The School For Good and Evil (Jilid 2)


Judul : The School For Good and Evil (Jilid 2) : Dunia Tanpa Pangeran

Penulis : Soman Chainani

Penerbit : Bhuana Sastra

ISBN : 602-249-949-6

Tebal : 511 Halaman

Rating Pribadi : 4 stars

Blurb :


Sophie dan Agatha telah berhasil pulang ke Gavaldon, menjalani "bahagia selamanya" versi mereka. Namun, hidup tidak seperti dongeng yang mereka harapkan. Agatha diam-diam berharap seandainya ia memilih akhir bahagia yang lain bersama pangerannya. Permohonan rahasia itu membuka kembali pintu menuju Sekolah Kebaikan dan Kejahatan.

Tak disangka dunia yang dulu pernah ia ketahui bersama Sophie ternyata telah berubah. Penyihir dan putri, tukang tenung dan pangeran bukan lagi musuh. Ikatan baru telah terbentuk, menghancurkan hubungan lama. Namun, di balik hubungan rumit antara Kebaikan dan Kejahatan ini, perang sedang dipersiapkan.

Musuh yang sangat berbahaya tersembunyi di balik topeng wajah yang mereka kenal. Saat Agatha dan Sophie berjuang untuk memulihkan kedamaian, sebuah ancaman tak terduga bisa menghancurkan segalanya dan semua orang yang mereka cintai. Kali ini ancaman itu datang dari diri mereka sendiri.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Jatuh Cinta Lagi

Hai semua ... Impy Island di sini kembali membahas buku terbaik sepanjang masa (sejauh ini.)
Tahukah kalian? Jika pertama kali melihat The School For Good and Evil (Jilid 1) aku langsung jatuh cinta, melihat jilid ke-2, rasanya aku ingin langsung ke KUA untuk menikah secara sah hukum dan agama. Kenapa? Kalian bisa lihat sendiri. SI PANGERAN IDIOT ADA DI SAMPUL!!!

Tedros di dalam buku memang digambarkan berpenampilan menarik, macho, pemberani, dan macem-macem lah yang bikin cewek-cewek klepek-klepek. Begitu dia muncul di sampul, ternyata dia memang begitu. Ah, cowok ganteng idamanku. Bagi tipe-tipe pembaca yang juga menilai buku dari sampulnya, aku peringatkan jangan tertipu wajah tampan nan berwibawa cowok ini. Kenapa? ya kalian akan tahu kalau membaca kisahnya.

Nah, satu lagi yang kuperhatikan. Kenapa Agatha dan Sophie digambarkan seolah mereka musuh bebuyutan? Apa ini semua gara-gara Tedros? (Pasti, sih, karena dia itu pembawa sial.). Belum lagi seekor ular yang melingkar di sisi Sophie, sementara Agatha dikerubungi kupu-kupu biru yang cantik. Apa itu berarti Sophie resmi menjadi penyihir? Apakah Agatha sukses menjadi seorang putri?

Sedikit ke bawah kita bisa melihat jembatan penghubung antara Sekolah Kebaikan dan Sekolah Kejahatan terputus menjadi dua. Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di Sekolah Kebaikan dan Kejahatan, DAN AKU HARUS TAU APA ITU!!! Sekali lagi, Soman Chainani membuatku menilai buku dari sampulnya, dan lagi-lagi aku jatuh cinta dengan itu. (SENANG SEKARANG, HAH!)

B. Ngomongin Anu

Sophie dan Agatha sudah bahagia bersama, tapi ... apakah itu benar? Nyatanya Agatha merindukan pangerannya, lalu berkat permohonan sang putri, kembalilah mereka ke Sekolah Kebaikan dan Kejahatan, yang ternyata bukanlah lagi Sekolah Kebaikan dan Kejahatan, melainkan Sekolah Laki-laki dan Perempuan. Tidak peduli jahat atau baik, jika Laki-laki kalian masuk Sekolah Laki-laki, jika perempuan kalian masuk Sekolah Perempuan.

Banyak hal membingungkan terjadi di sini, semuanya kacau, diperparah dengan para guru dan dekan yang dimanterai sihir tidur sehingga tidak bisa mengendalikan keadaan. Laki-laki dan perempuan saling membenci, bahkan mereka akan melakukan peperangan tak lama lagi. Beberapa pangeran dari sekolah kebaikan sampai meminum ramuan pengubah gender demi bisa hidup enak. (Sekolah laki-laki terasa seperti di neraka).

Agatha dan Sophie bekerja sama agar sekolah menjadi normal kembali, karena bisa dibilang kekacauan ini adalah ulah mereka. Agatha mengurus sekolah perempuan, dan Sophie menjadi mata-mata di Sekolah Laki-laki. NAH! Di sini lagi-lagi kalian akan dibuat keheranan, kebingungan, dan gondok dengan jalan pikir tokoh-tokoh utama (terutama Tedros).

Masalahnya di sini adalah, Sophie ingin memiliki akhir bahagia, tapi Kejahatan tidak akan pernah mendapatkan itu. Sophie mencoba sekuat tenaga untuk menjadi baik, tapi semua itu percuma. Kebaikan tidak mengalir dalam darahnya. Melihat Agatha yang jelek mendapat begitu banyak anugerah seorang putri, Sophie menjadi iri bukan main. Di satu sisi ia benci Agatha, di sisi lain hanya Agatha satu-satunya sahabat yang mengerti dirinya.

Tidak melupakan juga kemunculan beberapa tokoh lain yang cukup (ekhem ... sangat) berpengaruh di dalam cerita. Semuanya beralasan, tapi sekali lagi Om Soman HELLOWW otakku tidak mampu menampung begitu banyak nama!

Dalam buku ini juga untuk pertama kalinya kita berkenalan dengan Sang Guru alias Sang Penculik Alias Sang Penjaga Menara dan ada beberapa alias yang lain. Lalu ada Storian, si pena kecil ajaib yang selama ini menentukan bagaimana jalan cerita sebuah dongeng. Ada juga Sader Bersaudara (Evelyn dan August) yang menggambarkan Kebaikan dan Kejahatan sesungguhnya.

August Sader menjadi orang yang sangat dihormati oleh Agatha, sementara Sophie lebih akrab dengan Evelyn, (kalian sudah tahu mana yang jahat dan mana yang baik dari sini.) Banyak sekali yang terjadi di buku kedua, dan semuanya akan menguji kepercayaan kalian pada sesuatu. Terkadang yang jahat tidak selalu jahat, padahal dia benar-benar jahat. Yang baik juga tidak selalu bersifat baik, padahal dia benar-benar baik.

Dan Tedros ... masih belum bisa memastika apa yang sebenarnya ia inginkan.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan The School For Good and Evil (Jilid 2)
  • Alur konflik yang sempurna, mengalir bagaikan sungai dari puncak gunung berapi (?)
  • Perkembangan sifat dan karakter tokoh sangat bagus. Ada tokoh yang bisa dicintai dan dibenci dalam satu waktu, itu bukan pekerjaan mudah.
  • Konflik batin yang dirasakan tokoh sangat terasa, kita pun belum tentu bisa memberikan saran kepada mereka. "Harusnya kamu begini ... harusnya kamu begitu ...." Tidak. Kalian pun akan ikut pusing jika berada di posisi mereka.
  • Masih tentang ilustrasi di dalam buku. Aku punya ritual melihat semua ilustrasi keren itu sebelum membaca isi buku. HA-HA-HA! (Ga penting.)
  • Oh, di dalam sampul, ada peta Sekolah Kebaikan dan Kejahatan. Kurang apa coba buku ini menggambarkan imajinasi kita.
Kekurangan The School For Good and Evil (Jilid 2)
  • Masih tentang penggambaran yang terlampau spesifik, tidak jarang aku menemukan kalimat yang malah jadi bertele-tele.
  • Minimnya quotes yang bisa dikutip dari cerita kedua ini. Memang ada beberapa tapi terkesan di ulang-ulang, dan malah kehilangan esensinya.
  • Entah ini kekurangan atau bukan, di buku ini ada adegan yang mengandung hal sensitif jika melihat budaya Indonesia. (Toh bukan inti dari cerita yang terus diceritakan)
  • Lagi-lagi tentang begitu banyaknya tokoh bermunculan. Entah bagi kalian, bagiku itu sebuah kekurangan karena aku orang pelupa.
  • Terakhir tentu saja ....
  • TEDROS LABIL!!! LU SEBENERNYE MAU AMA SOPHIE APE AME AGATHA!!!

D. Penutup

Soman Chainani benar-benar penulis yang pantas masuk New York Time Best Seller. Setiap ceritanya unik, padahal kisah yang diangkat sangat mainstream. Dia bisa membuat pembaca kebingungan, menebak-nebak, bahkan berprasangka buruk pada tokoh-tokoh di dalamnya. Kita tidak benar-benar bisa tahu siapa antagonis di kisah ini. Semua pernah jahat, semua berusaha menjadi baik, tinggal apakah itu berhasil atau tidak.

Hampir semua genre ada di sini, Fantasi, Petualangan, Remaja, Romantis, bahkan Thriller. Tapi semuanya dikemas dengans angat rapi. Kisah cinta, pertarungan, persahabatan. Semuanya bisa kita jadikan pelajaran. Bukan hanya melulu tentang keajaiban dunia fantasi, tapi juga sisi rasional sebagai manusia. Bahkan beberapa sangat reletable dengan dunia nyata. Memang hal-hal beginilah yang sering kita alami.

Jatuh cinta, bertengkar, iri, cemburu, tidak mau kalah, kekanakan. Semuanya menggambarkan bagaimana sifat-sifat remaja. Bedanya, di sini semua lebih istimewa karena ini fantasi. Apakah aku akan menyelesaikan buku ini sampai seri terakhir? Tentu! Apakah Bhuana Sastra akan terus menerjemahkannya? HARUS!!! Apakah aku akan membeli saat PO? Tergantung uangnya (hehehe)

Baiklah, aku rasa cukup untuk review kali ini. Mungkin aku akan menyelesaikan dulu seri The School For Good and Evil sebelum beralih ke buku-buku lain. Lihat saja nanti ....

Sekian dulu dari Impy Island semoga informasi yang kuberikan ini berguna untuk kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya ^O^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan