Amelia


Judul : Amelia

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Republika

ISBN : 978-602-8997-73-7

Tebal : 392 Halaman

Rating Pribadi : 3,7 Stars

Blurb :

Selamat datang di dunia Anak-anak Mamak. Dunia yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya. Di mana rasa ingin tahu dan proses belajar menyatu dengan kepolosan, kenakalan, hingga isengnya dunia anak-anak. Siapa tidak tahu si sulung Eliana?! Di sekolah, di kampung, di Kota Kecamatan, bahkan Pejabat Kota Kabupaten, semua mengenal ‘Eli si Pemberani’. Maka, jangan pernah coba-coba membuatnya marah.

Anak Mamak nomor dua adalah ‘Pukat si Jenius’. Kelak semua orang akan tahu betapa pintarnya Pukat; calon profesor, penemu hebat, demikian Pak Bin—guru sekolahnya—membanggakannya. Yang ketiga adalah anak paling jahil sedunia, Burlian. Ia ‘Anak Spesial’. Tak ada seorang pun yang menandingi keteguhan hatinya.

Amelia, si bungsu yang paling disayang. Ia sebal jika diledek hanya akan menjadi ‘Penunggu Rumah’. Kelak, ia tahu sejauh apa pun ia pergi, takdir akan membawanya kembali. Bapak dan Mamak mereka sungguh telah mewariskan sifat-sifat baik pada keempatnya. Di tengah kesederhanaan dan keterbatasan, tersemat kasih sayang keluarga dan pengorbanan. Sebuah pemahaman baik atas kehidupan yang akan terus melekat hingga mereka tumbuh dewasa.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Si Kecil (Yang ternyata buku pertama)

Yap, seperti yang kalian baca di atas, Amelia adalah buku "pembuka yang mengakhiri", artinya dia terbit terakhir, tapi jadi buku pertama. Aku nggak ngerti juga kenapa ada penulis yang membuat karyanya ngacak begini. Ekhem ... nggak cuma Tere Liye memang yang membuat serial ngacak seperti ini. Ya, ya, ya, aku tahu itu membuat pembaca sedikit "berpikir" dan mengandung teka-teki yang hanya si penulis mengetahuinya mungkin. Cuma ... aku lebih suka buku yang normal-normal dan sesuai jalur aja, sih.

Oke, lanjut ke first impression!!! Kalau dalam sebuah buku ada satu keluarga, terutama kakak-beradik, aku pasti akan paling suka dengan anak yang paling kecil, karena tingkah mereka biasanya lucu dan polos. Nah, begitu juga perasaanku ke Amelia. Aku excited banget ingin membaca Amelia. Di buku kakak-kakaknya dia jadi anak paling manis, hampir-hampir nggak pernah kena marah Mamak.

Nah, di sampul seperti buku-buku sebelumnya, ada ilustrasi amelia dengan rambut panjang dan lurusnya sedang melompat berusaha mengambil buah di pohon(?). Mungkin itu pohon ceri? Hey! Aku juga pas masih kecil dulu suka mengambil ceri di pohon orang Ha-ha-ha (#relateble). Selain itu, nggak ada lagi yang bisa disimpulkan. Kecuali!!! Sampul Amelia adalah sampul paling terang dari semua buku pendahulunya.

Mungkin ini menandakan sifat anak kecil yang dunianya selalu ceria, hanya bermain-main, tanpa memikirkan beban hidup yang berat-berat, contohnya menabung untuk biaya kuli-ah (curhat). Tanpa banyak basa-basi lagi, marilah kita membaca kisah Amelia. Kisah terakhir yang akan aku baca dari serial anak-anak mamak.

B. Ngomongin Anu

Amel adalah anak bungsu dari Mamak dan Bapak. Amelia selalu diremehkan oleh kakak-kakaknya terutama Burlian dan Pukat. Mereka bilang, Amelia adalah penunggu rumah. Sejauh apa pun dia pergi, pasti ujung-ujungnya kembali ke kampung. Awalnya Amel tidak suka sebutan itu, tapi semakin lama, banyak yang terjadi, banyak yang Amel lakukan di kampung sehingga membuatnya mencintai kampung itu.

Pada akhirnya Amel mengakui sediri bahwa ia akan kembali, ia akan pulang dan membuat kampung halamannya menjadi tempat yang berkembang. Senang rasanya membaca full kisah Amel, sementara di buku kakak-kakaknya aku hanya bertemu anak ini sekali atau dua kali saja. Memang dia ini kayak dianakbawangi gitu sama yang lain. Ups ... aku lupa, dia tidak suka dipanggil Amel, atau Meli, atau Lia, tapi dia ingin dipanggil Eli, seperti kakaknya.

Awalnya Amel tidak suka Eli karena selain Mamak, dia lah yang selalu marah-marah, menyuruh-nyuruh segala hal sampai Amel kelelahan. Namun, suatu hari ada kejadian yang membuat Amel sadar bahwa sang kakak sangat menyayanginya, bahkan paling menyayanginya. Betul ... kalau di buku lain, kasih sayang Mamak terbukti, di buku Amelia, kasih sayang Eli-lah yang ditonjolkan.

Malahan Amel sepertinya paling sayang dengan Eli daripada kakaknya yang lain, meskipun dia galak, dan sangat menjiplak sifat Mamak, tapi dia-lah yang rela bertanggung jawab dan pasnag badan jika adik-adiknya dalam masalah. Aku suka sekali adegan itu. Oh iya, Amelia pernah bilang kalau kakak kesayangannya itu Pukat karena dia selalu membela Amel, tapi aku lihat di sini Pukat malah yang paling sering jahil sama Amel. (Mana yang betul??)

Di buku ini juga banyak sekali adegan-adegan lucu Amelia dan kakak-kakaknya. Selain kisahnya sendiri, Amel juga sering menjadi pencerita, jadi kita bisa tahu sisi-sisi lain dari buku sebelumnya yang belum terekspos. Sepertinya aku sudah memutuskan, buku Amelia adalah kesukaanku ranking pertama dari keempat buku Serial anak-anak mamak.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Amelia
  • Tingkah laku amel benar-benar menggambarkan anak-anak, bahkan petualangan-petualangan kecilnya bersama teman-teman tidak terlalu ekstrem atau tidak masuk akal
  • Lain dari buku sebelumnya, aku paling suka interaksi keluarga di buku ini, kesannya tidak di buat-buat. Tetap mengandung nasehat tapi tidak kaku.
  • Alur yang mengalir tanpa harus banyak berpikir, cukup nikmati cerita yang dipenuhi berbagai emosi.
Kekurangan Amelia
  • Mungkin karena banyaknya buku yang ditulis jadi kadang karakter tokoh suka berubah-ubah, beberapa penokohan juga terkesan tidak konsisten, malahan ada beberapa adegan dari satu buku dengan buku lain yang berhubungan tapi diceritakan dengan tidak tepat.

D. Penutup

Seperti yang kukatakan di review sebelumnya, Amelia mungkin buku terakhir dari serial Anak-anak Mamak karena aku nggak berniat membaca buku lanjutannya. Mungkin nanti kalau hatiku sudah menerima mereka tidak akan seragam. Untuk sekarang, aku anggap serial anak mamak tamat dulu. Meskipun tidak menjamin suatu saat nanti aku akan lanjut membaca Si Anak Cahaya.

Sejauh ini aku enjoy bermain bersama Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Mereka anak-anak unik dengan kepribadian yang berbeda-beda, mereka dididik dengan baik oleh mamak dan bapak, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari serial ini. Awalnya aku memang heran kenapa series ini berjudul Anak-anak Mamak, dan didedikasikan untuk seorang ibu, padahal Bapak-lah yang lebih banyak berperan.

Sekarang aku tahu, baik bapak maupun mamak dua-duanya andil dalam mengurus anak-anak mereka, mereka punya cara masing-masing untuk mengajar, tapi tujuan keduanya sama, ingin anak-anak mereka menjadi orang-orang berguna kelak, tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang banyak. Ini saat yang tepat untuk bilang selamat tinggal (sementara) untuk anak-anak Mamak.

Terima kasih Tere Liye sudah menciptakan buku yangsarat nasehat dan makna kehidupan, dikemas dalam kisah-kisah anak-anak yang seru. Aku tidak sabar untuk membaca karyamu yang lain. Namun, aku akan berkelana dulu ke buku-buku lain sekarang ini. Sekian dulu review kali ini, semoga bermanfaat bagi kalian

Sampai jumpa di kesempatan berikutnya ^O^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan