Si Putih
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020652283
Tebal : 376 Halaman
Blurb :
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020652283
Tebal : 376 Halaman
Blurb :
Bagaimana jika hewan kesayangan kalian ternyata hewan dengan kekuatan terbesar di dunia paralel? Bagaimana jika hewan yang terlihat imut, menggemaskan, ternyata bisa menjadi salah satu petarung paling hebat? Kali ini kita akan bertualang di klan baru, dengan tokoh-tokoh baru. Termasuk mengetahui bahwa pandemi yang menyusahkan penduduk juga terjadi di klan-klan jauh. Tapi ingatlah selalu, setiap ada kesusahan, selalu muncul hal-hal menarik yang positif. Kisah ini tentang si Putih, kucing kesayangan Raib. Masa lalu si Putih tidak kalah menarik, sebelum akhirnya kucing itu diletakkan di depan pintu rumah sebagai hadiah ulang tahun Raib. Buku ini adalah buku ke-10 dari serial BUMI.
MENGANDUNG SPOILER!!!
A. Ternyata Si Putih Duluan
Tadinya aku nggak ngeh sama blurb dan ternyata Si Putih adalah buku ke-10 sedangkan Lumpu adalah buku ke-11. Itu artinya urutan bacaku selama ini bener! Yeeeyy .... Yah, sebenarnya nggak "Yeey!" juga. Akan lebih masuk akal kalau Lumpu terbit duluan daripada Si Putih, karena secara harfiah Nebula lanjot ke Lumpu, tapi yasudahlah, apa boleh baut kan kalau itu kemauan Om Tere Liye! Toh, mulai dari buku Selena sebanrnya sudah mulai Spinn off dan bukan serial utama lagi.
Kalau mau jujur aku masih rada kurang sreg sama susunan serialnya, kalau memang itu spinn off bukankah lebih baik kalau sampul dibedakan dari serial utama. Ah, sudahlah, tidak perlu berbasa-basi lagi. Langusng kita mulai review Si Putih berikut ini. By the way, seperti biasa sampulnya cute, apa lagi warna dasarnya putih. Well ... judulnya saja Si Putih (Duh!)
B. Plot
Terinspirasi dari kondisi dunia yang sedang dikunjungi wabah Carolina, plot Si Putih juga mengambil tema bencana yang disebabkan oleh wabah. Wabah ini amat berbahaya, bahkan bisa memusnahkan seluruh warga klan Polaris jika mereka tidak buru-buru mengungsi ke tempat baru. Sebuah tempat evakuasi yang "bersih" dibatasi oleh dinding transparan super tinggi tak berujung. Kali ini tokoh utama kita bernama N-ou. Aku tidak tahu bagaimana melafalkan namanya dnegan benar, jadi selama membaca aku hanya menyebutnya Enou.
N-ou terpisah dari orang tuanya sejak usia dua belas tahun lantara ia terinfeksi virus dan gagal menembus dinding Polaris Baru. Anak itu sekarat dan nyaris mati di Polaris Lama, sampai seekor kucing putih besar berekor panjang menolong dan merawatnya (sebelumnya kucing itu diselamatkan pula oleh N-ou). Maka dimulailah petualangan mereka demi menembus dinding selama lima tahun yang akhirnya gagal. Maka dimulailah (lagi) petualangan ke seluruh klan Polaris, dalam kondisi N-ou dan Si Putih sudah dewasa.
Aku merasa ada banyak kejanggalan dalam plot novel ini. Aku berpikir ini adalah cikal bakal dari klan lain karena banyak sekali figuran dari buku-buku sebelumnya. Mulai dari sang Raja, apakah itu Si Tanpa Mahkota atau malah Tamus. Kenapa juga dampak virus hanya dialami oleh kota E-um sementara kota lain seolah nggak sadar virus itu ada? Kenapa juga si N-ou bisa jadi sehebat itu padahal dia nggak melakukan apa-apa. Aku mencium bau-bau Mary Sue. Tidak ada kejelasan kekuatan hebat itu datang dari mana selain "genetik".
Ending buku ini pun bisa dibilang kurang matang. Mengalahkan musuh, terus selesai, dan dunia pun menjadi lebih baik. Ya sudah, selesai begitu saja.
C. Penokohan
Kita punya N-ou sang Gary Stu. Dia memiliki si Putih alias kucing ajaib, dia bisa bicara pada hewan dan tumbuhan, dia bisa melakukan bonding level tertinggi secara tiba-tiba yang bahkan Raja ribuan tahun tidak bisa. Dia kuat dan keren, dia baik hati dan penolong. Literaly perfect without any flaw.
Selanjutnya ada si Putih, kucing putih (mungkin lebih cocok disebut macan putih) yang berekor sangaaat panjang. Si utih digambarkan besar dan terlihat ganas, tapi dia juga imut dan lucu, bahkan anak-anak tidak ada yang takut melihatnya pertama kali. Itu agak aneh. Si putih hanya bisa mengenong, dan saat dia mengeong iu pasti soal makanan.
Selanjutnya ada Pak Tua yang entah kenapa tidak pernah disebut namanya. Kerjaan pak tua hanya menggerutu atau membetulkan tabung oksigen. Pak Tua juga digambarkan bijak tapi menyebalkan. Meskipun terkadang dia bisa menjadi begitu lembek dan cemen(?).
Jangan melupakan figuran-figuran barokah seperti Bibi Gill, si Tanpa Mahkota atau Tamus, dan juga orang-orang dari klan lain yang tidak bisa kuingat namanya.
Jujur, tidak ada satu tokoh pun di buku ini yang menarik perhatianku, atau membuatku peduli terhadap mereka. Seperti biasa interaksi dan bonding tokoh sangat berpengaruh, tapi itu adalah kekurangan Om Tere Liye yang aku snagat tidak suka. KAKU SEKALE.
D. Dialog
Argh ... haruskah aku membahas ini? Selalu hal sama yang terulang lagi dan lagi. Aku katakan singkat saja. Tidak ada perubahan ....
E. Gaya Bahasa
Secara harfiah juga sama seperti buku-buku sebelumnya. Mungkin aku akan sedikit menambahkan kenapa adegan makan selalu penting bagi Tere Liye sampai dia harus menghabiskan waktu untuk menjelaskan begitu banyak adegan makan dan santai-santai. Tapi sekalinya bertarung beliau mengharapkan adegan epik tanpa pembangun di awalnya. Ibarat kita ada di lantai paling bawah gedung 100 lantai, lantas lift mengangkut kita ke lantai ke-100 dalam watu 1 detik saja.
F. Penilaian
Plot : 3
Penokohan : 2
Dialog : 1,5
Gaya Bahasa : 1,5
Total : 2 Bintang
G. Penutup
Aku yakin kalian lelah dengan review yang begini-begini lagi. Sama, aku juga sangaaat lelah, tapi bagaimana ya, sepertinya ini akan jadi review abadi yang menyiksa. Aku selalu suka menyiksa diri, bahkan aku kadang mau mereview novel teenlit Wattpad, tapi kemudian aku sadar itu akan jadi review julid yang itu-itu lagi.
Untuk selanjutnya aku akan berusaha mencari buku bagus yang bisa kurekomendasikan utnuk kalian. Untuk sekarang nikmati saja dulu apa yang ada.
Sampai jumpa di review selanjutnya ^o^/
Comments
Post a Comment