Lho, Kembar Kok Beda & Kembar Dizigot


Judul : Lho, Kembar kok Beda? & Kembar Dizigot

Penulis : Netty Vigiantini

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9786020306964 - 9786020313979


Tebal : 216 & 200 Halaman

Blurb :

(Lho, Kembar Kok Beda?)
Semua kesempurnaan cewek ada dalam diri Bashira. Wajahnya bulat, kulitnya kuning langsat. Rambut hitamnya bergelombang indah, pas dengan postur tubuhnya yang tinggi berisi. Kecerdasannya membuat Bashira selalu berada di posisi tiga besar dan terpilih menjadi sekretaris OSIS.

Tak ada yang menyangka Nadhira yang "ancur" adalah kembaran Bashira. Wajahnya oval dengn kulit kecoklatan. Tubuhnya mungil dan kurus, mirip papan penggilasan cucian. Dia selalu kesulitan mengikuti pelajaran sehingga wajib mengikuti kelas tambahan. Belum lagi, ia langganan dipanggil guru BP karena ketahuan menggambar saat jam pelajaran berlangsung.

"Lho, kembar kok beda?" Pasti begitu komentar orang-orang.

Setelah tujuh belas tahun hidup dalam perbedaan, akhirnya mereka menyadari satu persamaan; sama-sama menyukai Narotama! Tapi bisakah mereka bersaing secara fair dan terbuka? Ataukah malah terjebak dilema antara cinta dan saudara?

(Kembar Dizigot)
Nadhira stres berat ketika pergelangan tangan kanannya cedera akibat ulah Kemal, si Onta Padang Pasir! Ke mana-mana ia harus menggendong tangannya yang dibalut slab gips. Apa-apa pun harus dibantu. Yang lebih menyakitkan, Ayah melarangnya pacaran dengan Narotama, dan kesempatan itu justru dimanfaatkan oleh kembarannya, Bashira, untuk mendekati cowok yang sama-sama mereka sukai itu. Nggak fair! Dasar saudara kembar pengkhianat! Mentang-mentang Bashira lebih cantik dan lebih pintar, ya?

Ketika tangannya sembuh, Nadhira semakin galau mendapati kenyataan ia tak bisa menggambar seperti dulu lagi. Arggh… ternyata begini risikonya jatuh cinta, cemburu, patah tangan sekaligus patah hati kuadrat. Sakitnya nggak cuma di sini—menunjuk dada—tapi di mana-mana.

Untung ada anak-anak “Pintu Belakang” yang terus menyemangati Nadhira berlatih. Hingga akhirnya ia punya kesempatan membalas dendam lewat ilustrasi di majalah sekolah. Ia bertekad membuat Bashira dan Narotama bertekuk lutut!
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Cover Ter-UwU Abad ini

Hellow, Pembaca Budiman di mana pun kalian berada! Pernahkah kau merasa hatimu hampa? Pernahkah kau merasa hatimu kosong?

“Impy, kita semua tahu kamu tua, tidak perlu digembar-gemborkan begitu!”

Jadi begini, Darlings ... jujur saja aku kehabisan bahan bacaan belakangan ini. Mungkin bukan kehabisan, tapi tidak berselera membaca novel-novel yang seharusnya aku baca, coba saja lihat daftar buku antrian bacaku di Goodreads, jumlahnya tak terduga! Reading Slump at it again!

Alih-alih menuntaskan bacaan, aku malah berkeliling Goodreads lagi demi mencari ilham, wahyu, ataupun hidayat. Bukan, itu bukan nama-nama gebetan, tapi inspirasi. Novel-novel yang mungkin menarik perhatianku, y'know?

Seperti biasa, Goodreads tidak pernah mengecewakan. Situs barokah ini mempertemukanku dengan novel yang sampulnya begitu UwU!!! Look at those cover! Arem't they the cutest thing in the world? Ditambah novel ini mengangkat tema anak kembar. Oh-oh-oh, aku selalu punya ketertarikan khusus pada anak kembar. Hampir semua karyaku punya tokoh kembar, entah tokoh utama atau sekadar figuran.

Sesuai sampunya yang UwU, novel ini bertema kehidupan SMA, dengan konflik yang tidak muluk-muluk. Hal lain yang membuatku tertarik adalah, novel ini mempunyai vibe era Golden Decade meskipun terbit di tahun 2014-2015. Makanya aku mampu lancar membaca dua novel hanya dalam beberapa jam sahaja.

Novel ini aslinya ada dua, satu berjudul Lho, Kembar Kok Beda. Satunya lagi kabur ... (plak)

Satunya lagi berjudul Kembar Dizigot. Tapi eh tetapi, rasanya review novel ini bisa dijadikan satu sebab konfliknya tipe-tipe yang bersambung, bukan serial. Jadi ... inilah review ganda yang tidak diminta siapa pun tapi aku bikin juga supaya blog tidak nganggur!

B. Plot

Awal kisah kita diperkenalkan pada tokoh-tokoh utama. Ada Nadhira dan Raven. Mereka bersahabat, dan Nadhira menganggap Raven sebagai adik bayi-nya, lantaran anak itu imut, kalem, dan sering jadi korban perundungan. Orang yang paling sering merundung Raven adalah Kemal. Berandalan sekolah, tapi pintar, dan diam-diam menyukai Nadhira. Itu sebabnya Kemal merundung Raven, karena dia cemburu melihat kedekatan Nadhira dan Raven.

Di sisi lain, Nadhira menyukai cowok bernama Narotama, alias Tama. Sedangkan, Narotama terlihat sangat dekat dengan kembarannya (Bashira). Sedihnya, jika dibandingkan Bashira, Nadhira kalah talak baik secara fisik maupun otak. Nadhira yang cantik, feminim, juara kelas, lemah-lembut, kesayangan orang tua, pastinya lebih memikat hati dibandingkan Bashira yang tomboy, kurang pintar, tukang bikin onar, dan galak.

Lebih parah lagi, Bashira juga menyukai Tama sehingga mereka terjebak dalam cinta segitiga. Saat mengetahui Tama juga menyukainya, Nadhira bukannya senang malah jadi semakin galau, karena dia tidak ingin membuat kembarannya sedih. Maka dia harus memilih antara saudara atau cinta.

Konflik novel ini sungguh simple dan reletable. Cinta segitiga, bingung memilih antara saudara atau cowok, bingung memilih cowok mana yang lebih aduhai buat dipacari. Itu menjadi salah satu hal yang aku suka dari novel ini. Tidak pakai embel-embel Bad Buoy meskipun ada tokoh nakal, tidak pakai embel-embel Cool Buoy meskipun ada tokoh yang bersifat dingin. Intinya, novel ini memiliki konflik yang konkret, dengan judul yang tidak fokus pada tokoh saja.

Bayangkan kalau penulis Watpat yang membuat judul novel ini, aku tebak pasti Cool Boy vs Jutek Girl, atau Cool Boy and Bad Boy in Love with Jutek Girl, atau hal-hal lain yang bikin merinding disko. Sepanjang cerita pun tidak ada adegan super dramatis yang mustahil anak-anak SMA alami. Semua kejadian di novel ini bisa dibilang relate, sebagian besar orang pernah mengalami hal serupa di masa SMA, itulah yang membuatnya enjoyable.

Di samping hal-hal itu, tentu saja novel ini memiliki kekurangan. Misalnya, teman-teman Nadhira selain Raven yang tidak memiliki andil sama sekali pada plot, dihilangkan pun rasanya tidak masalah. Aku bahkan lupa siapa saja nama-nama mereka, yang aku ingat nama grup mereka adalah 'Anak-anak Pintu Belakang'. They are useless ....

Aku juga kurang suka cara penulis seolah memaksakan alasan supaya Nadhira kena masalah. Misalnya ketahuan membuat sketsa saat jam pelajaran, rasanya terlalu berlebihan kalau harus sampai dipanggil guru BP karena hal itu. Terlebih lagi Nadhira berbakat, dan sketsanya diakui bagus oleh semua orang. Biasanya guru-guru malah bangga, mungkin menjadikan Nadhira ilustrator majalah sekolah.

Ini tidak! Nadhira memang dimintai tolong menjadi ilustrator majalah pada satu kesempatan, tapi itu bukan permintaan guru melainkan kakak kelasnya. Padahal, akan lebih baik buat alur kalau guru-guru yang mengusulkan Nadhira pada anak OSIS, secara mereka melihat sendiri kemampuan seni Nadhira. Melihat hal baik dalam situasi buruk istilahnya

Terus lagi, setiap kali Bapake Nadhira dan Bashira muncul di novel, tugasnya cuma buat membandin mereka berdua. Kayak ... apakah benar ada orang tua seperti itu? Mungkin ada, dan sudah jelas itu bukan perangai bagus untuk orang tua. Bahkan, ketika Nadhira melakukan sesuatu yang membanggakan dengan gambar, orang tua si kembar tidak pernah memujinya. Hmm, mungkin memang itu niat penulis, tidak memberikan pengembangan karakter buat mereka.

TAPI MALAH AKU YANG GEMEZZ!!! Aku berharap di akhir orang tua si kembar sadar kalau mereka tidak seharusnya membandingkan kemampuan anak, karena masing-masing pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Nyatanya, none of that, they are still a-hole parent in the end.

Selanjutnya, interaksi antar tokoh di sini sama sekali tidak memiliki rasa. Maksudku, konfliknya dieksekusi dengan sangat baik, tapi reaksi tokoh-tokoh di novel ini terhadap konflik dan penyelesaiannya benar-benar mengecewakan. Misalnya, interaksi Nadhira dan Tama yang keseringan lirik-lirik manja sepanjang PDKT, dan saat jadian pun mereka tidak pernah melakukan hal-hal UwU selain dengan metode Tell.

Minimnya interaksi tersebut, membuatku tidak terlalu mendukung hubungan mereka. Aku tidak merasa bahagia saat mereka jadian, pun saat mereka putus tidak ada rasa sedih, datar aja gitu. Masalah lain dalam novel ini masih tentang interaksi antar tokoh. Kali ini antara Nadhira dan Kemal.

KENAPA SETIAP MEREKA BERINTERAKSI SELALU TARIK-TARIKAN!!!

Jadi gini ... sepanjang novel pertama, interaksi dua manusia ini cuma si Kemal menarik tangan Nadhira ke suatu tempat, dan Nadhira menjerit, "Lepas! Lepas!". Atau Kemal berdiri menghalangi Nadhira, dan Nadhira teriak, "Minggir! Minggir!". Itu terjadi di sepanjang novel pertama, setiap kali mereka berpapasan! Sekali kejadian mungkin UwU, tapi empat sampai lima kali, itu bikin bete!

Aku tahu penulis ingin menggambarkan kalau mereka tidak akur, mereka selalu berselisih kalau ketemu, tapi ada banyak cara lain untuk menunjukan hal tersebut selain tarik-tarikan! Untungnya di novel kedua sudah tidak terlalu, karena akhirnya mereka berdamai, interaksi mereka jauh lebih enak diikuti.

Masih tentang interaksi antar tokoh, Nadhira dan Bashira tidak memiliki bonding yang menunjukkan kalau mereka kembar. Ya, mereka kembar dizigot, tidak identik, berbanding terbalik, tidak suka disama-samakan. Namun, penulis juga sering menuliskan kalau keduanya punya semacam hubungan batin, tapi hal itu malah tidak terlihat sama sekali. Aku mengharapkan sekali saja adegan mereka menjadi kembar, saling bela, apa pun itu! Sayangnyam penulis gagal menunjukkan itu.

Ending novel ini sendiri jadi kurang memuaskan, karena minimnya pengembangan karakter. Sepanjang novel, hanya Nadhira yang terlihat berkembang signifikan, mungkin Raven juga, sedangkan tokoh lain tidak terlalu. Novel ini memang memakai sudut pandang orang pertama, tapi itu bukan berarti si tokoh utama saja yang diberi pengembangan, tokoh lain juga berhak mendapat dampak dari serangkaian konflik yang mereka lalui, 'kan?

Kesimpulannya, ini novel yang sangat ringan. Saking ringannya, beberapa hal sepele dibuat se-dramatis mungkin supaya ada konflik yang bisa diangkat. Padahal, kalau dipikir-pikir, it ain't that deep. Tapi sekali lagi, ini novel remaja, aku yakin pembaca di usia SMP atau SMA akan sangat masuk ke cerita, bisa mendalami konflik dengan khusyuk.

Sedangkan kita orang-orang berkepala dua akan geleng-geleng kepala sambil mendengkus iri, karena masalah hidup anak-anak bau kencur ini cuma cowok.

C. Penokohan

Nadhira. Sepanjang novel, kita dipandu oleh Nadhira lewat sudut pandang orang pertama. Nadhira ini tipikal anak cuek, tapi juga sering overthinking, dilihat dari betapa seringnya dia membandingkan diri dengan Bashira. Di sisi lain dia pemberani, dan tanpa ragu membela teman-temannya, terutama Raven. Hal yang aku suka dari Nadhira adalah dia tipikal Not Like Other Gorl, tapi sifat itu ditunjukkan dari perilakunya sepanjang cerita.

Alih-alih kesal, aku malah suka dia. Bahkan, aku berharap punya teman seperti Nadhira di dunia nyata, she is funny and cool. Hanya saja, aku rada kecewa dengan motivasi utamanya untuk lebih baik dari Bashira. Maksudku ... Nadhira berbakat menggambar, itu kelebihan yang tidak dimiliki Bashira. Tapi eh tetapi, hal yang membuat dia memiliki tekad untuk lebih baik dari Bashira malah seonggok cowok? This is not right, Boo!

Raven. Sahabat, alias adik bayi Nadhira. Aku suka persahabatan mereka, tapi juga tidak. Jelas-jelas Raven tidak suka diperlakukan seperti anak kecil, dan dia terang-terangan bilang begitu. Namun, Nadhira seolah tidak mau tahu, walhasil mereka sempat marahan. Meskipun, pada akhirnya berbaikan, dan Raven pun berubah menjadi cowok sejati yang berani melawan perundungnya.

Kemal. Preman dan tukang lawak. Suka pada Nadhira, tapi gengsi mengakui. Seperti yang aku bilang di plot, setiap Kemal muncul pasti hanya untuk tarik-tarikan sama Nadhira. Kesannya kayak, kita tidak mengenal tokohnya lebih dalam selain bahwa dia menyukai Nadhira. Perkembangan tokohnya di akhir juga tidak terlalu kentara selain mengikhlaskan Nadhira jadi milik orang lain. Eits ... walaupun dia masih berharap, karena prinsipnya 'Sebelum janur kuning salto ... atau apalah itu'.

Narotama. Cool Boy yang cocok disandingkan dengan Bashira. Sama-sama anggota OSIS, pintar, dan juara kelas. Akan tetapi, Narotama ternyata suka juga sama Nadhira. Is there any boy NOT in love with this Nadhira gorl??? Aku mengharapkan lebih dari dia sebagai tokoh utama laki-laki, tapi perannya di sini cuma lirik-lirik manja doang, menghadeh.

Bashira. The Good Twin, tapi juga punya sisi busuk dalam dirinya dalam artian licik dan tidak punya simpati. Entahlah, penulis kayaknya terlalu keras berusaha menjadikan Bashira orang jahat. Masalahnya, Bashira seolah gak punya nurani sama sekali pada saudara kembarnya sendiri. Aku yang mengharapkan momen bonding antar keduanya pun jadi kiciwa.

Guru BP. Aku lupa siapa namanya, h3h3 ... tapi perannya cukup penting sebagai tempat curcol Nadhira. Sebagai guru, dia bijak dan memberi saran-saran berfaedah pada muridnya. Aku suka penokohan si guru, dan akhirnya ada juga guru yang tidak useless di cerita Teenlit.

Ortu Si Kembar. Bad Parent.

D. Dialog

Mungkin dialog dalam novel ini yang paling membuatku enjoy menamatkan novel sekali duduk. Natural, tidak cringe, tidak maksa menjadi lucu, dan masing-masing tokoh punya rasa sendiri pada gaya bicaranya. Tentu saja selain dialog Kemal dan Nadhira saat tarik-tarikan. Ketika ada adegan itu, dialognya malah terasa kayak dialog tipikal Watpat.

Selain adegan tarik-tariikan brekele itu, timbal-balik dialog antar tokoh sangat enjoyable. Mungkin interaksi keseluruhan terasa kurang, tapi dialognya tidak masalah sehingga aku tidak terlalu banyak melontarkan protes.

E. Gaya Bahasa

Novel ini mengambil sudut pandang orang pertama, dan harus kukatakan kepenulisannya benar-benar mengalir, seru, tidak bikin bosan. Nadhira sebagai tokoh tidak plonga-plongo, tidak juga terlalu mendominasi cerita. Dia bisa membuat pembaca terus penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Hal itu membuat banyak juga kalimat yang terkesan breaking the fourth wall. Biasanya aku tidak suka hal seperti itu dalam novel, tapi di sini aku tidak keberatan sama sekali.

F. Penilaian

Cover : 3

Plot : 2,5

Penokohan : 3

Dialog : 4

Gaya Bahasa : 3

Total : 3,1 Bintang

G. Penutup

Rasanya sudah lama sekali semenjak aku baca novel yang murni Teenlit. Novel ini benar-benar ringan dan menyegarkan otak setelah terjangan Novel-novel Terkutuk dan Serial Aduhai. Meskipun, novel ini juga terasa sangan anti-klimaks karena penyelesaian dan konfliknya yang seolah dibesar-besarkan.

Tapi kembali lagi, ini novel remaja yang benar-benar remaja. Tidak perlu berpikir, tidak perlu mempertanyakan hal-hal irasional, apa lagi tentang kenapa masalah percowokan yang sangat berpengaruh pada hidup tokoh-tokoh di sini. Masa remaja memang begitu, 'kan? Bucin sebucin bucinnya!

Nah, sampai jumpa di review berikutnya ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan