Lockwood & Co #1 : Undakan Menjerit


Judul : Lockwood & Co. #1 : Undakan Menjerit

Penulis : Jonathan Stroud

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9786020301365

Tebal : 424 Halaman

Blurb :

Setelah gelap, bunyikan lonceng dan tunggu di luar garis besi.

Selama lima puluh tahun lebih, wabah hantu menyerang Inggris. Lucy Carlyle, penyelidik paranormal yang masih muda, menginginkan karier cemerlang. Namun, kenyataannya ia bergabung dengan agensi pembasmi hantu paling kecil, paling kumuh di London, dipimpin Anthony Lockwood yang karismatis.

Ketika salah satu kasus mereka berakhir dengan kekacauan fatal, Lockwood & Co. memiliki peluang untuk memperbaiki keadaan. Sayangnya, itu berarti mereka harus menginap di rumah paling berhantu di Inggris.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Rekomendasi Dunia

Akhir-akhir ini aku cukup aktif berkeliling Goodreads untuk menulis review masa lampau sekaligus mencari rekomendasi bacaan. Kalian bisa mengunjungi akun Goodreadsku di sini (saling add dan follow yuk, h3h3 ....). Nah, beberapa orang di beranda secara mendadak menambahkan novel Lockwood & Co. ke daftar bacaan. Bukan cuma itu, temanku di Instagrem juga menyinggung pasal novel ini.

“Udah pernah baca Lockwood & Co, belum?” begitu dia bertanya, dan aku menjawab “Belum.” dengan polosnya. Langsunglah dia merekomendasikan novel itu supaya aku baca dan review. Terus lagi, tiba-tiba ada kabar kalau novel ini akan segera dijadikan serial tv oleh Netplik.

Aku pun terbengong-bengong di buatnya! Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba seluruh dunia ingin aku membaca Locwood & Co? Memang apa pengaruhnya untukku? Apa spesialnya novel ini sehingga aku harus banget membacanya?

Setelah melakukan cek ‘n ricek, ternyata novel ini bergenre Middle Grade, terjemahan, juga Horror-Fantasy. Oh, pantas saja semua orang mengiming-imingi novel ini padaku. Aku cinta Middle Grade, aku suka terjemahan, dan aku mengaggumi Fantasy. Sedangkan genre ‘horor’-nya ... jujur saja, novel horor luar tidak pernah benar-benar membuatku takut. Tapi itu hanya secuil keresahan di antara banyaknya poin bagus novel ini.

Dengan segala pertimbangan di atas, aku pun meminjam Locwood & Co di Ipusnas (Ya, bukunya tersedia gratis di Ipusnas, masihkah kalian meragukan Aplikasi berfaedah ini?). Dan tanpa basa-basi segera meminjamnya karena hanya tersisa dua copy!

Detik itu juga aku membacanya. Selamat tinggal novel-novel antrian yang lain, aku mau bermesraan dulu dengan Lockwood & Co. selama beberapa saat!

B. Plot

Kalau kutanya, apa tanggapan kalian tentang hantu? Beberapa mungkin percaya sepenuh hati dengan keberadaan mereka, dan langsung ketakutan. Beberapa orang lagi mungkin menganggapnya omong kosong, alias hantu itu tidak ada. Eits, tapi tidak dalam dunia novel ini. Kisah ini mengambil latar di Inggris tepatnya kota London dalam universe yang berbeda. Alih-alih ‘semu’, keberadaan makhluk halus di dunia novel ini justru menjadi wabah yang sangat mematikan.

Saking mematikannya, sampai banyak agensi pembasmi hantu guna mengurangi pembunuhan, kecelakaan, kasus misterius yang disebabkan oleh arwah gentayangan. Nah, salah satu agensi itu bernama Lockwood & Co. diambil dari nama si pencetus, Anthony Lockwood. Meski kecil dan memble dan beranggotakan anak muda, Lockwood & Co. bisa disebut jago dalam urusan perhantuan. Banyak orang memanggil agensi ini untuk mengurus arwah gentayangan, meskipun kasusnya tidak sekeren agensi besar.

Diketuai oleh Anthony Lockwood yang punya kemampuan ‘Melihat’. Ada juga George yang gemar melakukan penelitian dan riset. Terakhir tokoh utama kita Lucy yang punya kemampuan ‘Mendengar’, juga punya kekuatan 'Sentuhan'. Mereka masih remaja, bahkan bisa dibilang anak-anak. Kalau tidak salah Lucy baru berusia 13 tahun saat bergabung ke Lockwood & Co. Jadi perkiraanku Lockwood dan George paling tua 15 tahun.

Wow ... Middle Grade sekali, bukan?

Namun, aku punya beberapa keresahan pada novel ini, yang akan kujadikan beberapa poin penting berfaedah. Tapi sebelumnya, mari kita bahas dulu hal-hal yang aku suka dari novel ini.

Konsep pemburu hantu yang sangat keren, memakai rantai besi, pedang, bahkan bom. Aku jadi membayangkan Three Musketeer tiap kali Trio ini beraksi. Gambaran hantu-hantunya juga mendebarkan, meskipun tidak seram sama sekali. Maksudku ... hantu-hantu luar itu selalu aku bayangkan ‘Keren’ alih-alih ‘Seram’! Hantu lokal lebih superior!!!

Terus adegan kesukaanku, di mana mereka membuat lingkaran dari bubuk besi supaya hantu-hantu tidak bisa masuk ke dalamnya. Kalian tahu kan adegan apa itu? Benar ... Spongebob Squarepants di episode Beruang Laut. Aku pun langsung terpikir, bagaimana kalau yang digambar mereka itu oval dan bukannya lingkaran? (Membayangkan adegan Squidward diserang berkali-kali. (Still my favorite scene of all time!)

Itu adalah hal-hal yang aku sukai sepanjang novel. Sekarang marilah kita menuju poin-poin brekele yang membuatku tidak bisa menikmati novel ini secara maksimal.

Tokoh Utama Tidak Likeable. Di novel ini kita mengambil sudut pandang orang pertama lewat Lucy, sayangnya si Lucy di mataku bukan orang yang terlalu bisa disukai. Kita bahas detailnya di segmen Penokohan nanti.

Lucy tidak Mary Sue, tidak juga Not Like Other Gorl (dua tipe penokohan cewek yang paling kubenci). Lucy itu lebih ke ... ‘belagu’ mungkin sebutannya. Dia menganggap dirinya oke banget sampai sering kali melanggar perintah dan bertingkah semaunya. Lebih parah, tiap kali dia melanggar perintah selalu ada konsekuensi yang merugikan orang lain (kecuali mungkin di bagian akhir).

Lockwood di sisi lain. Aku tahu penulis berusaha membuat anak ini Charming lewat sudut pandang Lucy, tapi gambaran yang aku dapat dari Lockwood sepanjang cerita cuma narsis dan suka menyepelekan. Dia gegabah, tidak transparan, juga sok misterius pada rekan-rekannya. Itu jelas bukan sifat pemimpin yang baik, tapi Lucy dan George selalu bilang kalau Lockwood itu pemimpin yang baik nan sempurna buanget. Um ... he doesn’t?

George pulak ... oh, dia akan kubahas di poin sendiri. Karena, Dam ... They did him dirty!

Intinya, trio ini mungkin menjadi trio paling brekele selain Trio Kwek-kwek kesayangan kita di Serial Bumi. Eits ... tapi tenang saja, ini baru buku pertama, mungkin Lucy dan Lockwood akan lebih menyenangkan di buku berikutnya. SEMOGA!

Middle Grade rasa Young Adult. Hal yang aku suka dari Middle Grade adalah tokoh-tokohnya yang polos, bagaimana cara mereka mengatasi masalah dengan naif sebagaimana pemikiran anak-anak. Kadang mereka bertingkah konyol, kadang main-main, tapi saat harus serius mereka akan melakukan yang terbaik.

Hal-hal itu tidak bisa kutemukan di novel ini. Lucy, Lockwood, dan George tidak bertingkah seperti anak-anak. Mereka serius, dewasa, bicara dengan bahasa intelek. Pokoknya, sulit bagiku menganggap ini genre Middle Grade, sebab Trio Dukun kita bertingkah tidak ada bedanya dengan orang dewasa.

Saat membaca Middle Grade, aku mengharapkan sesuatu yang UwU antar para tokoh. Dan aku memang mendapatkan sesuatu yang UwU itu di novel ini. Hanya saja, hal itu bukan UwU khas Middle Grade, tapi lebih ke arah Young Adult. Mungkin sifat dewasa itu bisa ada akibat masa lalu keras dari masing-masing tokoh kita. Tapi tetap saja ... saat aku membaca Middle Grade, aku mengharapkan ke-UwU-an anak-anak, bukannya anak-anak yang perilakunya seperti orang dewasa.

Twist yang Keliatan Banget, tapi Pura-pura Gak Keliatan. Ini pasti spoiler, jadi aku akan pakai kata-kata ‘kode’. Tapi aku yakin 100% kalian juga bisa menebak siapa ‘Penjahat’ dalam buku ini dengan sekali baca. Si Twist ini bertingkah SUS sepanjang cerita, jadi aku pikir bukan dia yang akan jadi penjahat. Eh, ternyata beneran die!!!

Jujur saja, aku tidak masalah dengan twist yang 'lurus' seperti itu. Namun, hal yang bikin brekele adalah semua tokoh dalam buku ini mengabaikan red flag yang jelas-jelas diteblokin ke muka mereka. Lucy memang pernah menyerukan kecurigaan pada Si Twist ini, tapi langsung mingkem pas Lockwood suruh mingkem.

Eh, pas akhirnya terungkap bahwa Si Twist ternyata beneran twist, Lockwood langsung bertingkah sok paling pinter, seolah dia tahu hal itu sekian lama. PARAHNYA! Lucy yang duluan melontarkan curiga malah manggut-manggut aje, bahkan kagum ama kepintaran Lockwood! Aku pikir mah dia bakal ngomong “KAN UDAH GUE BILANG!!!” yang seharusnya jadi sifat dasar Lucy.

(Setelah membuat review ini, aku mulai berpikir kalau itu memang rencana Lockwood dari awal. Bertingkah seolah percaya dan menyuruh Lucy diam supaya bisa tetap bisa menjalankan misi tersebut. But still ... itu membahayakan anggota lain namanya, dan semakin menjadikan Lockwood orang yang egois!)

Justice for George. Kenapa ya SEMUA TOKOH di buku ini membuat komen jahat pada George. Hey, aku tahu di setiap kelompok harus ada Comic Relief, Si Kocak, Si Badut, Si paling sering dibully. Tapi ayolah ... what did my man George done to deserve this??? Dia bahkan tidak pernah bertingkah konyol sepanjang buku. Memang, dia digambarkan gendut dan tukang makan, tapi selain itu George bukan tipe orang yang suka melawak. Sebaliknya, George ini serius dan pintar.

George bukan tipe orang semodel Weasley Twins, bukan semodel Puck, bukan semodel Shaggy dan Scooby, yang semuanya jadi ‘Tokoh Kocak’ karena mereka memang bertingkah kocak. Orang-orang di novel ini bikin komen jahat atau ‘kocak’ ke George benar-benar cuma karena fisiknya. What kind of body shaming is this???

“Wah, George suka makan donat dan gendut, jadi dia pasti lucu. Yuk, kita buli!” kata semua orang di buku ini. (tampol pake panci)

Serius ya, tiap ada hal berkonotasi negatif, Lockwood atau Lucy pasti mengasosiasikan hal tersebut pada George. Ada makanan sisa, dihubungkan ke George yang 'rakus'. Ada sesuatu yang kotor atau bau, disambungin ke George. Ada hantu ‘jelek’ disamain ama George. George disangka pelayan. George disuruh-suruh. George disepelekan. Alih-alih lucu, segala hal itu malah bikin aku cringe, karena jelas-jelas George merasa tersinggung.

Tadinya kupikir karena Lucy gak suka sama George, makanya dia selalu komen hal-hal jelek tentang George. Eh, makin lama kok semua tokoh juga ikut-ikutan menghina dia. Maksudnya teh naon ni buku?

George .. keknye elu kudu ganti sirkel. They don’t deserve you.

Ini bukan termasuk ke dalam poin-poin, tapi alur konflik di novel ini rada membingungkan. Bagiku pribadi, lho!

Judul buku ini Undakan Menjerit. Aku pikir undakan menjerit itu adalah tangga dari rumah pertama yang mereka bakar di awal buku. Di situlah Lucy DKK mendapatkan liontin bertuah berisi hantu Annabele. Eh, taunya undakannya beda lagi. Taunya ada di rumah si Bapacc Fairfax. Maksudku, kenapa masalahnya harus sama-sama tangga? Au ah, gelap!

Satu hal lagi, novel ini berjumlah 400 halaman lebih, standar fantasi. Namun, isinya tidak bisa dibilang padat. Satu kejadian bisa mengambil lima sampai enam bab sebelum beralih ke kejadian lain. Ekhem, itu sebenarnya bukan keluhan, cuma sebagai orang yang tidak sabaran, aku gregetan sendiri menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya!

C. Penokohan

Lucy. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku kurang suka sifat Lucy. Sebagai tokoh utama, sifatnya tidak likeable. Aku tidak suka cara dia menghina George, tidak suka cara dia menilai orang, tidak suka cara dia menyombongkan diri tentang kemampuannya.

Sikap dia sepanjang cerita itu jadi kayak ... dia tahu dirinya jago dalam bidang tersebut, tapi bukannya humble, dia malah bertingkah sombong gitu loh. Kadang kan ada orang yang omong besar dan sok, tapi karena memang jago, kita tidak bisa menyalahkannya. (I hate that feeling tho)

Kepribadian Lucy juga rada melempem kalau boleh kubilang. Mungkin karena mengambil sudut pandang orang pertama, penulis terlalu fokus menjabarkan kepribadian tokoh lain lewat pandangan Lucy, sampai-sampai lupa menggambarkan kepribadian Lucy sendiri. Entahlah salahnya di mana, sepanjang novel tidak ada satu adegan pun yang membuatku menyukai Lucy.

Lockwood. Sedikit Out of topic, setiap kali membayangkan ni anak, yang ada di otakku malah Flint Lockwood dari film Cloudy with a Chance of Meetballs. Mereka sama-sama genius, tapi Flint mah gak kharismatik h3h3 ....

Ekhem, kembali ke topick. Seperti yang juga kusebutkan di atas. Lockwood ini anaknya santai banget, bahkan dalam keadaan genting dia bisa tetap tenang. Itu semua karena dia pintar dan selalu punya rencana. Namun, hal yang membuatku tidak menyukai Lockwood adalah. Perlakuannya pada George (Duh!!!). Selain itu dia juga gegabah, tidak mau mendengar pendapat orang, paling parah tidak transparan dengan rekan-rekannya.

Ada sekali waktu dia mempersiapkan sesuatu sampai-sampai sikapnya jadi aneh. Tentu saja George dan Lucy bertanya. “Eh, elu kenape si?” Tapi si Lockwood malah sok-sok misterius gitu, membiarkan rekan-rekannya kebingungan.

Memang, pada akhirnya sikap Lockwood itu akan berguna bagi mereka semua, tapi helooww ... Lucy dan George udah ketakutan dan berpikir mereka akan mati. Kalau semisalnya Lockwood jujur dari awal, Lucy dan George mungkin tidak harus terluka, atau berbuat yang macam-macam. Kalian ini TIM bukannya kerja sendiri-sendiri, rencana matang harus ada, dan harus diketahui serta dipahami semua anggota. Sikap seperti ini jelas membahayakan anggota lain, dan bukan sifat pemimpin yang baik.

George. Mungkin karena semua tokoh membully-nya, George menjadi tokoh kesukaanku. Percayalah, dia ini pintar dan selalu mematangkan rencana sebelum bertindak. Tapi sifat baik George itu kalah sama fakta bahwa dia “suka makan donat” dan "gendut". Argh!!! Aku tidak mau lagi membahas perilaku orang-orang dalam buku ini kepada George. Aku yang sakit hate!

Barnes. Pihak berwajib yang menangani kekacauan akibat ulah Lockwood & Co. Meskipun Lucy berusaha membuat kita sebal dengan si Bapacc Barnes, tapi aku setuju dengan beberapa omongannya. Mereka memang butuh wali yang lebih ‘dewasa’.

Mr. Fairfax. Bapacc orang kaya yang memberikan misi Undakan Menjerit pada Trio Dukun kita. Dia juga berjanji akan membayar mahal, karena undakan itu serem, ciin!

D. Dialog

Dialog pada buku ini sih standar buku terjemahan. Baku tapi santai. Dari dialog-dialog tokoh  di sini juga aku susah membayangkan kalau ini novel Middle Grade. Bahasa Trio Dukun kita terlalu intelek, tidak menggambarkan dialog usia mereka yang seharusnya lebih sederhana. Akan tetapi, aku tetap suka dan enjoy. Mengingat anak-anak di sini sudah disuruh bekerja di usia yang sangat muda, mungkin itu yang membuat mereka cepat dewasa.

Apa lagi pekerjaannya tidak bisa dibilang ringan. Malah anak-anak mendapat pekerjaan yang menurutku paling berbahaya. Mereka disuruh patroli di tempat angker tanpa pengetahuan apa pun, mereka cuma dikasih alat-alat pelindung paling sederhana sampai nanti ikut latihan dan naik pangkat, baru bisa mendapatkan alat untuk melawan.

E. Gaya Bahasa

Gaya bahasa novel ini mengalir, sederhana juga berkat sudut pandang pertama dari Lucy. Tidak ada keluhan saat aku membacanya, kecuali mungkin dari pemilihan kata yang diambil penerjemah. Berkali-kali aku harus membuka KBBI lantaran menemukan kata yang asing, jarang dipakai novel-novel lain.

Seperti ‘undakan’ yang sebenarnya ‘tangga’. Atau ‘jambangan’ yang ternyata semacam vas bunga. Terus ada satu lagi kata yang artinya ‘gagang pintu’. Aku bahkan lupa namanya! Buku ini jelas memberikanku pengetahuan baru tentang pemilihan kata, jadi itu adalah nilai plus-plus yang barokah.

F. Penilaian

Cover : 3

Plot : 3

Penokohan : 2

Dialog : 4

Gaya Bahasa : 3,5

Total : 3,1 Bintang

G. Penutup

Jarang-jarang aku memberi rating 3 untuk novel terjemahan, terlebih lagi Middle Grade. Tapi khusus novel ini aku rasa penilaiannya memang paling tinggi segitu. Gimana ya ... ada yang kurang dari buku ini, terutama mungkin dari penokohannya yang aduhai. Mereka kurang kompak, atau boleh dibilang pilih kasih dalam kekompakan.

Lockwood dan Lucy akrab dan saling menghargai, tapi kalau sudah membicarakan George ... wah-wah-wah mereka seperti Mean Gorl, bikin kalimat-kalimat mengandung bully yang bikin aku hilang respecc sama mereka.  

Tapi tentu saja, ini baru buku pertama, dan aku akan melanjutkan seri ini sampai terakhir. Masih banyak misteri yang belum terungkap, salah satunya pasal orang tua Lockwood.

Kenapa novel beginian teh selalu lebih dari tiga buku! Aku kembali terperangkap dalam motto pribadiku yang menyiksa!

Sampai jumpa di review selanjutnya ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan