Edward'. Seorang pria intelektual, bertutur kata sopan, dingin, tapi tetap berusaha ramah, agak sassy dan sarkas. Siapa yang tidak menyukai pria seperti itu dalam kehidupan kita!
Namun, aku membaca House of Sterling sampai chapter 10, dan harus aku katakan, Edward yang ada di House of Sterling dengan Edward di Sunflower Boy terasa seperti dua tokoh berbeda. Itu bisa jadi karena kedewasaan, masalahnya aku tidak tahu apa yang terjadi sehingga Edward ini bisa berubah sedemikian rupa menjadi Edward itu. Dan aku ingin tahu, aku ingin mengerti. Tapi sekali lagi novel ini tidak memberi tahu.
Freddy Abberline. Kepala Polisi yang galak. Tipikal bapak-bapak boomer penganut feodalisme yang ingin selalu ditinggikan oleh bawahannya. Jujurly, bapak-bapak satu ini tidak memberiku vibe galak. Malahan dia sering kali dijadikan bahan lelucon. Satu-satunya yang takut pada Inspektur Freddy cuma Edward. Mari bicara jujur ....
Hazel Abberline. Adik Inspektur. Cantik dan pemberani. Sebagai adik dari kepala polisi galak, tentu saja Hazel justru baik hati dan supel. Berteman dengan siapa saja, begitu berkharisma hingga memikat Jacob dan Edward sekaligus. Tidak ada kisah cinta segitiga brekele di sini, sebab setiap tokoh menghargai keputusan tokoh lainnya.
Kroco Jacob (The Rooks). Ada Clara si anak tengil pemuja Jacob. Aku sempat curiga Clara bakal jadi 'love interest' bagi salah satu tokoh dewasa di sini. BUT!!! Kita membicarakan Ny. Alba di sini, tentu beliau tidak akan membuat keputusan se-brekele itu! Kemudian ada Abraham, classic second in command, lebih pintar dan lebih dewasa dari Sang Pemimpin, tapi tetap mengerjakan tugasnya dengan sangat baik dan menghormati pemimpinnya.
Lalu ada 'Chripy' Bill, yang membuatku bertenyea-tanyea ... apakah dia metot? Aku sangat ingin mengenalnya lebih banyak, tapi dia malah hilang entah ke mana setelah bertemu wanita-wanita Girlboss. Selanjutnya ada Doc Gerrard. Ekhem ... sepertinya dia bukan anggota The Rooks, tapi dia sering nongkrong bareng Jacob. Marilah kita taro juga di sini.
Anneliese dan Angelique. Mereka bukan termasuk tokoh utama banget, tapi mereka sangat-sangat-sangat Kul Bet! Aku suka konsep wanita cantik, elegan, berpendidikan, dan jagoan, yang memakain jas resmi. It's giving Girlboss, it's giving YASS QUEENN! Bab yang menceritakan mereka adalah bab kesukaanku, meskipun taruhannya adalah salah satu anggota The Rooks. I'm Sorry Bill.
D. Dialog
Neptunus tahu betapa pentingnya dialog bagi seorang Impy. Aku tidak meminta banyak pada dialog sebuah novel, asal sesuai latar dan suasana, dan kalau bisa sesuai genre. Aku tidak mau melihat latar kerajaan zaman dulu, tapi dialog tokoh gaul ala-ala anak SMA watpat. Aku tidak terima suasana serius, tapi dialognya dibikin kocak, karena tokoh yang bicara punya sifat kocak. Lompatlah kalian ke rawa-rawa!
Sunflower Boy untungnya ... sangat on point, cheff's kiss, perfecto! Seuai tema dan latar yang diambil. Setiap dialog punya keunikan sesuai kepribadian tokoh. Seperti yang kubilang, aku paling suka saat tokoh-tokoh di sini bersumpah serapah ala Bri'ish, seperti; God Blimmey, Bloody Hell, Christ on a Biscuits, Bollocks, dan lain sebagainya. Aku seperti sedang menonton film. Sangat seru.
Dialog di sini juga menggunakan kata ganti yang sangat sopan seperti Anda-Saya, Anda-Kamu. Itu membuat vibe keseluruhannya semakin fancy, y'know? Meskipun beberapa kali kecampur-campur. Di satu dialog yang tadinya menggunakan 'Saya', tiba-tiba berubah jadi 'Aku'. Entah itu kesalahan atau memang sengaja supaya susunan kalimatnya lebih padu.
E. Gaya Bahasa
Aku punya beberapa catatan tentang Gaya Bahasa Sunflower Boy. Ini ada kaitannya dengan novel-novel bertema Inggris Raya lain yang pernah aku baca. Seperti yang kubilang di atas, penulis-penulis dari Inggris sangat ahli menjabarkan latar tempat dan suasana. Secret Garden karya Frances Hodgson adalah salah satu yang penjabarannya paling membawaku ke dalam cerita.
Saat membaca deskripsi tempat dalam novel Secret Garden, aku seolah sedang berada di Inggris, tepatnya Yorkshire pada masa itu. Aku bisa merasakan apa yang Mary rasakan, padahal tidak pernah ke sana. Langit mendung, padang rumput, tanah basah. Suasana sepi yang menenangkan, bangunan tua mirip kastel yang menggema di setiap sudut. Aku bahkan seperti bisa merasakan embusan anginnya.
Sunflower Boy di sisi lain kurang bisa membawaku masuk ke cerita. Penjabaran Whitechapel yang seharusnya digambarkan kumuh, kusam, serta padat penduduk kurang dideskripsikan demikian. Walhasil, aku masih membayangkan Inggris versi bias, alias membayangkan yang bagus-bagus. Aku lupa kalau seharusnya novel ini membuatku merasa Inggris tuh gak seindah itu.
Latar suasana dalam novel ini juga terkadang suka berubah-ubah tidak pada tempatnya. Paling terlihat di Bab 8. Untuk beberapa alasan Edward dan Jacob ikut makan malam di rumah Inspektur Freddy. Ada istrinya (Emma) dan adiknya (Hazel) juga di situ. Di satu adegan mereka berdebat yang menurutku tensinya sangat serius. Sampai membicarakan ancaman hukuman mati segala.
Lagi serius begitu, tiba-tiba Hazel malah terkikik, lantaran merasa lucu melihat kakaknya yang seorang polisi berdebat dengan para rakyat jelata. Hilang sudah suasana tegang yang sudah terbangun di kepalaku gara-gara si Hazel! Perpindahan suasananya terlalu tiba-tiba gitu ... aku jadi bingung harus merasakan apa saat dihadapi suatu adegan!
Omong-omong perpindahan terlalu cepat, hal itu juga terjadi di bab-bab terakhir. Terutama saat The Rooks benar-benar bentrok dengan The Parlour. Kenapa adegan seseru itu harus berakhir dengan sangat cepat, dan tanpa konklusi barokah seolah hal itu tidak terjadi sama sekali? Mulai dari situ juga narasinya berubah jadi rangkuman sampai akhirnya tamat.
Itu sangat tidak memuaskanku Ny. Alba! Cepat buat adegan yang lebih detail! (ditendang)
Inti dari segmen ini sama seperti novel-novel karya teman lain yang aku review ... I WANT MOAR! Serius, kalian punya karya-karya paling barokah, tapi selalu menerbitkan novel fisik dengan jumlah halaman yang sangat sedikit! Hesteg justice for teman-teman penulisku! Kalau seandainya novel ini lebih tebal, fokus pada deskripsi dan narasi untuk World Building, aku yakin semua masalah akan selesai!
F. Penilaian
Sampul : 2 (versi cetak)
Plot : 3
Penokohan : 3,5
Dialog : 4
Gaya bahasa : 2,5
Total : 3 Bintang
G. Penutup
Jujurlly, saat tahu kalau Sunflower Boy adalah satu novel dari sebuah serial yang lebih besar, sekeping dari hatiku ikut hancur (gausah lebay, lu!)
Tapi serius ... aku sangat kiciwa pada diriku sendiri karena tidak mencari tempe sebelum mulai baca. Seperti yang kalian tahu, aku punya semacam OCD yang membuatku harus memiliki semua seri sebelum mulai membaca. Namun, bagaimana aku bisa melakukan itu kalau Ny. Alba belum menerbitkan seri yang lain!
Meskipun pada akhirnya aku menikmati ceritanya, terutama para tokohnya, tapi tetap tidak secara maksimal. Rasanya seperti datang terlambat ke sebuah acara. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, dan cuma bisa berusaha mengerti bagaimana ke depannya. Namun, sekali lagi itu sepenuhnya salahku.
Makanya aku membuat ikrar bahwa aku akan menjadi pembeli pertama jika Ny. Alba menerbitkan novel lain dari serial Sunflower Boy! Ingatlah ikrar ini! (Karena aku suka lupa, h3h3).
Sekali lagi kita ucapkan terima kasih pada Sodari Quercus Alba karena sudah memperbolehkan aku membahas novelnya yang super barokah ini di rumah Review Impy. Mohon maaf bila ada salah kata, dan jangan sampai rumahku digeruduk The Rooks setelah ini.
Sampai jumpa di review lainnya ^o^/




















Comments
Post a Comment