Geez & Ann #2


Judul : Geez & Ann #2

Penulis : Rintik Sedu

Penerbit : Gagas Media

ISBN : 9789797809102

Tebal : 250 Halaman

Blurb :

Sebulan lebih aku sudah berada di Berlin. Mencari, mencari, dan mencari. Sampai akhirnya, aku menemukan sebuah jawaban yang terpaksa aku terima. Bukan jawaban terbaik, tetapi aku harus bisa menghargai itu.

Berlin, aku titip dewa kejutanku, ya. Sembunyikan saja senjamu kalau dia nakal, pasti dia langsung jadi anak baik lagi.

Berlin, aku juga titip rasa sayang ini untuknya. Seperti permintaannya, perasaan untuknya tidak akan lagi aku bawa pulang.

Aku pamit,

Ann.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Korban Perselingkuhan

Hallo pembaca-pembaca setia Review Impy. Seperti yang kalian tahu, kemarin aku baru saja membaca Geez dan Ann buku pertama. Rencananya, aku mau langsung membaca buku kedua, eh tapi malah tergiur dengan buku-buku lain sampai akhirnya berselingkuh dengan empat novel. Benar ... gini-gini aku juga playgirl yang terkenal seantero Ipusnas.

Bahkan, aku berencana selingkuh lagi dengan Little Men karena ternyata bukunya tersedia di Ipusnas. Namun, aku kesampingkan dulu niat tersebut dan menepatkan janji pada Geez dan Ann buku kedua. Meskipun kalian lebih brekele, tapi aku adalah seorang wanita yang berpegang pada janji (cuih!)

Dari segi sampul tidak ada yang berubah, simple yang terlalu simple. Kali ini ilustrasinya Ann yang 5L (Lesu, loyo, lemes, lunglai, lembek). Aku jadi pinisirin cerita seperti apa yang kudapat di buku kedua ini. Marilah kita mulai saja.

B. Plot

Setelah novel pertama yang bisa dibilang lumayan, dan aku cukup menikmatinya. Meskipun tetap saja ada faktor brekele yang bikin aku misuh-misuh khas novel terbitan Watpat, aku tetap memberi rating tinggi pada novel ini.

Nah, di buku kedua ini, ekspektasiku bahkan lebih tinggi lagi. Mengharapkan perkembangan karakter, mengharapkan konflik "berat" sebagaimana usia tokoh di sini bukan remaja lagi. Satu lagi, keadilan sosial bagi seluruh Bayu di Indonesia.

Namun, apakah ekspektasi tersebut sesuai dengan kenyataan? Well ... NO!

Aku pernah membuat permohonan. "Oh, Semesta! Selamatkanlah Impy dari novel brekele!" Dan semesta menjawab "Tidacc hari ini, Esmeralda!" dengan kejamnya!

Gini ya ... aku ingin memberi saran kepada para pembaca Geez dan Ann. Sebelum membaca novel kedua ini, ada baiknya kalian buang akal sehat dan logika. Matikan sejenak fungsi otak, dengan begitu kalian tidak perlu mempertanyakan tentang BETAPA BANYAKNYA hal tidak masuk akal dalam kisah ini. Saat aku bilang banyak, yang kumaksud adalah SELURUH ISI CERITA.

Rasanya, novel ini mencoba terlalu keras untuk jadi "dalem" padahal kalau melihat konteks ceritanya, it ain't THAT deep, Honey!

Jadi gini ... tokoh Not Like Other Gorl kebanggaan kita (alias Ann) di sini sudah berusia 24 tahun. Dia sudah jadi dokter, selesai kuliah, jadi yang paling cerdas. Yah, hal-hal Mary Sue lainnya lah. Oh, dan dia juga sudah berpacaran LIMA TAHUN dengan Bayu, tapi hanya karena Ipod pemberian Geez di zaman Edo, dia mematahkan hati Bayu begitu saja, lantas pergi ke Berlin untuk mencari si "Dewa Kejutan" itu (I can't cringe more!)

Harapan mengenai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Bayu di Indonesia pun putus di sini karena Bayu benar-benar tidak muncul lagi sepanjang buku. Kemudian, seperti yang kita tahu, Ann di buku pertama divonis penyakit ginjal kronis. Sebenarnya dia bisa melakukan operasi saat itu juga, lantas sembuh dan hidup ceria selama-lamanya, tapi dia menolak karena ....

"Tidak mau operasi sebelum ketemu Geez. Hidupku baru bisa normal kalau sudah bertemu Geez."

Really, Bruv? Kesehatan harus dipertaruhkan demi cowok brekele semodel Geez? Dan semua orang di buku ini setuju tentang itu? (Nelen paku payung)

Bisa, sih. Bisa, sih ... Sudah kubilang, kita harus mematikan sistem otak untuk sementara saat membaca buku ini sehingga kita bisa memaklumi sikap keras kepala Ann itu atas nama cinca. AKAN TETAPI! Otakku menolak keras untuk dimatikan sehingga aku terus-terusan bertanya ini dan itu, akibat tidak terima dengan logika novel ini!

Otakku yang ber-IQ di atas rata-rata ini tentunya menolak wanita dewasa yang pintar, cerdas, kaya, lulusan kedokteran, S2 gono-gini, jadi hilang akal sehat cuma karena cowok. Cowoknya juga yang tidak sebagus itu! Ini kebalikan dari cerdas dan pintar! Komenku sepanjang cerita jadi kayak. "Eyuuh, tujuan hidupnya cowok brekele!!!"

Ann selalu bilang. "Gacc mau berobat sebelum ketemu Geez!" setiap kali dia disuruh operasi.

Hal yang lebih brekele dari itu adalah. SEMUA ORANG MENURUTINYA! Dari keluarga, teman-teman, bahkan dokternya sendiri! Pertanyaanku adalah KENAPA? SUPAYA APA? Memang ibu dan keluarga Ann secuek itu sampai membiarkan sang anak mempertaruhkan nyawa demi cowok?

Kalau aku jadi keluarganya Ann, udah aku jambak dan seret entu anak ke dokter. Bodo amat setuju ape kagak! (Oke, ini mungkin terlalu sades)

Ini sih antara keluarganya bodo atau memang mereka tidak sayang maupun peduli pada Ann. Atau jangan-jangan Ann anak pungut. "Yaudah, biarin aje dah gak mau berobat. Kalo dia modar kan bisa irit beras, h3h3 ...," kata Ibunya Ann sambil memeluk anak kesayangannya, Karung Beras.

Mendinglah kalau penyakit Ann tidak menyusahkan orang. Lah, ini dikit-dikit pingsan, dikit-dikit masuk rumah sakit. Parahnya, setiap kali ada yang menyarankannya berobat atau menanyakan kabarnya, si Ann malah ngambek dan sewot.

"Jangan ungkit-ungkit lagi tentang berobat, atau aku ngambek!!!" kata Ann pas Leo (dokternya di Berlin) menyuruh segera transplantasi Ginjal.

"Jangan tanya-tanya tentang kesehatanku ya! Eyuhhh!" Ann sewot pas Tari menanyakan kabarnya.

"YAUDAH MODAR AJA DAH LU SONO!!! KESEL BAT GUA!!!" (sabar ... sabar ...)

Serius, deh ... penulis harus mulai belajar tentang prioritas untuk tokoh-tokohnya di novel yang akan datang. Maksudku, usia Ann sudah 24 tahun. Seharusnya dia lebih dewasa dari buku pertama, tapi sifatnya sama sekali tidak berkembang. Tetap bucin, tetap mementingkan Geez daripada hal-hal penting lain, seolah mentalnya stuck di usia remaja.

Bahkan, usiaku hampir sama dengan Ann (tidak usah bertanya spesifiknya!), dan aku sudah tidak memikirkan cowok sebegini lebay sejak tujuh atau delapan tahun lalu. Percayalah BANYAAAKKK sekali beban hidup untuk diadukan ke Semeta daripada cuma masalah cowok. Aku jadi iri dengan Ann yang penyebab Stress-nya cuma cowok brekele macem Geez. Maka pupuslah harapan pasal Perkembangan Tokoh yang Lebih Dewasa.

Harus kuingatkan pada kalian, buku pertama konfliknya juga begini. Tentang Ann yang selalu mengharapkan Geez, serta Geez yang datang dan pergi seenak udel. Namun, buku pertama bisa masuk akal karena Ann masih usia SMP menuju SMA. Meski brekele, mementingkan cowok dari segala hal, bisa dibilang hal wajar di usia segitu. Aku pun bisa relate. Masalahnya di sini adalah, dia sudah dewasa, masa iya prioritas hidupnya masih tertuju sama satu cowok yang gak jelas, dan cuma bertemu empat kali semasa hidup? Akal sehatku tidak mau setuju dengan itu!

Bagaimana dengan konflik? Ah, tidak ada bedanya dengan buku pertama. Tetap si Ann yang mengejar-ngejar Geez, padahal aku tidak mengerti apa tujuannya selain ... cinca, mungkin? Sekali lagi ... kita membicarakan orang dewasa yang seharusnya berpikir lebih rasional. Si Ann ini kebalikan dari rasional. Ditambah, tidak ada satu pun tokoh di buku ini yang mau menempeleng kepalanya supaya eling. Maka pupuslah ekspektasiku pasal Konflik Berbobot Ala Orang Dewasa.

Di sisi lain, kejutan-kejutan Geez tidak bisa masuk ke dalam logika dan akal sehatku, tidak peduli sekeras apa aku mencoba. Kalau dipikir dengan akal sehat, mustahil dia bisa membuat semua orang peduli dengan Ann. Maksudku ... WHO THE HEEL ARE YOU GUYS? Kalau sampai orang asing saja rela menyimpan surat selama bertahun-tahun yang penerimanya juga tidak jelas siapa, dia pasti dibayar sangat mahal.

Entahlah, mungkin Geez setara Kaisar Nero di Berlin, atau mungkin dia CEO perusahaan nombor Uno di dunia sehingga bisa membuat kejutan-kejutan brekele itu yang lucunya melibatkan SEMUA ORANG. Bayangkan saja, sampai resepsionis rela menjadi babu Ann selama di hotel karena Geez yang menyuruh? Who wants to do such things without a mountain amount of money? I don't ....

Belum lagi tingkahnya yang seperti stalker sekaligus pengecut. Alasan-alasannya untuk tidak menemui Ann sangat egois. Ya, terlalu terpesona lah, terlalu takut lah, terlalu menghargai orang lah. Bullpoop!!! Kalau tahu segala hal itu membuat Ann terluka, kenapa tetap dilakukan? Eh, setelahnya malah bersumpah-sumpah pada Semesta kalau dia mencintai Ann, dan masih mengharapkan Peri Kecil-nya (Uweeekkk).

Semesta be like : Gua gamau ikutan ame kisah brekele kelean! Masih banyak urusan laen yang lebih penting, layau!!!

Sudah diputuskan ... THEY ARE THE WORST COUPLE WITH THE WORST PERSONALITY IN NOVEL HISTORY! Ya, sebenarnya mereka cocok satu sama lain, jadi aku tidak bisa terlalu banyak protes juga.

Gini ya, aku tahu ini fiksi, tapi sebagai penulis kita juga harus memakai logika dan akal sehat. Aku jamin tidak ada satu manusia pun di dunia, or should i say "Semesta" yang bisa relate dengan kisah ini maupun tokoh-tokoh di dalamnya. Baik dari sisi Geez maupun Ann. Bahkan sifat dan sikap tokoh-tokoh di sini sangat kurang memakai akal sehat (itu bahasa halus untuk BODO). Mereka terlalu fantasi untuk genre yang realistis seperti ini.

Oh, mau tahu seberapa brekele tokoh-tokoh novel ini? Mari lanjut ke segmen berikutnya!!!

C. Penokohan.

Sepertinya aku tidak akan membahas tokoh lain, karena peran mereka tidak terlalu penting selain mengangon Ann agar ketemu Geez. Di sini aku hanya ingin fokus membahas penokohan Geez dan Ann yang memang menjadi dua tokoh utama paling menyebalkan sepanjang pengalamanku membaca novel. (Tokoh-tokoh Mariposa turun ke peringkat dua).

Ann. Sulit dipercaya kalau Ann berusia 24 tahun. Mentalnya, obsesinya, prioritasnya, tidak melambangkan seseorang yang berusia segitu. Terlebih lagi dia dikatakan pintar dan cerdas dan lulusan kedokteran dan sebagainya. Ann keras kepala dan prioritasnya brekele, sebenarnya itu hal wajar dan manusiawi. Namun, masalahku di sini adalah semua orang memaklumi, bahkan mengangon sifat keras kepalanya. Padahal kalau mau realistis, orang yang bersifat seperti Ann akan selalu ditentang oleh kepedulian teman dan keluarga.

Aku mempertanyakan juga sifat Ann menurut sudut pandang Geez yang katanya Ceria, Menarik, dan Tulus. Um ... mohon maaf, sepanjang buku kerjaan Ann cuma nangis, merana, sakit-sakitan, dan mengadu ke Semesta tentang betapa merana hidupnya. Aku rasa "Ceria" bukanlah kata yang benar, Boo-boo. Memble, mungkin lebih cocok ke personality-mu ....

Belum lagi sifat Not Like Other Gorl-nya yang belum sembuh juga. Merasa dirinya orang paling istimewa dan menderita di dunia, di saat kesusahan hidupnya cuma COWOK! Di satu dialog dia pernah bertanya. "Kalau bukan kopi, aku harus minum apa? Apa yang lebih pahit dari kopi?" (menjurus ke kehidupannya yang pahit barang kali) Seketika aku langsung menjawab "Jamu, Ann ... Coba minum jamu."

Aku juga ingin menambahkan satu sifat terburuk dalam penokohan novel ke dalam diri Ann. Mary Sue. Kenapa? Semua orang di novel ini mendukung ke-brekele-an Ann. Semua orang menyukainya, memujinya, menyebutkan hal-hal baik terhadapnya. Padahal kalau dilihat sepanjang cerita, semua hal baik tersebut tidak tergambarkan dengan benar. Lagipula, alih-alih dukungan, Ann ini kudu mendapatkan gamparan sampai ke Amerika! Ya, hasratku ingin menampar Ann sangat besar sepanjang buku. Sorry not Sorry!

Serius deh ... aku bahkan bingung kalau disuruh menuliskan apa sifat baik Ann. Selain fokus dan konsisten pada satu tujuan mungkin. Tapi tujuan itu juga brekele. Ann sering bersikap ketus pada tokoh lain, memaksa orang menurutinya, tanpa mau menuruti kemauan orang. Aku tadinya tidak mau mengatakan ini, tapi ... I Hate Her! A lot!

Geez. Ayolah ... seberapa keras pun penulis berusaha membuat Geez baik dan unik, tidak akan bisa membuat rasa sebalku pada tokoh ini hilang. Mengingat segala hal yang dilakukan Geez adalah sebuah kemustahilan. (Semua kemustahilan itu sudah kubuat di segmen Plot) Bahkan, melalui buku rahasianya, aku tidak melihat kepribadian apa pun dari cowok brekele ini selain NGESELIN.

Buku itu berisi alasan-alasan egois tentang mengapa dia tidak bisa menemui Ann, kenapa dia memilih menyerah, tapi masih menyimpan rasa, berharap Ann kembali, tapi harus pergi, tapi tidak akan menyerah. Segala hal yang berisi pembelaan diri supaya tidak terlihat sebagai orang jahat. Aku malah jadi berpikir kalau sifat Geez ini semacam cara sosiopat dalam mencari mangsa. Manipulatif, narsistik, serta pasif-agresif.

Hmmm ... apakah Geez seorang sosiopat? Tunggu dulu! Kalau melihat caranya menguntit Ann dan ibunya sampai selama itu, serta melakukan segala cara untuk membuat Ann terus memikirkannya, itu bisa jadi masuk akal!!! Wah-wah-wah, kalau genre ini horor atau thriller, mungkin penokohan Geez bisa sangat bagus!!!

Oh, satu lagi. Geez memuji Ann sebagai gadis manis dan penuh warna karena dia suka makan es krim. Aaaww, how sweet, Right? Masalahnya, Ann selalu memesan es krim matcha, dan itu adalah es krim favoritnya. Dan kalian tahu kalau Matcha itu rasanya gimana? Benar ... Pahit. Jadi, maksud ente apaan nih, Geez?

D. Dialog

Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana menggambarkan perasaan untuk dialog-dialog dalam novel ini. Dialognya mengalir, terkesan natural juga. Akan tetapi, dialog setiap tokoh di sini jadi terkesan bodoh akibat tingkah-laku Geez dan Ann. Sebut saja begini ... Bukan salah dialog maupun tokohnya, tapi salah penulis yang memutuskan si tokoh mengeluarkan dialog tersebut.

Orang-orang di sini tidak berpikir normal sejak awal, tidak ada satu dialog pun yang berkesan karena tidak ada tokoh yang bisa membuatku jatuh hati. Salah satu teman Ann bahkan mengatakan ini. "Keana, pacarmu penuh tato, temanmu pemakai. Apa enggak ada manusia yang lebih mending untuk dijadikan teman?"

Umm ... I'm sorry but... COULD YOU MIND YOUR OWN BUSINESS, BEACH???

Sumpah, aku tidak pernah dibuat sebegini benci pada tokoh dalam novel hanya karena sebaris dialog. Tokoh itu cuma cameo, tapi aku membencinya dengan seluruh organ dalam di tubuh yang indah ini. Yah ... selain itu, ada lagi beberapa dialog yang membuatku keheranan, karena tidak seharusnya si tokoh berdialog seperti itu. Kalian paham, 'kan? Please katakan kalau kalian paham!

E. Gaya Bahasa

Oh may got! Sumpah demi Neptunus, demi Poseidon! Aku suka rangkaian kalimat dalam novel ini baik yang pertama maupun kedua. Sangat suka malahan. Sendu, memainkan emosi, puitis, bermetafora. TAPI OH TETAPI! Kenyataan bahwa rangkaian kalimat yang indah itu cuma untuk kisah menye-menye brekele membuatku sangat kesal!

Bayangkan kalau tulisan begini, tapi konfliknya sedalam novel A Man Called Ove atau Peter Pan, atau bahkan Pinocchio yang brutal. Gaya menulis seperti inilah yang akan membuatku nangis bombay 7 hari 7 malam, karena konfliknya memang pantas untuk ditangisi. Tokoh-tokohnya layak mendapatkan simpati dan perhatian.

Lah ini!!! Aku menangisi orang brekele macam Geez? Sorry, ye ....

F. Penilaian

Cover : 2

Plot : 1

Penokohan : 0,5

Dialog : 1

Gaya Bahasa : 2

Total : 1,3 Bintang

G. Penutup

OH NO!!! Aku pikir pada akhirnya akan menyukai novel Watpat, tapi ini benar-benar pukulan keras di tulang belikatku! Kenapa gaya bahasa yang indah ini disia-siakan dengan konflik brekele? Rintik Sedu Beybeh, please!!! Buatlah konflik dan tokoh-tokoh yang lebih berbobot di kemudian hari, jangan sia-siakan kemampuan menulis sendu ini hanya untuk problematika menye-menye!

Setidaknya ... jangan membuat tokoh-tokohmu dewasa kalau sikap dan sifatnya brekele macam ABG labil! Aku mau nangis dan makan 10 biji gorengan untuk menenangkan suasana hati. Apakah aku akan membaca buku ketiga? Well ... gimana ya. Aku takut!!!!

Sampai jumpa di review selanjutnya ToT/

Comments

Post a Comment

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan