Dilan 1991 (Buku 2)


Judul : Dilan (Buku 2) : (Dia adalah Dilanku Tahun 1991)

Penulis : Pidi Baiq

Penerbit : Mizan Pustaka

ISBN : 978-602-7870-99-4

Tebal :343 Halaman

Rating Pribadi : 4,2 Stars

Blurb :


"Jika aku berkata bahwa aku mencintainya, maka itu adalah sebuah pernyataan yang sudah cukup lengkap."
―Milea

"Senakal-nakalnya anak geng motor, Lia, mereka shalat pada waktu ujian praktek Agama."
―Dilan
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Yuk, Melanjutkan Baper

Ah ... melihat sampul Dilan 1991 rasanya sangat menyejukkan hati, karena konsepnya masih sama dan seragam, komposisi antara font, warna, dan sub judul juga sangat enak dipandang, makin semangat aja aku melanjutkan kisah ini. Model sampul kali ini adalah Milea, tadinya aku beranggapan di novel Dilan 1990 sampulnya ilustrasi Dilan, dan cerita diambil dari sudut pandang Milea. Apakah di buku ini artinya giliran Dilan yang bercerita?

Sampul enak dipandang dan seragam begini selalu bisa membuatku penasaran, meskipun ada satu hal yang agak mengganggu yaitu titimangsa quotes di sampul. Apakah Om Pidi Baiq baru saja meramal umurnya sendiri? 1972-2098??? (buka kalkulator) (terkejoet) ... tapi biar bagaimanapun, umur manusia tidak ada yang tahu. Aku hanya bisa mendoakan semoga Om Pidi Baiq senantiasa diberi kesehatan.

Oh, mungkin satu lagi yang kurang aku sukai, tapi juga aku sukai dari sampul Dilan 1991, yaitu Blurb yang cuma berisi dua biji Quotes!!! Maksudku, itu memang blurb yang pintar dan quotes di sana juga lumayan laah ... tapi ayolah, masa semales itu bikin blurb yang beneran blurb? Setidaknya buat kita lebih penasaran lagi.

Nah, tanpa menunggu lama, aku akan membicarakan hal yang kalian tunggu-tunggu. Spoiler!!!

B. Ngomongin Anu

Tadianya kupikir buku kali ini akan mengambil sudut pandang Dilan, ternyata salah. Sudut pandang masih setia dengan Milea, dan kita masih harus terbayang-bayang masa SMA Milea bersama si panglima tempur. Buku ini dimulai dari adegan jadian Dilan dan Milea yang sangat fenomenal itu, lalu berlanjut ke kisah asmara mereka yang sederhana, tapi juga penuh rintangan.

Jujur, deh. Itu yang aku suka dari buku ini, semua kisahnya nggak muluk-muluk, bisa diterima akal sehat, tapi juga bikin gregetan. Kayak Dilan yang masih suka berantem, Milea yang sering gegabah ambil keputusan, banyak orang ketiga yang bikin hubungan mereka renggang, bahkan kejadian-kejadian lain yang cukup parah dan fatal akibatnya untuk hubungan mereka.

Dialog-dialog di sini banyak dan singkat, tapi entah kenapa selalu aku tunggu-tunggu, suka aja ngeliat obrolan aneh dua orang itu. Yang satu emang unik dari lahir, yang satunya juga ngeladenin aja dengan senang hati (ya namanya juga cinca, kan?). Terus ada satu bab yang relevan banget buat aku karena kadang aku juga suka begitu. Yaitu BAB "Cerita Dilan" Intinya sih tentang Milea yang mengorek segala informasi tentang Dilan dari siapa aja, ya dari Bunda, atau Piyan dan Wati.

Masalahnya, Milea sangat suka membicarakan segala hal tentang Dilan, tentang orang yang dia sukai, dan aku juga begitu, maunya ngomongin sesuatu yang kusuka aja. Nggak peduli orang yang denger udah bete atau dongkol, yang penting nama si orang spesial ini terus disebut-sebut huahaha! Di bab ini juga entah kenapa aku bisa merasakan aura kesel dan bete dari Piyan dan Wati karena Milea terus ngomongin Dilan, dan itu lucu, aku suka banget.

Sayangnya, adegan romantis mereka mulai renggang gara-gara Dilan beranten sama Anhar di buku ke-1 sehingga membuat Dilan terancam dikeluarin dari sekolah (kalau di buku sebutannya dipecat gatau kenapa) Setelah itu banyak lah tragedi-tragedi Dilan yang bersangkjutan sama geng motornya, sampai Dilan dipenjara, salah satu sahabatnya meninggal, Milea marah karena Dilan nggak mau nurut. Wah pokoknya kacau balau!

Oh iya ... ada satu lagi tokoh di sini, mungkin tokoh itu lebih antagonis dari Beni, bahkan Kang Adi. Aku nggak akan sebut namanya di sini, biar kalian baca sendiri. Dia juga membuatku menemukan satu adegan di buku Dilan 1991 yang selalu kubaca lagi dan lagi supaya bisa merasakan sensasinya berulang-ulang. Sumpah adegan itu keren, sweet, sedih, dan romantis di saat bersamaan. Kalian nggak akan menyesal.

Setelah perasaan kita dibuat sedemikian rupa suasannya oleh Dilan, ternyata di akhir buku dia dan Milea putus juga. Sangat aneh membaca bab-bab terakhir buku ini. Seolah kisah fenomenal ini memakan waktu sangat lama, nyatanya hubungan Dilan-Milea nggak sampai satu tahun (kalau kuhitung dari jadian). Selepas itu juga mereka kayak orang nggak kenal lagi, meskipun Milea masih suka mengharapkan Dilan. Entah karena kisah indah yang terlalu cepat berakhir, atau memang mereka masih saling suka, keduanya masih belum kelihatan terlalu ikhlas untuk merelakan.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Dilan 1991
  • Masih mengagumi alur singkat tapi terasa lama karena setiap kisahnya digambarkan dengan baik, dan terkenang di hati pembaca.
  • Percakapa menarik antara Milea dan Dilan yang meskipun receh tapi selalu kutunggu-tunggu, entah kenapa.
  • Perkembangan karakter sesuai porsi dan alur.
  • Konflik lebih seru dan diceritakan dengan emosi yang kentara jelas pada diri Milea. Dia pun menyelesaikan segala masalahnya sebaik mungkin, meski terkadang malah memperparah keadaan.
  • ILUSTRASI!!!
Kekurangan Dilan 1991
  • Penyelesaian setiap konflik yang menurutku terlalu cepat, beberapa ada yang sengaja diperpanjang tapi malah terkesan bertele-tele.
  • Perubahan sifat Dilan yang tadinya romantis abis, jadi cuek abis. Padahal melihat bagaimana dia merayu Milea seolah sangat mencitainya, lalu tiba-tiba dia berubah jadi dingin dan tidak mau berusaha lebih hanya karena satu masalah.
  • Beberapa tokoh muncul dan pergi begitu saja, beberapa bahkan hanya disebut tanpa ada kemunculan sebaris katapun, atau malah yang tadinya tidak pernah tersebut, tiba-tiba punya andil besar.

D. Penutup

Ah ... di buku Dilan 1991 ini perasaanku kayak diaduk-aduk. Nggak kayak buku sebelumnya yang hampir semua kisah-kisah manis antara Dilan-Milea. Di sini diceritakan juga perpisahan mereka, sih! Juga kesalahpahaman yang bikin kita semua gregetan sama gregetannya kayak Milea. Namun, aku nggak terlalu khawatir karena masih ada buku ke-3 berjudul Milea.

Sudah pasti review selanjutnya aku akan membaca buku ke-3 dari Om Pidi Baiq yang fenomenal ini, sampe nama tokohku pun disangka terinspirasi T_T. Untuk sekarang tidak banyak yang bisa kukatakan. Hanya hati ini yang sesak karena menyadari Milea dan Dilan tidak bisa bersama. Padahal di awal aku sudah wanti-wanti, sudah tau kalau akhirnya akn begini, tapi masih saja sedih.

Dan untuk Dilan ... aku agak curiga dia bisa memperlakukan semua cewek dengan cara yang sama seperti Milea. Aku mulai mengira, hanya Milea yang menganggap Dilan istimewa sedangkan sebaliknya tidak begitu. Dasar ya cowok, semua sama aja (digaplok) tentu saja cinta mereka hanyalah cinta monyet. tapi melihat prilaku istimewa itu siapa sih cewek yang nggak berharap menjalin hubungan yang lebih serius?

Sayangnya Milea kurang beruntung karena memacari Dilan yang sekarang, mungkin kalau mereka bertemu beberapa tahun lagi, saat keduanya sudah sama-sama dewasa, cerita ini akan berakhir lain. Om Pidi Baiq mau ceritanya berakhir begini, kita bisa apa?

Sekian review kali ini, sampai jumpa di review selanjutnya ^O^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan