Elang Merah (Legenda Ksatria Cahaya #1)
Penulis : Andry Chang
Penerbit : Rafferty Publisher
ISBN : 9786026050021
Tebal : 283 Halaman
Blurb :
Dipertemukan oleh takdir, keduanya berjuang bersama para pahlawan lainnya, menumpas tunas angkara yang kembali merambah Terra Everna.
Majulah, Ksatria Cahaya! Penuhi takdirmu!
MENGANDUNG SPOILER!!!
A. Akhirnya Abis Juga!
Di postingan Intermezzo kemarin, aku menggolongkan serial ini sebagai buku-buku yang sulit aku review, lantaran betapa memblenya kemampuan otakku untuk mengingat nama-nama orang maupun tempat di dalamnya. Akan tetapi, aku tidak mau kalah dengan ke-memble-an otak ini, jadi aku memutuskan untuk membaca ulang seri Ksatria Cahaya dengan otak yang lebih jernih, mood bagus, dan makanan (oh, ini yang paling utama!). Maka dengan segala persiapan matang tersebut, aku pun mulai berperang ... maksudku, membaca serial yang sudah kumiliki sejak dua tahun lalu ini.
Marilah kita bahas cover buku ini terlebih dahulu. Kalau mau jujur, cover model begini bukan tipeku. Seandainya aku jalan-jalan ke toko buku dan melihat novel ini di salah satu rak, aku akan melengos pergi. Maksudku, ilustrasi kesatria dan tokohnya jelas sangat bagus, tapi entah kenapa terkesan terlalu epik, di sisi lain juga terlalu simple. Perpaduan background merah apinya juga terlalu seram cin. Mungkin kalau backgroundnya diganti langit atau medan pertempuran, itu akan lebih mantul.
Namun, kita di sini bukan untuk membahas cover, melainkan isi dari buku tersebut. Kalau begitu langsung saja kita ke review pribadiku di bawah ini.
P.S : Terima kasih untuk penulis yang berbaik hati membagi karyanya. This is a real deal!
B. Plot
Konflik utama dalam novel ini adalah legenda kesatria cahaya (iya, dong!). Sudut pandang yang dipakai adalah orang ketiga serba tahu, fokus sudut pandang berpindah-pindah, tapi utamanya tertuju pada seorang pemuda berambut putih bernama Robert. Protagonis utama kita yang sepanjang cerita membuatku memutar bola mata serta mencak-mencak tidak karuan. Novel ini terbagi ke dalam empat babak, dan menurutku masing-masing babaknya dibuat terlalu singkat bahkan terburu-buru. Kejadian demi kejadian terjadi, tanpa pendalaman kemistri antar tokoh, maupun konsekuensi yang jelas.
Ada banyak kejanggalan dalam adegan, dialog, maupun keputusan para tokoh di sini yang membuatku geregetan setengah mati. Nah, untuk lebih jelas lagi, marilah kita bedah satu per satu cerita setiap babaknya, dan bagian mana saja yang menurutku janggal. Oh, dan sebelum menuju setiap babak, kita akan dibawa melihat prolog panjang dan epik yang ujung-ujungnya malah diulang lagi versi singkatnya di babak pertama (Menghadeh).
Benar ... aku bicara padamu wahai Penyair Buta!
Babak Satu : Roda Takdir
Keseluruhan babak satu menceritakan masa lalu seorang anak biasa bernama Robert, yang hidup biasa di negeri biasa, bersama keluarga biasa. O-ho-ho, tapi kita semua tahu apa yang akan terjadi jika kehidupan protagonis utama biasa-biasa saja, bukan? BOOM!!! Serangan Orc memusnahkan seluruh desa dan penghuninya, kecuali Robert tentu saja karena dia protagonis. Kematian seluruh orang tercinta membuat Robert dipenuhi dendam kesumat kepada monster-monter tersebut.
Kematian sahabatnya-lah yang paling mempengaruhi Robert, sampai-sampai dia mengeluarkan semacam "chakra" yang membuat rambutnya berubah putih, dan punya cukup tenaga untuk membunuh satu Orc sebelum akhirnya pingsan. Aku sebenarnya bingung dia dapet kekuatan begitu dari mana. Sempat mencap Rob sebagai Mary Sue, tapi aku masih menaruh harapan kepadanya. Barang kali dia memang "Istimewa" tapi belum menyadari, dan belum bisa mengontrol "chakra" tersebut tanpa latihan keras. Toh dia digadang-gadang menjadi Kesatria Cahaya (Bruuh).
Singkat cerita, Robert pun diselamatkan dan diangkat menjadi murid oleh seorang bangsawan bernama Walthron. Dia ini semacam Jenderal paling hebat di kerajaan, dermawan, baik, dan bijaksana. Tapi sayang, salah satu anaknya yang bernama John bersifat kebalikan dari semua itu. Perlu kuingatkan kalau si John ini digambarkan UDAH DEWASA! Tapi sifat iri dengkinya lebay parah ke "anak kecil" seperti Robert. Meskipun aku sendiri bingung sebenarnya berapa usia Robert saat kejadian, karena informasi itu tidak pernah disebutkan dalam buku. Orang-orang hanya menyebutnya "Anak kecil" atau "Bocah kecil".
Beberapa kelakuan Robert dan dialognya membuatku beranggapan kalau dia berumur setidaknya tujuh sampai sepuluh tahun. Eh, tapi di beberapa adegan yang sama dia malah kayak udah dewasa, atau setidaknya remaja. Seperti saat dia melawan John untuk pertama kali, di beberapa adegan dia tidak seperti "Anak kecil" jujur saja, susah membayangkan demikian. Kerancuan usia ini membuatku sulit bersimpati kepada Robert dengan segala cobaannya. Oh, percayalah, SANGAT SUSAH bersimpati kepada Robert secara keseluruhan. Dia terlalu ... menyebalkan untuk seorang protagonis.
Contohnya saat adegan saat John dan Cyril "mempermalukan" Robert (Di sini si Robert udah remaja ceritanya). Adegan ini menurutku janggal, karena Jelas-jelas Robert lebih unggul daripada John maupun Cyril. Semua orang juga menonton dan mengakui "kehebatan" Robert. Tapi kok mereka malah menganggap seolah-olah Robert benar-benar dipermalukan? Bukannya seharusnya John dan Cyril yang dipermalukan atau setidaknya merasa dipermalukan? Yah, memang Robert "menyerah" setelah melihat jurus dahsyat Cyril, tapi kan ... kita sedang membicarakan tanding latihan.
Logikanya, sebagai "kesatria paling hebat" si Cyril seharusnya malu kalah bertarung tanpa jurus dengan kesatria "picisan" seperti Robert. Eh, ini malah dia bicara dengan sombongnya. "Kau butuh seratus tahun lagi untuk bisa mengalahkanku HUAHAHAHAHA." Honey, no! You literally almost ded! Aku benci dia, aku benci John, dan aku benci Robert ... Baiqlah, sejauh ini belum ada yang bisa membuatku enjoy mengikuti kisah ini. Kalau kalian penisirin kenapa aku membenci Robert, ohohoho aku akan membahasnya segera.
Sebelum itu, aku juga ingin membahas love interest si Robert nih. Eloise alias Elaine, putri yang menyamar jadi perawat kerajaan. They literally the same person! Mengubah penampilan demi bisa pacaran dengan Robert, HANYA DENGAN PAKE WIG! Dan sumpah demi apa pun, aku pengen tempeleng kepala Robert saat dia mikir, "Memang ada kemiripan antara Elaine dan Eloise, tapi mereka jelas berbeda. Warna rambut mereka saja hitam dan pirang."
....
....
....
Darling .... ARE YOU BLIND OR STUPID!!! Oke ... oke ... katakanlah Robert terlalu cuek atau terlalu sibuk menjadi "kesatria hebat" sehingga tidak mau memikirkan itu lebih jauh, tapi ayolah ... bertahun-tahun kelean pacaran? Enggak pernah sekali pun dibicarakan? Enggak pernah sekalipun ada konflik atau semacamnya? Bagaimana dengan anggota kerajaan? Ayah-Ibu si putri, mereka sama "buta"-nya seperti dirimu, Rob? Katanya cinta mati-cinta mati, tapi pas ceweknya make Wig aje langsung kayak orang asing. Cuih, kau Robert! How ignorant! Shame on you!
Duh, Gusti ... haruskah aku melanjutkan kejanggalan seluruh bab bersama Elaine ini?
Jadi begini ... Sebelum mengetahui kalau Elaine ternyata seorang putri, Robert bilang ke si pacar kalau dia dapet misi "penting" dari Penasihat Kerajaan, Robert bahkan enggak memberi tahu apa tugas itu secara rinci. Perlu di ingat kalau posisi Robert di sini sudah sebagai pendamping setia Bapacc Walthron dan SERING mendapatkan misi "penting" yang memaksa mereka berpisah dalam waktu lama. Bahkan saat adegan ini berlangsung, Robert dan Elaine kayaknya udah lama enggak ketemu. BUT FOR SOME REASON! Elaine tiba-tiba mikir. "Hmmm, misi rahasia? Mungkin si Robert udah mau meninggal! Baiklah, akan kubongkar rahasiaku selama ini, kalau aku ternyata seorang putri, meskipun aku cuma pake wig."
Like ... Boo-boo. Bagaimana dikau tahu kalau misi ini akan sangat "berbahaya" sampai-sampai dikau harus membongkar rahasia brekele itu? Misi yang duluan-duluan emang kenapa? Apakah kau seorang peramal? Meskipun tidak pernah disebutkan begitu? Oh ... tolong, aku tidak mampu lagi ....
Dengan terbongkarnya rahasia tersebut, maka jadilah adegan perpisahan yang seharusnya bikin aku nangis bombay, tapi malah meringis sepanjang waktu karena enggak bisa masuk ke dalam kemistri maupun alasan-alasan janggal mereka. Apa lagi saat Robert bilang. "Statusnya terlalu tinggi untuk kujangkau ... Ternyata selama ini aku berhubungan dengan... putri raja... wanita yang menyamar, memperdayaiku demi cintaku!" Boo-boo ... tidak bisakah kau lebih egois lagi? Dia mengorbankan banyak hal demi bisa pacaran ame elu! Gak usah merasa terperdaya atau playing victim ala-ala begini ah! Elu harusnya bersyukur! (Aku sudah bilang kalau aku benci Robert, kan?)
Oh, iya ... tentang "misi penting" Robert. Misinya sih berbahaya banget, dia bersama seorang kesatria "hebat" lain bernama Tylich, disuruh meminta bala bantuan ke Wardstone buat perang sama Arcadia (mereka perang cuma mau memperluas wilayah kekuasaan doang kok, enggak muluk-muluk). Di perjalanan, Robert dan Tylich melalui rintangan dan makan-makan, lalu mereka dihadang perampok bodoh, dan kudanya di ambil. Lantas apa solusi dua kesatria "hebat" ini agar sampai ke tujuan?
MEREKA LARI!!!
Darling, kalian "kesatria hebat" tidak bisakah kalian mencari jalan keluar lain yang lebih cerdas atau elegan? Buat aku percaya kalau kalian kesatria-kesatria hebat! What is this!!! Sum kind of comedy??? Am i supposed to laugh? (tewas)
Baiklah ... sepertinya aku akan menghentikan segala keluhanku di sini, meskipun masih ada beberapa sifat Robert yang bikin naik darah, dan bikin aku mikir ini penulis mau kita suka atau benci sih sama si Robert? Tapi marilah kita simpan untuk sesi berikut.
Babak Dua : Keadilan Sang Zaman
Saking lelahnya dengan segala kejanggalan di Babak Satu, aku rasanya capek banget saat membaca Babak Dua. Sebagian besar isinya adalah pertempuran dan adu jurus ala-ala anime atau game RPG. Itu kan namanya? Aku enggak pernah maini juga sih h3h3 (dilempar lembing). Selama pertarungan, terutama satu lawan satu, seluruh tokohnya pasti ngoceh sebelum bertarung, atau saat bertarung, atau selesai bertarung. Serius ya! Kalian ini kesatria atau emak-emak! Mau tarung aja kok rumpinya banyak banget!
Oke ... oke, bisa dibilang ini masalah selera, dan aku memang kurang menikmati adegan pertempuran model begini. Entah kenapa itu sangat mengurangi esensi ketegangannya. Cukup banyak narasi maupun dialog yang aku skip di Bab ini saking capeknya dengan segala ocehan tentang ... "Akulah sang Banteng Mengamuk! Rasakan pukulan mautku!" atau "Akulah sang Elang Botak! Rasakah paruh tajam setajam silet ini!" atau "Jangan macam-macam denganku Naga Bonar, atau aku akan menyemburmu dengan api kebenaran!" Memang itu bukan nama maupun dialog sebenarnya dalam novel, tapi ya ... begitulah kesimpulan dialog mereka sepanjang bertarung. Membuatku berteriak STOOOOPPP!
Meskipun harus kuakui, beberapa adegan perang terasa brutal dan bikin deg-degan. Suasana dua kubu juga terbangun. Maksudku kebencian dan ambisi mereka satu sama lain sudah terasa. Pihak satu mau wilayah gede, pihak satunya lagi mau damai aja. NAMUN! Oh, kata "namun" inilah yang kutakutkan. Sekali lagi ... ADA APA DENGAN TOKOH-TOKOH DI SINI?
Biar kujelaskan ....
Jadi perang ini secara teknis dipimpin oleh si penasehat kerajaan (Ra'el). Bapacc Walthron dan anak-anaknya juga ikutan perang, semua ambil posisi untuk mempertahankan negeri ini. Lantas, apa yang dilakukan sang raja? I DON'T KNOW! Ada adegan si penasehat masuk ke ruangan sang raja untuk melaporkan situasi, dan si raja lagi memakai zirah, juga memegang pedang serta tameng. Tapi ... Si Raja belum berkontribusi apa-apa dalam perang! Kemudian si Raja dengan santainya bilang, "Lagi pula, dalam situasi terburuk. Aku akan bertarung hingga titik darah terakhir."
THEN DO SOMETHING!!! Jadi masksud si baginda teh, dia baru mau bertarung kalau musuh udah masuk ke ruangan dia kali, ye .... Raja George be like : "Mau lawan aku? Samperin dulu dong xixixixi!" (tepok jidat).
Situasi ini diperparah dengan narasi teramat telling dari si penasihat Ra'el yang mengatakan. "Oh, sungguh beraninya Raja George Baybeh! Di saat keluarga kerajaan lain ngungsi dia malah bertahan di ruangannya. Biarpun gak ngapa-ngapain, tapi dia memacu semangat juang kami para kesatria. Aku terharu! Hiks ... hiks." Mohon maaf nih Pacc Penasihat. Aku belum melihat secuil adegan pun di mana Raja George menjadi "Pemberani" Jadi jangan! Aku ulangi Jangan! Dikau paksa aku untuk menganggapnya "pemberani" dengan kata-kata mutiaramu itu!
Belum lagi peraturan-peraturan perang antara dua kubu ini sedikit tidak jelas. Misalnya, perang masih berlangsung saat matahari terbenam. CMIIW, di mana-mana perang yang mengikuti peraturan bukannya segala kegiatan harus sudah berhenti saat matahari terbenam? Ya, itu yang kuketahui dari Mahabarata dan film 300. Entah peraturan di sini berbeda atau sama, karena tidak ada keterangan lebih lanjut, maka aku akan menganggapnya "kekurangan".
Peperangan antara Lore dan Arcadia semakin memanas sebab Arcadia nyaris berhasil dalam misinya memperluas wilayah. Oh, no ... kubu kesayangan kita akan kalah, nih! Lantas bagaimana? BOOM, protagonis kesayangan kita Robert dan Tylich pun datang membawa bala bantuan dari Wardstone.
...
...
...
Escusme ... KAPAN ADEGAN ROBERT DAN TYLICH MINTA BALA BANTUAN? Sumpah, ya ... aku sampai scrolling ke atas-atas-atas. Barang kali aku melewatkan seluruh adegan tersebut yang terselip entah di mana. Nyatanya tidak ... Adegan meminta bala bantuan itu memang enggak ada. Robert dan Tylich cuma sampai ke gerbang Wardstone, mereka masuk, Robert dapet firasat buruk, udah ... gitu doang. (Lompat dari lantai lima). Bahkan di The Lord of the Ring ada adegan negosiasi dengan para hantu sampai akhirnya mereka mau jadi bala bantuan. Lah, di sini mereka berhasil gitu aja tanpa kendala atau pengorbanan apa pun? Atau setidaknya secuil adegan berfaedah? (naik lagi ke lantai lima, lompat ulang).
Karena tidak ada adegan meminta bantuan, akhirnya aku buat sendiri :
"Tulung! Tulung! Lore diserang dan butuh bantuan kalian, nich!" kata Robert dan Tylich.
"OTW GAN!" jawab pasukan Wardstone.
(Tarik napas) Baiklah, aku akan pura-pura kalau adegan ini bisa dipercaya. Barang kali sebelumnya Raja George memang sudah calling-calling Wardstone supaya siapin pasukan buat dipinjem. Terus peran Robert dan Tylich tinggal jemput doang. Akan tetapi, itu justru membuat "misi penting" Robert jadi tidak penting sama sekali! Tidak sama sekali! Di perjalanan pun mereka cuma dihadang perampok konyol dan kehilangan uang. Maksudku ... itu memang rintangan, tapi rasanya tidak cukup UWAW sampai harus digembar-gemborkan begitu. Bahkan sampai Elaine membongkar rahasianya, karena berpikir Robert bakal wafat. (Tepok nyamuk).
Akhirnya kondisi perang pun berbalik berkat bantuan tiba-tiba berkah dari Wardstone. Namun, sesuatu terjadi kepada Bapacc Walthron hingga Robert murka. Saking murkanya dia sampai nyamperin markas musuh dengan cara ... LARI!!!
Honey, who do you think you are? Usain Bolt? Maksudku ... dia balik ke Lore pakai kuda, kenapa enggak kao pake aja lagi ntu kuda buat pergi ke markas musuh, Robert Zeyenk!!! Tampol, nih! Oho-ho-ho ... tapi kita harus melihat sisi baiknya. Dengan Robert lari, dia jadi bisa ketemu kuda si Bapacc Walthron yang mantul abizz, dan supaya ada adegan ihiks .. ihiks dikit lah (menghirup karbon dioksida).
Maka, bersama kuda Bapacc Wlathron, Robert pun jebrat-jebret-jebrit, seperti orang kesetanan. Dan sebagai Mary Sue, maksudku kesatria "istimewah" Robert pun dengan mudah mengalahkan mereka semua SENDIRIAN. Anehnya, saat Robert kembali dikepung oleh orang-orang Arcadia di tempat berbeda, dia malah "memperhitungkan kondisi yang tengah dikepung musuh". Make it make sense, please! Dia baru aja jebrat-jebret di markas musuh, yang secara logika juga "dikepung"! Kenapa di markas bisa, pas di situ enggak bisa? Di titik ini aku sudah angkat tangan.
Robert akhirnya berhadapan dengan Pangeran Arcadia yang dengan segala kejahatan dan kebengisannya sepanjang cerita malah "terharu" akan pengabdian Robert kepada tuannya, alias Bapacc Walthron. Dan si Pangeran Arcadia pun memberi sebuah taruhan, kalau dia berhasil melewati tiga jurus mahadahsyatnya, maka dia boleh pulang membawa si Bapacc Wlathron. Sebagai Mary Sue, maksudku kesatria istimewah, Robert pun berhasil dengan mudah. Bahkan dia mendapatkan Respecc dari prajurit-prajurit Arcadia.
Mereka benar-benar bilang, "Oh, inilah kesetiaan sejati antara murid dan guru. Aku ingin seperti Robert dan Bapacc Walthron suatu hari nanti!" Sure, Honey ... He is a Mary Sue, who doesn't want to be him!
Setelah Robert pulang membawa serta Bapacc Walthron, apakah dia akhirnya resmi menjadi kesatria cahaya? Apakah Robert kita yang brekele ini akhirnya naik pangkat? Naik gaji barang kali? Atau hidup menjadi bangsawan? Menikah dengan Elaine mungkin, karena sekarang sudah sederajat? Nyatanya ... DIA DIUSIR DARI KERAJAAN! (Lari marathon ke Bogor).
Maksudku nih ... (bentar nangis dulu) Pan katanya teh Robert udah "Berjasa besarrrr" demi kemenangan Lore, meskipun jasa besarnya enggak ditunjukin, dan tiba-tiba aje dateng. Dia juga udah membawa pulang Bapacc Walthron, loh! Ya, dia memang melakukannya sendirian tanpa izin Kerajaan, tapi DIA MELAKUKANNYA, di saat semua orang tidak ada yang melakukannya. Bukankah itu tindakan terhormat? Di mana keadilan di Lore ini? Negeri ini digadang-gadang menjadi yang teradil, terbaik, termakmur gono-gini, tapi ada pahlawan teh malah diusir!
Memang-memang, dikatakan di sini John alias anak Bapacc Waltrhon yang brekele sangat membenci Robert sehingga mengusirnya, tapi masa iya dia yang pegang kuasa? Bagaimana tanggapan Raja George yang useless itu? (Oh iya, dia kan useless). Lantas bagimana tanggapan Sir Hickram si pelatih Robert dari piyik? Bagimana tanggapan si Penasehat kerajaan yang selalu menyanjung Robert setinggi langit? Mereka enggak ada pembelaan untuknya, kah? Bagaimana dengan Tylich yang jelas-jelas berjuang bersebelahan dengan Robert? Dia juga masa bodo Robert diusir? Aku angkat tangan dengan logika yang satu ini. Aku nyerah.
Maka dari ini ... Bedah Babak Dua pun selesai. Dengan aku yang mau nyemil kamper guna menenangkan diri.
Babak Tiga : Si Pandir Mengayun Langkah
Satu hal yang aku syukuri di Babak Tiga, setelah kena migrain saat baca Babak Satu dan Dua adalah. Chris dan Carol. Ya ... AKHIRNYA, tokoh yang aku sukai, yang bikin aku memutuskan untuk lanjut baca. Jujur saja, aku nyaris menyerah membaca novel ini dan tidak akan pernah mencoba lagi dalam waktu dekat atau lama. Namun, Chris dan Carol menyelamatkanku dari kesengsaraan. Interaksi mereka lucu, mereka likeable meskipun Chris kadang bisa jadi sangat menyebalkan. Tapi dia enggak separah Robert. Bicara soal Robert, dia di sini juga jadi agak mendingan. Toh dia sudah dewasa, tiga tahun berlalu selepas perang Lore, tentunya skill Mary Sue dia sudah matang. Akan tetapi ...
(Ah, sheet, here we go again!)
Chris dan Carol diceritakan sebagai pemburu monster amatir, mereka sebenarnya jago, tapi masih bau kencur, jadi mereka butuh guru. Di sisi lain, Robert sudah jago dongs ... dia adalah pemburu yang "bekerja sendiri", tapi ternyata dia sadar kalau bekerja rame-rame itu lebih mudah eaaa. Petualangan mereka dalam memburu monster itu ... Well, gimana ya. Tidak berkesan. Semua pertarungan mereka bersama monster di mulai terlalu cepat, tapi cepat juga berakhir, dan mereka PASTI berhasil. Seolah aku sebagai pembaca tidak diberi waktu supaya mengira-ngira. Mereka akan melakukan begini dan begitu, dan pasti menang, jadi kita tinggal baca aja. Jujur, itu membuatku bosan. Sangat bosan.
Baiklah ... singkat cerita mereka pun setuju untuk menjadi Tim BuBaDiBaKo. Selain Carol dan Chris, ada juga tokoh bernama Bapacc Hulfred, si penyalur tenaga pemburu monster atau ketua komunitas apalah namanya. Beliau terkejoet saat tahu kalau di hutan ada Goblin alias monster padahal kerjaan dia memang Ketua Perkumpulan Pemburu Monster (bruh). Maksudku ... Kalau ada Orc, kenapa kelean terkejoet saat ada Goblin??? Namun, itu memang pertanda buruk, karena Goblin ini termasuk ke dalam Laskar Kegelapan. Dan mereka akan bangkit kembali. Oh noooo.
Maka, Bapacc Hulfred pun memerintahkan Robert DKK untuk mengirim surat kepada penasehat Ra'el di Kerajaan Elceste. (Memekik dramatis). Tempat masa lalunya si Robert? Oh, how exciting!
Bapacc Hulfred sudah wanti-wanti kalau misi mengantar surat ini teramat penting dan rahasia. Dia juga bilang begini ... "Persiapkanlah diri kalian dengan baik, karena firasatku berkata aku takkan bertemu kalian lagi untuk beberapa lama. Lagi pula, kalian akan menemukan lebih banyak tantangan dan bahaya daripada misi pengantaran surat biasa."
Wah-wah-wah ... aku pun penisirin tantangan dan bahaya apa yang kira-kira dihadapi Robert DKK dalam misi mengantar surat penting nan rahasia ini? Aku harap tidak semengecewakan sebelumnya, saat Robert mendapat tugas "penting" meminjam bala bantuan ke Wardstone! Eh, tapi malah begitu doang!
...
...
...
THEY DID IT AGAIN!!!!! Tidak ada perjalanan, rintangan, tantangan, maupun bahaya yang dialami Robert DKK karena surat itu tiba-tiba udah mendapat balasan dari si Penasehat ToT (Mau nangis).
Baiklah tidak usah dibahas lebih lanjut lagi! Di Elcaste, Robert pun bernostalgia sama pacarnya yang ternyata diincar Laskar Kegelapan, terus mereka bertarung sama hantu untuk menyelamatkan si putri, terus berhasil, terus si putri minta ikut, terus gaboleh ama Robert. Terus Penasehat menyuruh Robert DKK untuk punya penyihir dalam rombongan. Robert pun nurut, padahal udah ada Carol yang juga penyihir dan bisa menyembuhkan! Hesteg Justice for Carol.
(reka adegan versi Impy)
Penasehat : "Hmmmm, grup kalian sih oke. Aku sukak. Tapi enggak ada penyihirnya nich, nanti siapa yang obatin kalian kalo luka? Biaya rumah sakit kan mahal."
Robert : "Oh iya ya :o "
Chris : "Tapi kita udah punya Carol, dia juga penyihir dan bisa nyembuhin orang."
Penasehat : "Dia memble ... kalian cari yang lebih keren lah!"
Carol : (Nangis di pojokan)
Maka sampailah kita ke Babak selanjutnya. Mencari Penyihir yang tertukar.
Babak Empat : Pertapa dari Grad
Robert DKK pun berkelana mencari tempat bernama Grad untuk mencari penyihir bernama Paolo ....
Eh, enggak tau juga mereka berkelana apa bukan. Wong, mereka lagi latihan doang saat kebetulan ada kurcaci "nyamperin" mereka. Kebetulan kurcaci itu terluka, jadi Robert DKK menyelamatkannya. Kebetulan si Kurcaci ternyata juga pengen ke Grad, dan kebetulan dia kenal Pacc Paolo. Wah, kebetulan sekali, bukan? Memang luar biasa kalau sekelompok Mary Sue jalan-jalan, pasti ada aja kebetulan yang enak-enak.
Sayangnya, Pacc Paolo ini orang paling tidak disukai di Grad. Waah, aroma-aroma perjalanan mereka akan sulit, nih. Ah, tapi aku tidak mau berharap lagi.
Grad adalah negeri yang semua penghuninya kurcaci, jadi mereka agak tidak bersahabat dengan Robert DKK, menyebut mereka jahat dan ganas. Kalau menurutku sih wajar mereka takut akan kedatangan manusia yang jelas jauh lebih besar dari mereka. Namun, Chris kita yang comel ini malah merasa "terhina" sampai menggertakkan gigi segala ke seorang ibu dan anaknya pula!!! Gini ya, Chris-ku Zeyenk. Logikanya, kalau ente ngeliat raksasa masuk ke wilayah manusia, ente takut gak? Menganggap mereka bahaya gak? Udah gitu aje.
Lanjut! Ternyata sifat-sifat para kurcaci memang kayak poop. Terutama rajanya yang gemar menghukum orang. Namun, berkat pembelaan dari Bloin (kurcaci yang diselamatkan Robert DKK) ketiganya pun dibebaskan dan boleh bertemu Pacc Paolo. Meskipun aku heran, kalau misalnya Paolo adalah orang yang paling tidak disukai, seharunya memang ada interogasi tentang mengapa mereka ingin bertemu dengannya, dan apa tujuannya, tapi ya sudahlah. I don't care anything anymore.
Bapacc Paolo pun ternyata hidup di Lembah Bahagia. Really? Orang yang "paling tidak disukai" tinggal di lembah Bahagia? Kelihatannya mereka malah menyayangi betul si Bapacc Paolo ini. Nah, tanpa basa-basi Robert DKK menyampaikan tujuannya meminta si bapacc untuk bergabung ke tim. Sayangnya Bapacc Paolo menolak karena dia sudah pensiun dan mau hidup damai dengan keluarga. Tapi jangan risau, Bapacc Paolo tetap akan mengajari salah satu dari mereka supaya jadi ahli sihir. Dan orang yang Bapacc Paolo pilih adalah ....
... Chris (bruh)
Aku hanya bisa menepuk-nepuk pundak Carol sambil bicara, "Sabar ya Carol Zeyenk, Pacc Paolo bisa saja mengajarimu supaya jadi penyihir yang lebih hebat lagi, tapi penulis maunya Chris yang jadi jagoan. Memang pilih kasih dia itu! Buktinya nama Chris ada di blurb, tapi kamu enggak ada, padahal kalian sepupuan dan bertualang bersama."
Singkat cerita, Pihak kurcaci menuduh mereka sebagai pencurry harta berharga para kurcaci, padahal bukan, dan itu cuma akal-akalan si raja kurcaci. Eh, tapi hartanya malah dicurry beneran (sukur). Akhirnya Pacc Paolo dan Robert DKK pun menjadi buronan. Karena Pacc Paolo udah kepalang enggak bisa balik ke rumah, akhirnya dia ikut deh ke rombongan Robert. ABIS DEH!!!
C. Penokohan
Yaass, mari kita bahas protagonis kesayangan kita si Robert. Dia Mary Sue. Aku sebut begitu karena dia memiliki kriteria Mary Sue. Istimewa dari lahir, semua orang memujinya, orang-orang yang tidak menyukainya pasti memiliki sifat buruk, digadang-gadang menjadi kesatria hebat, dan selalu berhasil dalam melakukan apa pun. Namun, bukan gelar Mary Sue yang membuatku membenci Robert. Hey, tokoh Mary Sue bisa saja berhasil kalau dia likeable. Robert justru sebaliknya! Dia sering kali bertingkah kebalikan dari bagaimana seorang calon kesatria terhebat berprilaku.
Di awal kisah misalnya, saat pasukan Orc datang ke desa. Si Robert alih-alih melakukan sesuatu yang berguna, dia malah pasrah dengan keadaan. Memang, dia diceritakan masih kecil saat itu, tapi helooooww sebagai anak "istimewa" masa iya cuma nongkrong doang lihat desanya diluluh-lantah. Pergilah cari bantuan, peringatkan warga desa lewat jalan-jalan pintas, jadilah cerdik. You can do one thing! Bahkan sahabat Robert yang perempuan lebih punya semangat dibanding dia. Eh, tapi si Bapacc Walthron malah memuji Robert dengan bilang, "Wah, Robert memiliki jiwa yang berapi-api seperti ayahnya." NO HE DOESN'T!
Belum lagi saat mereka akan menyewa perahu dan ternyata dompet Tylich dicuri. Robert langsung panik dan merana sambil mengeluh. "Gimana nih cara kita ke Wardstone!!! Misi ini gak boleh gagal, kalo gagal bisa berabe! Mana ini laut pula. Gabisa lari, deh!" My Dude ... FIND A SOLUTION BEFORE WHINING! Pada akhirnya Tylich-lah yang memberi solusi, mereka harus menunggu sampai malam, dan memakai perahu kayuh manual. Dan si Robert Brekele ini masih sempet-sempetnya mengeluh lagi karena harus mendayung dan kebasahan!
(Tarik napas) Robert, Ente lagi ada di LAUT, loh! Memang apa yang ente harapkan dari laut, hah!? Lagi pula ente kan "kesatria hebat" janganlah ngedumel begitu karena disuruh mendayung doang! Apa lagi ini demi negerimu! I can't take this person seriously. Belum lagi pasal insiden penyamaran Elaine, oh ... how i hate dis boi. Dia benar-benar lebih parah dari Jacob di novel Miss Paregrine. Apakah penulis memang berniat membuat Robert semenyebalkan ini? Karena kalau itu tujuannya, dia jelas berhasil.
Tylich. Dia seru, dan karena dipasangkan dengan Robert yang mengeluh setiap saat, dia jadi terlihat lebih berperan. Dialog-dialog Bapacc Tylich juga paling beda sendiri, mungkin karena dia tidak terlalu berdialog banyak dengan orang lain. Tapi apa pun itu tetap saja Tylich > Robert.
Chris dan Carol. Mereka sepupuan, dan interaksi mereka lucu. Mereka berdua adalah alasanku untuk terus membaca buku ini. Biarpun Carol diperlakukan seperti anak tiri, tapi dia punya andil besar dalam cerita. Sampai pada Babak Empat penokohan Chris jadi sama menyebalkannya dengan Robert. Dia terlalu bodoh dan enggak pernah berpikir panjang, tapi si Bapak Paolo malah memilihnya jadi murid karena dia punya "kekuatan cahaya" What? Satu Mary Sue saja cukup, kita tidak butuh yang lain!
Bapacc Paolo. Well ... so, so. Dia tipikal bapak-bapak yang kebapakkan. Aku tidak akan kaget kalau dia punya grup watsap yang juga berisi bapak-bapak kurcaci saling melempar jokes. Dia juga penyayang. Aku belum bisa memutuskan apakah aku menyukainya atau tidak karena porsi ceritanya di sini bisa dibilang sedikit.
Bapacc Walthron dan Bapacc Hickram. Mereka enggak terlalu penting buatku, terutama setelah Pacc Hickram membiarkan Robert diusir setelah dia sudah melakukan hal terhormat "tanpa persetujuan kerajaan". Belum lagi Pacc Hickram ini pelatih Robert dari kecil, masa iya dia diam aja murid kesayangannya diginiin. How dare you! Robert memang menyebalkan, tapi bukan berarti dia harus diperlakukan begini!
Penasihat Rael dan Raja George. Si penasehat beberapa kali digambarkan tampan dan cerdas tiada tara karena dia Elf. Dia juga pemberani, dan itu memang terasa selama sesi perang. Dia juga terlihat seperti pemimpin yang baik. Namun, aku tidak terlalu peduli padanya, meskipun dia tampan dan semacamnya-semacamnya. Apa lagi dia juga tidak membela Robert. Raja George di sisi lain ... I did not want to comment.
Putri Eloise/Elaine. Damsel in distress
John. Hate him
Cyril. Hate him
Ada beberapa tokoh lain yang barang kali penting dari Babak Empat. Tapi aku sudah tidak peduli.
D. Dialog
Oh, no! Kita sampai di sesi ini! Bagaimana aku memulainya.
Seperti yang kukatakan sebelumnya, dialog-dialog dalam novel ini mengingatkanku pada game RPG, bahkan kadang-kadang bikin aku teringat Power Ranger. Di saat sesuatu terjadi pada tokoh utama atau tokoh "baik" dan dia mulai mengeluarkan tenaga dalam, si lawan pasti menunda aksinya demi memunculkan komentar kagum seperti, "Wah, inikah kehebatan Kesatria Neon!". Aku baru ingat kalau istilah dialog yang tidak perlu itu dinamaka Filler. Yap, harus kuakui dialog dalam novel ini kebanyakan Filler.
Belum lagi bagaimana para tokohnya berinteraksi saat bertarung, saling mengeluarkan jurus yang nama-nama jurusnya sendiri ummm ... aneh. Beberapa dialog bahkan melibatkan kedua tokohnya bicara "Sudah, jangan basa-basi lagi!" Tapi tahoo-kah kalian, mereka masih tetap basa-basi sampai beberapa dialog ke depan. Ada satu dialog yang benar-benar membuatku mau melempar laptop ke pangkuan bunda.
Yaitu begini. "...Rambut kita sama-sama panjang, watak kita mirip dan senjata kita sama-sama sepasang pedang. Tapi, siapa yang lebih kuat? Itulah yang harus kita buktikan sekarang."
Really? Rambut sama-sama panjang? Itu semua berpengaruhnya apa ke situasi kalian saat ini ToT.
Dialog yang paling aku sukai mungkin dialognya Pacc Tylich barang kali. Dialog-dialog dia cocok dengan penokohannya. Dan satu lagi dialog yang bikin aku berekspresi selain meringis yaitu dialog si perampok yang menghadang Robert dan Tylich saat dapat misi "penting".
"Yang pasti, kalian sedang sial karena akan dicelakai oleh kami, Baxter." Ia menunjuk dirinya sendiri. "Dan Ellephar." Menunjuk ke rekan tambunnya.
Entahlah, aku punya soft spot untuk dialog model-model begitu. Aku bakal senyum-senyum sendiri dengan betapa bodoh dan lucunya mereka tanpa harus mencoba terlalu keras. Ya, memang agak kejam aku malah menyukai dialog perampok daripada tokoh-tokoh utama, tapi mau gimana lagi. Semuanya tidak berbekas apa pun. I've tried to like them but i can't ToT
E. Gaya Bahasa
Gaya bahasa di novel ini bagus, susunan bahasanya rapi dan hampir tidak ada pengulangan yang mengganggu. Bahkan aku pikir gaya bahasa si penulis hampir-hampir mirip denganku. Bedanya aku lebih menjurus ke gaya terjemahan, sementara novel ini versi melokalnya. Meskipun kadang suka ada kerancuan di kata ganti untuk tokoh. Masalahnya, tokoh-tokoh di sini tidak terlalu membekas di hatiku, jadi saat si penulis menyebutkan "Pemuda berambut merah itu" atau "Pemuda tinggi berambut panjang itu" kadang aku bingung siapa yang maksud, sampai harus baca ulang lebih jeli lagi deh.
Kerancuan itu juga bikin aku mengevaluasi tulisanku, soalnya aku juga suka memakai kata ganti, jangan-jangan kalimatku juga jadi rancu untuk pembaca yang tidak masuk ke tokohku, h3h3. Secara keseluruhan aku suka gaya bahasa di novel ini, kecuali transisi waktunya yang ... lazy (?)
Tak terasa, beberapa minggu berlalu ....
Beberapa bulan kemudian ....
Delapan puluh tahun pun berlalu ....
Like ... You can do better than that.
F. Penilaian
Plot : 2
Penokohan : 1,5
Dialog : 1
Gaya Bahasa : 3,5
Total : 2 Bintang
G. Penutup
Wow, ini mungkin review paling panjang yang kubuat sejauh ini. Kesimpulan dari review ini sendiri adalah. Aku berusaha keras untuk menyukai novel Elang Merah, tapi aku tidak bisa. Padahal ini buku fantasi, padahal ini petualangan, padahal mengandung sihir dan kerajaan, tapi aku tidak bisa menikmatinya. Kenapa? Apa karena style RPG? Mungkin ... Aku yakin beberapa orang menyukai novel ini dengan segala pertempuran dan jurus-jurus. Sayangnya, aku tidak termasuk ke dalam orang-orang itu.
Novel ini ingin menjadi Epic dengan world building, jurus, serta pertempuran, tapi jumlah halamannya terlalu pendek. Itu juga yang disayangkan. Seandainya buku ini lebih panjang, lebih tebal. Perdalam lagi latar belakang tokoh, kemistri antar tokoh, perdalam konflik, dan buat konsekuensi-konsekuensinya lebih masuk akal. Kalau elemen-elemen itu diperdalam, Elang Merah akan jadi cerita yang benar-benar epic. Tapi ini terlalu singkat, dan terlalu terburu-buru. Alih-alih Epic, malah jadi banyak kejanggalan. Setidaknya itu yang kurasakan.
Barang kali ini wajar, toh Elang merah baru buku pertama dari lima seri. Perjalanan Robert DKK masih panjang dan kemungkinan besar mereka akan terus berkembang menjadi lebih baik. Akan tetapi, rasanya aku tidak bisa melanjutkan seri ini. Tidak dalam waktu dekat. Jujur aku ingin sekali menyukai series ini, tapi banyak faktor-faktor yang malah membuatku kesal (Robert salah satu faktor utama).
Yah, begitulah reviewku tentang buku bertuah ini. Butuh perjuangan besar bagiku untuk membacanya dan menulis review-nya kalau kalian mau tempe. Tapi aku berhasil!
Untuk motto hidupku dalam membaca buku ... Eh, aku akan mengingkarinya untuk sekarang. Aku akan melanjutkan Miss Paregrine dulu barang kali. Bertemu lagi dengan si Jacob.
Sampai jumpa di review selanjutnya ^o^/
Komen-komenku saat Membaca
(Meringis setiap ada nama jurus yang terlalu aneh)
Wanita di sebelahnya yang mengenakan topi tinggi berkerudung segera bangkit dari tempat duduknya, bergegas ke arah putri kecil. Ia menghardik, "Eloise! Berapa kali harus ibu katakan padamu? Ini istana, bukan taman bermain! Hati-hati kalau main bola! Bagaimana kalau bola itu mengenai pejabat, atau Baginda Raja sendiri? Kamu pasti akan kena hukuman berat, putri kecil!"
(Chill! Dia cuma anak kecil! Lagi pula mana ada pejabat yang berani menghukum putri raja? Masa iya si raja menggal anaknya sendiri gara-gara kena bola? It's not THAT serious, trust me, i know that!)
Sir Eldric melinting kumis. “Terus terang itu tawaran yang menarik, menggoda seperti gadis remaja yang manis. Tapi daripada aku jadi budak Arcadia, lebih baik aku, Eldric O’Brennan menghentikanmu dengan Tombak Darah Tanpa Tanding-ku!”
(Can you NOT!!!??? Speak like real human, please!)
"Ya, Pak Kelba. Seluruh prajurit sampai panglima tertinggi Arcadia mundur. Kota Alceste tetap berdiri, Raja George dan Penasihat Rael’charon selamat. Bapak bisa bernapas lega kini karena kabar itu memang benar,"
(I don't buy it!!!! Mana adegannyaaaaa??? Bagaimana kejadian rincinyaaaa???)
"Terima kasih, Pak Kelba, terima kasih atas segala kebaikanmu padaku.” ujar Robert. “Mengenai Paeldagrin, aku terpaksa sedikit merepotkan bapak dengan menitipkannya di sini sampai aku cukup mampu untuk memelihara kuda sendiri. Apa bapak keberatan?"
( ......... Kau memelihara kuda sejak piyik, tapi sekarang malah menitipkan kuda ke orang lain dengan alasan "belum mampu"? I mean ... You can just bring da horse like other brave knights out there, respecc your menthor, but nooooo. You're too selfish!)
Comments
Post a Comment