Tips Membuat Tokoh Anak Kecil
Anak kecil ... mereka polos, selalu ingin tahu, egois, kadang menyebalkan. Membuat tokoh anak kecil berpotensi membuat cerita lebih berwarna. Namun, menciptakan tokoh anak kecil di usia penulis yang jauh dari kata 'kecil' kadang bisa menjerumuskan ke lubang kesalahan. Tidak ada yang bisa menebak apa isi kepala seorang anak, karena mereka penuh kejutan, kan? Nah, mari kita bahas apa saja yang harus dilakukan, dan dihindari saat membuat tokoh anak kecil.
Hindari Ini ....
1. Membuat Tokoh Anak yang 'Imut'
Hanya karena dia anak kecil, bukan berarti semua orang (termasuk pembaca) harus menganggap dia imut. Penulis tidak harus selalu menyebutkan betapa imutnya tokoh anak kecil itu, tapi buatlah si tokoh bersikap demikian secara natural. Show, don't Tell. Memaksakan kimutan tokoh anak kecil hanya akan membuat pembaca cringe, sama seperti lawakan garing yang maksa.2. Membuat Tokoh Anak yang Bijaksana Bukan Kepalang
Mulut anak-anak memang terkadang lebih menyakitkan dan entah kenapa lebih bijaksana, karena mereka melihat sesuatu secara objektif, dan mengatakannya dengan jujur tanpa memikirkan perasaan orang. Namun, bukan berarti mereka bisa seperti itu setiap waktu dan setiap saat. Anak-anak hanya objektif dan jujur, bukan bijaksana. Agak tidak logis kalau mereka berpetuah sepanjang waktu.3. Membuat Tokoh Anak yang 'Bodoh'
Penulis harus membedakan antara minim pengalaman dan minim pengetahuan. Jangan membuat tokoh anak selalu diam dengan wajah polos, melongo dengan mata membulat besar yang lucu, tidak tahu ini dan itu. Boleh saja membuat mereka kebingungan, tidak tahu ini dan itu, tapi jangan melupakan bahwa otak mereka terus memproses apa yang terjadi. Masa kanak-kanak adalah masanya otak mencerna paling baik.4. Membuat Dialog Tokoh Anak yang Cadel
Membuat dialog anak kecil, Sama seperti dialog tokoh lain dalam kaidah kepenulisan. Tidak perlu lebay, tidak perlu terlalu harfiah, tidak perlu ditambah-tambahi hal yang bukan semestinya. Hindari dialog-dialog seperti "Aku lajin belajal supaya pintal!". Dialog seperti itu tidak serta-merta membuat penokohan anak kecil dalam cerita kalian lebih bagus, malah mungkin sebaliknya.Lakukan Ini ....
1. Buatlah Tokoh Anak yang Unik
Jangan pernah menjabarkan tokoh anak yang menjadi stereotipikal anak kecil di mata orang dewasa. Anak-anak itu harus imut, lucu, kecil, berisik, polos, tidak tahu apa-apa. Cobalah untuk berpikir lebih jauh. Ingat masa kanak-kanak kalian, atau perhatikan bagaimana anak kecil di sekitar kalian bertingkah laku. Betapa pintarnya mereka, selalu penasaran, selalu ingin tahu, berjiwa petualang, pemberani, dan mudah mengingat segala hal.2. Berikan Tokoh Anak Sebuah Tujuan
Berbeda dengan orang dewasa yang tujuan hidupnya menjadi kaya-raya, menemukan cinta sejati, atau menyelamatkan dunia. Tujuan seorang anak bahkan bisa lebih rumit dari orang dewasa. Anak-anak menginginkan sesuatu yang baru setiap menit, dan mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya.3. Buatlah Tokoh Anak yang Cerdas
Cerdas bukan berarti harus mendapatkan nilai 100 di setiap mata pelajaran, atau memiliki poin IQ 200, atau menjadi CEO di usia 12 tahun. Anak-anak bisa menjadi cerdas dalam hal sepele yang mereka sukai. Contohnya adikku yang sangat ahli menyusun lego sejak lima tahun. Dia mau membuat pesawat dari lego, maka jadilah pesawat, dia mau membuat mobil, maka jadilah mobil. Meskipun bentuknya tidak karuan, tapi dia bisa menuangkan imajinasinya dengan baik. Sementara aku malah tidak bisa memikirkan apa-apa, atau mau dijadikan apa lego-lego tersebut nantinya.Sekarang usia adikku 13 tahun, dan dia begitu ahli membuat dunia dalam game MainCraft, dia bisa membuat rumah, gedung, bahkan istana yang megah. Ya, harus kuakui dia sangat cerdas dalam menuangkan imajinasinya menjadi nyata.
4. Ingatlah bahwa Tokoh Anak adalah Seorang Anak
Kesalahan terbesar dalam membuat tokoh anak adalah menjadikannya terlalu sederhana, satu jalur, dan stereotipikal. Namun, jangan sampai kalian juga membuat tokoh anak sebagai orang dewasa yang bertubuh kecil (terlalu bijak, cerdas, dan sebagainya). Pada dasarnya anak-anak tidak terduga. Mereka bisa sangat baik, dan tiba-tiba menjadi jahat. Mereka bisa berteman akrab, lalu besoknya menjadi musuh bebuyutan. Mereka bisa sangat mencintai sesuatu, tapi suatu hari malah membenci hal itu setengah mati.***
Menciptakan tokoh anak kecil yang sempurna itu sangat sulit. Maka cobalah memperlakukannya sama penting dan serius seperti kalian membuat tokoh orang dewasa. Jangan mentang-mentang tokoh anak kecil kalian memperlakukannya semena-mena, atau asal tempel saja, asal imut saja. Dengan pemahaman dan riset yang tekun, tokoh anak kecil mungkin malah menjadi tokoh paling kuat dalam cerita kalian.
Sekian dariku, sampai jumpa di lain waktu ^o^/
Comments
Post a Comment