Mari Pergi Lebih Jauh


Judul : Mari Pergi Lebih Jauh

Penulis : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Tahun Terbit : 2024

ISBN : 9786231342324

Tebal : 217 Halaman

Blurb :

Mi dan Ma dan Mo dan Fufu berhasil melewati apa yang terjadi di Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Tidak dengan Fifi. Namun, Mi dan Ma dan Mo dan Fufu selalu percaya bahwa Fifi betulan ada, tidak seperti orang-orang yang bicarakan kalau Fifi hanya bayangan Fufu yang ke mana-mana membaca cermin.

Mi dan Ma dan Mo lantas mencari di mana Fifi, sebelum itu mereka harus mencari Fufu yang disembunyikan orang-orang di Rumah Sakit Jiwa GPKA OSM-D. Dan perjalanan Mi dan Ma dan Mo dan Fufu akan semakin jauh. Berjumpa dengan trenggiling dan Petronella dan keseruan tokoh yang lain.

Mari Pergi Lebih Jauh adalah novel sekuel dari Kita Pergi Hari Ini.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Sequel Dadakan?

Sumur, sumur, sumur ... Apa yang kita punya di sini? Penulis yang tadinya tidak mau kubaca karya-karyanya, padahal belio sangat berbakat, sebab aku mengidap sindrom Not Like Other Gorl, tapi akhirnya dibaca juga, karena kepincut sampul UwU, dan sekarang kepincut untuk kedua kalinya, juga karena sampu UwU. Siapa lagi kalau bukan Ziggy Z (bukan Ziggy Zagga)

Ayolah jujur saja, tidak ada dari kita yang punya waktu lebih untuk mengeja nama sang penulis tanpa typo kalau tidak dicek berkali-kali! Daripada salah tulis dan berujung menyungging, lebih baik tidak usah! Aku bahkan mengcopy-paste nama belio untuk mengisi biodata buku di atas! Jadi marilah kita sebut saja belio Ses Ziggy.

Suatu hari, novel Ses Ziggy nongol di Instagrem. Bukan sembarang novel, tapi SEKUEL KITA PERGI HARI INI (KPHI), yang berjudul MARI PERGI LEBIH JAUH (MPLJ)! Waitaminit ... novel bersampul UwU favoritku punya sekuel? Tentu saja aku kageat sekaligus bingung. Kenapa bingung? Akan kujelaskan di segmen plot nanti.

Sebagai wanita karir yang berduit banyak (ditempeleng), aku pun ingin mengikuti PO MPLJ supaya mendapatkan bonus-bonus barokah. Kalau tidak salah bonus PO saat itu termasuk sticker dan gantungan kunci. I want THAT! Tapi eh tetapi, rencana kandas begitu melihat kalender. Mustahil di tanggal tersebut aku masih punya uang selain untuk bertahan hidup sampai gajian berikutnya!

Aku pun menelan kenyataan pahit ini, dan memutuskan untuk order biasa aja di tangga-tanggal saat menjadi orang kaya. Sticker lucu? GanCi lucu? Semua itu tidak sepenting bukunya sendiri, benar, 'kan? (Padahal dalam hati merana berat nih, ye ...)

Untuk segi sampul ... Ayolah, kalian mau mendengarku memuja-muji sampul novel ini, atau kita langsung saja ke segmen Plot?

B. Plot

Ketika melihat pengumuman PO Mari Pergi Lebih Jauh, jujur aku bukannya senang tapi malah bingung, sebab novel Kita Pergi Hari Ini sudah menyelesaikan novel dengan sangat jelas, sempurna dan tragis, unik dan bikin terenyuh. Ending seperti itulah yang pasti membuat banyak orang terngiang-ngiang akan sebuah novel, lantas mengingat novel itu selamanya. Intinya, sekuel tidak perlu ada.

Namun, Ses Ziggy berkehendak lain. Belio menghapus segala hal tragis di ending novel pertama dan menyisakan satu hal, lebih tepatnya Fufu yang masuk rumah sakit jiwa.

Maka novel ini menceritakan petualangan Mi dan Ma dan Mo untuk mengeluarkan Fufu dari rumah sakit jiwa, dengan bantuan anak yang benar-benar pintar bernama Petronella. Setelah menyelamatkan Fufu dari RSJ, mereka akan mencoba kembali ke Pulau Terapung Kucing Istimewa untuk menyelamatkan Fifi.

Plot yang menarik, dan tentu saja masih di dalam Soft Spot-ku. Aku akan selalu menyukai cerita tentang segerombol anak (atau bayi) yang melakukan petualangan berbahaya, seakan mereka lebih cerdas dari orang dewasa. Sayangnya, dalam kasus Mari Pergi Lebih Jauh, penulis harus mengubah banyak plot penting dari novel pertama untuk membuat novel kedua masuk akal.

Misalnya, Bibi Tetangga Sebelah (Ibu Fifi dan Fufu) yang dikatakan hanya ingin menyingkirkan salah satu dari si kembar dengan dasar pilih kasih, tidak menginginkan dua anak, dan sebagainya. Padahal si Bibi memang tidak suka anak-anaknya, bahkan membuang mereka. Dia bahkan mengeluh ketika anak-anak berhasil pulang, dan cuma Fifi yang hilang. Berharap kedua anaknya tidak kembali.

Menurutku itu Plot Twist yang sangat barokah, sebab sejak awal orang tua Mi dan Ma dan Mo, serta orang tua Fifi dan Fufu digambarkan sebagai orang tua penyayang, sebagaimana orang tua pada umumnya. Mereka hanya terlalu sibuk sampai harus mengambil Cara Lain, yaitu Nona Gigi si Kucing. Kemudian diketahui bahwa Cara Lain itu adalah cara orang tua menyingkirkan anak-anaknya. DENGAN KESADARAN 100%.

Pergantian Plot rada aneh selanjutnya adalah penokohan Nona Gigi. Di novel pertama Nona Gigi jelas kucing jahat, membenci anak-anak, sampai menjadikan mereka dekorasi, mainan, dan makanan. Bahkan sampai akhir cerita Nona Gigi tidak meninggalkan Anak-anak Bapak dan Ibu Mo, serta Fufu. Dan yang aku maksud akhir cerita di sini adalah ajal.

Yes, Nona Gigi bahkan menggali makam Fufu dan Ma untuk mengambil tulang dan gigi mereka. Dan yes ... Fufu dan Ma sudah meninggoy di buku pertama, bahkan Mi dan Mo juga. Itulah yang membuat ending novel Kita Pergi Hari Ini, tragis tapi terkenang, karena shock value yang berhasil, serta penyampaian yang unik.

Lantas kenapa semua itu di-revisi di novel MPLJ?

Di MPLJ, Nona Gigi memang masih melakukan hal-hal awikwok tersebut pada manusia, tetapi Ses Ziggy membuat pembelaan lewat Petronella, bahwa para kucing melakukan semua itu bukan karena mereka "jahat". Tapi karena itu memang kebutuhan mereka. Kucing butuh makan, butuh tempat tinggal, butuh mainan. Hanya kebetulan kebutuhan itu bisa didapatkan dari anak-anak.

Petronella bilang. "Sama saja seperti manusia kepada pohon. Kalau pohon jalan-jalan ke dunia manusia dan melihat tubuhnya ada di rumah, di perabotan, mereka pasti menganggap manusia orang jahat."

Itu masuk akal, tapi juga tidak, 'kan?

Pertama, pohon memang makhluk hidup, tapi jelas tidak seperti makhluk hidup lain. Paling utama pohon tidak bersuara dan tidak berekspresi. Bahkan di dalam keabsurdan dunia novel ini, pohon tidak pernah digambarkan memiliki semua fitur tersebut sehingga membandingkannya dengan manusia yang punya ekspresi wajah, suara, dan perasaan rasanya tidak adil.

Pohon tidak menangis, atau memohon, atau menjerit kesakitan. Atau mungkin mereka bisa, tapi tidak terdengar oleh manusia sehingga sisi empati manusia tidak tersentuh. Sedangkan, dalam kasus Nona Gigi dan para Kucing, mereka mendengar tangisan, jerit, dan permohonan anak-anak, tapi mereka tetap melakukannya adalah bukti bahwa Nona Gigi dan para kucing tidak punya empati, yang berarti mereka jahat.

Mungkin ada alibi lain seperti, "Mungkin seperti manusia pada pohon, Nona Gigi juga tidak bisa mendengar suara anak-anak."

Tidak benar ... Nona Gigi bisa mendengar anak-anak, berkomunikasi, bahkan mengurus mereka. Bahkan, itu akan menjadi poin kedua kita.

Kedua, manusia jelas tidak perlu repot-repot memanipulasi pohon, membuatnya nyaman untuk kemudian dikhianati. Sedangkan Nona Gigi memang punya pekerjaan khusus untuk mengurus anak-anak, membuat mereka nyaman dan mencintainya, sebelum akhirnya dibawa ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa untuk kemudian di-awikwok-in.

Jadi, aku tidak bisa menerima alasan tersebut, dan usaha penulis untuk membuat pembaca bersimpati pada "kejahatan" Nona Gigi pun belum berhasil. Tidak apple to kesemek lah istilahnya. Kalau seandainya novel ini juga menjadikan tumbuhan sebagai tokoh, entah utama atau sampingan. Mungkin akan lebih masuk akal. Biarkan kita mendengar sendiri pendapat si pohon tentang semua itu.

WOW, lihat aku! Mempertanyakan kelogisan dan mencoba membuat masuk akal buku yang memang diciptakan untuk jadi absurd! Ekhem ... itu memang gunanya review, bukan? Bahkan novel absurd pun butuh kelogisan, setidaknya dalam dunia novel itu sendiri, h3h3!

Satu hal lagi yang membuat sekuel ini tidak se-ikonik novel pertama adalah Metafora Harfiah yang gamlang dijelaskan. Metafora Harfiah adalah caraku menyebut diksi Ses Ziggy, sebab belio sering membuat kalimat atau sebutan yang bermakna ganda. Misalnya nama samaran Mo di Konferensi Bayi adalah Moma Rah atau rekan sesama bayi yang bernama Dona Tabon.

Di buku pertama, hal-hal seperti itu tidak pernah diberi alasan, sebab memang itulah normalnya. Namun, di buku kedua ini ada penjelasan kalau Moma Rah, bernama seperti itu karena dia sering emosional dan marah-marah. Dona Tabon bernama seperti itu, karena dia menyukai donat abon.

Talk about Telling much? Itu tidak terlalu berpengaruh, tapi jelas menurunkan keunikan novel ini. Fakta bahwa penulis harus menjabarkan permainan kata ciptaannya supaya pembaca tahu maksud dari permainan kata tersebut. Kalian paham maksudku?

Namun, mari kita bicarakan juga betapa lucunya ILUTRASI dalam novel ini! Pemilihan warna, proporsi badan, kecocokan fisik dan sifat, serta adegan-adegan UwU yang membuat hatiku adem. Ternyata eh ternyata,  semua ilustrasi unyu tersebut adalah bikinan Ses Ziggy sendiri! Adilkah seseorang punya dua bakat sekaligus seperti itu?

Aku tidak menyadari fakta tersebut di novel KPHI karena satu dan dua alasan yang bukan urusan kalian, okhay! (karena alasan yang menyangkut ke-brekele-an diri sendiri tentu saja).

Fakta bahwa para bayi bisa membuat perkumpulan telepatik untuk bisa berdiskusi cerdas satu sama lain juga sangat lucu. Novel ini masih tetap menarik di mataku, dan ending novel ini memberi kode-kode bahwa akan ada novel ketiga, sebab Mi ditangkap Pak Polisi, akibat mengeluarkan Fufu dari rumah sakit jiwa.

Para Bayi dan anak-anak berencana menyelamatkan Mi dengan bantuan Nyonya Gigi mantan Kucing yang sudah jahat pada mereka. This is exciting ... novel ini masih berpotensi maju, meksipun sejak awal tidak usah dibuka lagi plotnya, sebab ending di buku pertama sudah sempurna.

Aku cuma berharap Ses Ziggy tidak punya penyakit yang sama seperti TL, kalian pasti paham maksudku.

C. Penokohan

Mi si Sulung Mo. Anak laki-laki yang benar-benar keren sehingga dia berani melakukan hal-hal berisiko. Sayangnya melakukan hal berisiko bisa menimbulkan risiko. Risiko itulah yang didapatkan Mi, sekarang dia sedang dipenjara oleh Pak Polisi.

Ma Anak Kedua Mo. Anak perempuan yang benar-benar manis, yang kemudian bertingkah benar-benar keren. Mustahil anak yang benar-benar manis melakukan itu, makanya Ma termasuk ke dalam Anak Revolusioner. Maksudnya adalah anak yang bisa bertingkah di luar kebiasaannya, dan sangat menakjubkan.

Mo yang Paling Kecil Mo. Masih ikonik dalam berbahasa prancis beraksen jelek. Anggota dari perkumpulan bayi-bayi luar biasa. Hanya saja Mo (atau Ses Ziggy) melupakan hobi kesukaan Mo yang paling ikonik, yaitu menyamar menjadi gerobak sate. Mo tidak pernah melakukan itu di sini, dan aku jadi merasa kehilangan bayi kesayanganku.

Fufu. Bernama Lengkap Fufuzella Belion Line. Anak perempuan yang benar-benar keren karena adonannya tertukar dengan kembarannya. Ternyata bukannya tertukar, tapi mereka memang gemar bereksperimen. Kisah kelahiran Fufu dan Fifi sangat menarik. Hanya saja di sini dia jadi lebih sering mengumpat. Apakah efek Rumah Sakit Jiwa?

Fifi. Tertinggal di Kota Terapung Kucing Luar Biasa, dan dipelihara oleh Kucing Yang Punya. Fifi yang bernama panjang Finn Jamanon Line tidak tinggal diam selama masa penyanderaan. Karena dia anak yang benar-benar manis meskipun laki-laki. Dia bisa melubangi rumah Si Kucing Yang Punya yang terbuat dari gigi dengan kemanisannya.

Petronella. Anak yang benar-benar pintar sehingga ada kemungkinan dia bukan anak-anak sama sekali, melainkan anak yang sengaja tetap menjadi anak-anak demi hal-hal tertentu.

Tikus-tikus Baik. Propaganda Kucing membuat seolah Tikus adalah makhluk yang rakus, kotor, dan jahat. Padahal sebenarnya tidak, malahan tikus menolong anak-anak dalam menyelesaikan misi mereka. Mereka juga bersih dan wangi. Jadi kalau setelahnya kalian melihat tikus yang kotor, itu mungkin pion para kucing untuk menjelekkan reputasi tikus.

Dona Tabon. Bayi dalam konferensi perkumpulan bayi yang paling bisa diandalkan oleh Mo yang Paling Kecil Mo. Walaupun dia sudah harus pensiun menjadi bayi sehingga kemungkinan Mo juga akan melakukannya.

D. Dialog

Novel Mari Pergi Lebih Jauh, seperti pendahulunya, lebih menonjolkan narasi daripada dialog. Makanya, kita tidak akan menemukan dialog sampai berlembar-lembar halaman, dan sekalinya ada dialog mungkin adalah bahasa prancis beraksen jelek milik Mo, atau usaha Ma dalam menerjemahkan dialog tersebut, dan gagal.

Tapi dialog-dialog dalam novel ini lucu, membuatku percaya bahwa tokoh-tokoh dalam kisah ini memang bayi dan anak-anak. Bayi dan anak-anak yang agak berbeda dari yang lain, tapi tetap bayi dan anak-anak. Dialog serius hanya datang dari Petronella yang memang paling tua, atau dari tokoh sampingan seperti tikus-tikus.

Intinya, kalau kalian menyukai dialog, kalian mungkin tidak akan menyukai novel ini. Sebaliknya, penikmat narasi unik, kalian akan disambut dengan tangan terbuka lebar.

E. Gaya Bahasa

Segmen ini boleh jadi alasan MPLJ tidak mendapatkan 4 bintang seperti pendahulunya. Diksi yang dipilih masih absurd, nama-nama tempat dan tokoh masih plesetan, metafora harfiah juga masih digunakan. Bedanya, di sini Ses Ziggy kayak mencoba terlalu keras untuk menjadi absurd sehingga narasi yang dihasilkan malah tidak bermakna apa-apa.

Di KPHI, narasi-narasi absurd memberikan semacam makna ganda, ada pesan yang disampaikan dari kalimat-kalimat absurd tersebut, atau setidaknya aku merasa seperti itu. Meskipun absurd, narasi serta footnote dalam novel KPHI punya makna dalam keberlangsungan plot. Membuat plot tetap maju, tapi tetap mempertahankan keunikan.

Novel ini di sisi lain, bernarasi absurd cuma untuk terlihat absurd. Tidak bermakna, kosong, kadang jadi terkesan muter-muter, jalan di tempat. Tak jarang aku melewati beberapa paragraf, dan merasa tidak ketinggalan informasi apa pun. Berbeda banget ketika aku membaca KPHI yang setiap kalimatnya pasti bermakna sesuatu, atau sekadar lucu dan unik.

Ditambah lagi metafora harfiah yang dijabarkan, seperti yang kusebut di atas tadi. Kesan metaforanya, kesan harfiahnya, kesan ironinya jadi hilang aja gitu. Kesannya kayak Ses Ziggy sadar dia telah membuat masterpiece di KPHI, dan berusaha membuat yang lebih lagi, tapi takut pembaca tidak mengerti, makanya dia jabarkan.

Percayalah Ses Ziggy ... kami mengerti. Meskipun kepahaman kami mungkin berbeda denganmu, tapi kami mengerti. Dan bukankah perbedaan interpretasi seperti itu justru tujuan dari sebuah keabsurdan?

F. Penilaian

Sampul : SEJUTA

Plot : 3

Penokohan : 3

Dialog : 2,5

Gaya Bahasa : 2

Total : 3,2 Bintang

G. Penutup

Aku sering mengharapkan sekuel dari novel bagus, tapi aku tidak pernah mengharapkan sekuel dari Kita Pergi Hari Ini. Aku juga tidak terlalu semangat kalau novel ketiga digarap. Aku benar-benar menyukai novel KPHI dari segala aspek sehingga sekuel ini, atau novel-novel lain setelahnya malah berasa kayak versi KW atau malah wannabe, padahal penulisnya sama.

Mungkin akan lebih menarik kalau sekuel ini menceritakan anak-anak lain yang menjadi korban Nona Gigi, atau bahkan prekuel tentang kelahiran serta kehidupan Nona Gigi sebelum menjadi Cara Lain bagi orang tua yang tidak menginginkan anak lagi. Universe tetap sama, tapi lebih fresh, lebih bisa dikembangkan, tanpa harus dipaksa bersambung.

Aku cuma berharap novel ini tidak di-milking oleh Ses Ziggy. Walaupun kalau melihat sepak terjang Ses Ziggy, mustahil belio melakukan hal itu. Namun, aku sendiri bukan peramal, tidak bisa membaca pikiran orang, dan aku bukan fans garis keras Ses Ziggy (atau belum). Apakah belio akan melakukan tindakan Milking tersebut?

TOLONG JANGAN!!! Bagaimana menurut kalian wahai Pembaca Budiman?

Sekian dulu review kali ini, untuk selanjutnya semoga ada buku-buku bagus lain yang bukan sekuel dari buku yang seharusnya tamat.

Sampai jumpa di lain hari ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan