A Prenup Letter


Judul : A Prenup Letter

Penulis : Eunike Hanny

Penerbit : Stiletto Book

ISBN : 9786023367658

Tebal : 318 Halaman

Blurb :

Bagi Danny, lima tahun adalah waktu yang cukup untuk membuktikan kesungguhan cintanya pada Susan. Tapi bagi orang tua Susan, cinta saja tidaklah cukup. Ada Surat Perjanjian Pranikah yang harus Danny buat sebelum dia mendapat lampu hijau untuk melamar kekasihnya. Namun, seiring berjalannya waktu, Danny dan Susan harus menghadapi kenyataan bahwa ada dinding yang sudah terbangun berpuluh tahun lampau di antara kedua orang tua mereka.

Haruskah Danny dan Susan menyerah di belakang dinding tersebut? Atau meruntuhkannya dan membiarkan serpihan-serpihannya melukai orang-orang yang mereka kasihi?
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Bacaan 21+++

Kalian semua pasti tahu aku pencinta genre Fantasi, dan bisa dibilang menghindari genre ‘realistis’, lebih-lebih lagi kalau tokohnya seusia denganku yang sudah berkepala dua. Well ... gimana ya, mungkin aku belum siap dewasa h3h3 .... Lagi pula, cerita ‘realistis’ (metropop, chicklit, atau momlit) yang tokohnya dewasa tidak memiliki petualangan seru. Sebagian besar pasti mengambil tema berat, pernikahan, anak, dunia kerja, rumah tangga, dan hal-hal relatable lainnya.

Hey, aku membaca novel karena ingin lari dari kenyataan, bukannya diberikan kenyataan lain yang lebih pahit, tapi berakhir bahagia. Karena belum tentu kenyataan pahitku berakhir bahagia seperti novel tersebut ToT. Namun, aku membuat pengecualian belakangan ini. Sudah dua buku bertema dewasa yang kubaca seminggu terakhir, dan bisa dibilang keduanya tidak terlalu buruk. Salah satunya adalah A Prenup Letter ini.

Ekhem ... yang dimaksud dewasa di sini bukan dewasanya orang Watpat ya. Melainkan memang novel yang tokohnya sudah berusia di atas 21 tahun. Konflik dan tema yang diusung penulis juga pelik, bukannya ... nganu ... ya kalian tahulah apa maksudku. Jadi ... maaf nih mengecewakan kalian yang sudah baca judul h3h3.

Seperti biasa, buku ini termasuk salah satu fosil di lemari. Sudah pernah kubaca sekali, tapi saat itu belum membuat review. Akhirnya baca lagi sekalian menelaah setiap komponennya. Dari sampul sih lumayan. Aku suka latar belakangnya yang putih, font judul yang sederhana, meskipun sederhananya kebangetan, juga ilustrasinya yang sesuai tema. Kekurangannya mungkin cepat kotor akibat latar belakang putih itu.

Kalau begitu langsung saja kita menuju ke review!

B. Plot

Sebenarnya cerita ini tidak fokus kepada satu tokoh saja. Hampir semua tokoh punya peran yang saling berhubungan. Aku aja sampai dibikin pusing, puyeng, pening. Tapi juga kagum, kok bisa-bisanya buku yang cuma 300an halaman ini isinya begitu padat. Meskipun begitu, konflik paling utama ditujukan kepada pasangan bernama Susan dan Danny yang sudah pacaran selama lima tahun.

Awal cerita kita langsung disuguhkan dengan masalah pelik dari Susan dan Danny. Ketika orang tua Susan, terutama ayahnya memberikan surat perjanjian pra-nikah kepada Danny. Surat itu berisi segala hal yang harus Danny penuhi sebelum menikahi Susan. Seperti memiliki rumah layak, pekerjaan layak, pembagian harta, serta tetek bengek lainnya. Bahkan surat itu mengantisipasi segala hal jika suatu saat Susan dan Danny cerai.

Masalahnya, baik Susan maupun Danny tidak tahu-menahu pasal surat itu. Semua mutlak keinginan ayah Susan. Keduanya pun protes, tapi tidak bisa apa-apa karena ya ... perintah orang tua? Mulanya aku enggak paham kenapa juga Susan dan Danny harus menurut? Ini kan hidup mereka, keduanya juga sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan sendiri. Kemudian aku teringat kalau keduanya tidak akan bisa menikah tanpa restu orang tua (senyumin aja).

Masalahnya lagi, Danny bukanlah orang berada, sementara Susan sebaliknya. Susan merasa ayahnya menuduh Danny matre, padahal alibi ayahnya sih itu semua untuk 'jaga-jaga'. Dan kalau dipikir-pikir 'jaga-jaga' versi si bapacc ini ada benarnya juga kalau mau realistis. Sebenanrya, ayah Susan digambarkan cepat luluh dengan rengekan anaknya. Jadi, aku merasa rada aneh kenapa Susan tidak mencoba lebih keras untuk ngambek supaya sang ayah membatalkan surat pra-nikah itu.

Tapi kemudianan aku mikir lagi, sifat Susan di buku ini digambarkan dewasa, mandiri, dan cuek. Sangat mustahil untuknya ngambek atau bermanja-manja demi menginginkan sesuatu. Dia ini tipe orang yang ingin mengatasi segala urusannya sendiri. Begitu juga Danny.

Meskipun bingung dan agak keberatan, Danny menyanggupi surat itu, atas nama cintanya kepada Susan. Dia pun menemui seorang teman yang suaminya bekerja di bidang jual-beli properti. Pasangan ini bernama Alina dan Marco yang juga mempunya masalah pelik mereka sendiri. Mereka ketemuan di sebuah kafe terkenal, dan di sinilah semua kebetulan yang terlalu kebetulan dibuat. Ekhem ... kita mulai.

Danny ketemu teman lamanya yang bernama Alex, tak lama, mereka juga ketemu Elisa yang juga teman lama keduanya, yang juga pemilik dari kafe tempat mereka ketemuan, yang juga mantan terindahnya Danny. Nah, di sisi lain, si Alex ini sudah lama mengeja-ngejar Susan. Anehnya, Alex tidak tahu kalau Danny pacaran sama Susan. Danny juga tidak tahu kalau Susan mengenal Alex. Begitu juga Elisa yang tidak tahu apa-apa tentang kehidupan dua cowok ini (ngos-ngosan)

Bagaimana? Kalian sudah merasa ribet sampai sini? SAMA!

Sebelumnya kita sudah membahas Alina dan Marco yang punya masalah sendiri. Nah, masalah mereka adalah, Marco ternyata mempunyai anak dari wanita lain bernama Niken . Akan tetapi, aku merasakan ada bau-bau kalau Niken itu penipu. Dari mulai anaknya yang mengidap leukimia, tapi melarang jika Marco mau mengajaknya sendiri ke dokter. Niken malah memeras keluarga Marco sebanyak ratusan juta. Bahkan, anak itu bisa jadi bukan anak Marco mengingat Niken tidak pernah mau jika diajak tes DNA. Hmmm .... seems fishy!

Namun, sebagai pria sejati, Marco mencoba menangani masalah ini sebaik mungkin. Berusaha menyembunyikan Niken dari Alina juga ibunya. Meskipun tetap saja ujung-ujungnya semua itu diketahui oleh Alina. Akhirnya, Alina pun meninggalkan Marco, bahkan minta cerai. Semua itu membuat Marco depresi. Udah mana ditinggal istri, diperas duit juga sama si Niken. Saking stressnya. Marco membawa kabur uang muka orang-orang yang membeli properti darinya. TERMASUK DANNY!

Eits ... masalah belum selesai sampai situ. Ternyata orang tua Danny, terutama ibunya. Memiliki dendam kesumat kepada ayah Susan. Dendam yang terlampau dendam sampai aku berpikir ini emak-emak hatinya enggak ada bersihnya sama sekali apa! Yah ... memang dendamnya itu masuk akal sih. Memabuat kehidupan keluarga Danny terseok-seok menjalani hidup, sementara keluarga Susan bergelimang harta.

Susan dan Danny pun semakin diujung tanduk. Masalah surat pra-nikah, masalah penipuan Marco, dendam Ibunya Danny, kehadiran Alex dalam hidup Susan, kembalinya Elisa dalam hidup Danny. Kayaknya dunia emang enggak mau Susan dan Danny bersatu! Dan mereka pun menurutku tidak berusaha mempertahankan hubungan lima tahun tersbeut!

Maksudku ... aku ingin melihat perjuangan mereka untuk bersatu. Aku ingin melihat (aku tidak percaya akan mengatakan ini) adegan UwU-UwU mereka yang membuatku percaya kalau mereka saling mencintai. Tapi ini enggak ada. Memang ada sih, tapi itu sedikiiiit sekali. Kemistri mereka tidak cukup terbangun untuk membuatku mendukung mereka. Aku malah jadi lebih suka kalah Susan menerima Alex dan Danny sama Elisa aja, deh!

Susan dan Danny kayak pasrah semua masalah itu ada di antara mereka. Mereka memang memperjuangkan hubungan masing-masing dnegan cara sendiri. Seperti Danny yang berusaha keras mencari rumah, mendapat kerja yang lebih layak. Atau Susan yang menolak keras menjadi partner Alex, dan menentang surat pra-nikah ayahnya. Tapi ... aku merasa cara itu kurang memberi bumbu-bumbu romance! Give me more!

"Kebanyakan Romance ngeluh, dikit romance ngeluh. Gimana si lu!"

"Hey tapi ini kan beda genre! Lagian semua itu kudu seimbang!" (ditampol)

Penyelesaian novel ini pun sangat tidak memuaskan bagiku pribadi. Semua masalah memang bisa dibilang selesai, tapi dengan cara yang paling tidak dramatis dan terlalu cepat. Maksudku ... kepalaku udah dibikin puyeng sama semua konflik tokoh-tokohnya. Berharap semua akan selesai perlahan satu per satu. Nyatanya semua selesai bersamaan, dengan porsi yang sedikit-sedikit, beberapa bahkan dibiarkan menggantung begitu saja.

Ah ... aku tidak mau memberi terlalu banyak spoiler. Pokoknya di satu sisi bisa diterima, tapi di sisi lain mengecewakan.

Aku berusaha mencari, barang kali ada buku kedua yang bisa memuaskan hasratku tentang segala kegantungan ini. Nyatanya kagak ada! Jadi aku akan mengakhiri sesi plot di sini. Sepertinya.

C. Penokohan

Berkebalikan dari review sebelumnya yang umur tokoh tidak melambangkan kedewasaan. Di novel ini semua tokohnya sangat dewasa. Saking dewasanya mereka mengatasi semua masalah dengan kepala dingin, tidak mementingkan diri sendiri, tidak selalu mengutamakan hati dan lebih berpikir rasional. Beberapa tokoh memang ada yang terlalu berlebihan, tapi di sisi lain sifat berlebihan itu punya alasan kuat mengapa bisa ada di sana.

Mari kita bedah mereka satu-satu.

Susan. Wanita karir yang mandiri, cuek, dan dewasa. Dia bisa jadi bersikap judes, terutama pada Alex yang tidak pernah lelah mengejarnya. Akan tetapi, dia tidak akan sungkan membantu siapa pun, termasuk Alex jika dalam masalah. Aku juga suka caranya menolak Alex secara tidak langsung, kejam tapi elegan. Belum lagi sifatnya yang tenang terhadap hubungan Elisa dan Danny. Cemburunya tidak berlebihan, dan dia tetap berpikir dingin dalam situasi terburuk. I like her a lot!

Danny. Sifatnya tidak beda jauh dengan Susan. Jadi bisa kalian bayangkan bagaimana hasilnya kalau pasangan yang keduanya bersifat cuek. Mereka lebih pilih menyibukkan diri dengan segala urusan, daripada tenggelam dalam kecemburuan. Meskipun, aku rada tidak suka cara dia memperlakukan Susan di depan Elisa. Prioritaskan pacarmu dong, Om!

Alex. Sebagai kesayangan ayah Susan, Alex kepedean Susan bakal kepincut kalau dia bekerja di perusahaan ayah Susan. Makanya dia kaget saat tahu Susan tidak menyukainya. Maksudku ... ini orang entah bodo atau lola. Jelas-jelas dijudesin kok ya masih keukeuh aja. Kalo aku sih mundur cantik pelan-pelan.

Kusnadi. Ayah Susan yang bikin daku emosi setengah mati. Pasalnya dia tuh kolot dan mau menang sendiri. Mengaku sayang anak, peduli anak, tapi kemauan anak enggak ngerti. Selalu memaksakan kehendak sendiri. Untungnya dia dapet karma yang barokah.

Alina dan Marco. Pasangan suami istri yang sebenarnya harmonis, tapi malah dibayang-bayangi kesalahan masa lalunya si Marco, dan sedihnya lagi bayangan masa lalu itu bisa jadi bohong. Aku suka reaksi Alina saat mengetahui kondisi anak Marco. Dia menyuruh Marco menjadi orang bertanggung jawab, padahal hatinya sakit. Si Marco di sisi lain, malah jadi stress dan mabok-mabokan ditinggal bininya. Kenapa dia enggak turuti saran ibu Marco yang menyuruh tes DNA. Aku juga berpikir itu ide bagus, tapi tidak juga dijalani. Bikin geregetan!

Elisa. Gimana ya ... Elisa ini sebenarnya bukan cewek jahat. Dia juga enggak pernah bermaksud merebut Danny dari Susan. Tapi aku teh gedeg sama cara dia legowo dimanjain ibunya Danny. Enggak pernah berusaha memberi keterangan apa pun juga kepada Susan. Seolah-olah emang maunya dijodohin sama Danny, tapi terlalu maksa juga enggak. Kalau akhirnya jadi sama Danny alahamdulilah, enggak juga gapapa. Najong!

Enni dan Eka. Orang tua Danny yang sifatnya seperti langit dan bumi. Kalau ayah Danny penyabar, legowo, dan berhati bersih. Si ibu ini kebalikannya. Pendendam, sengit, dan berapi-api. Sering kali aku dibikin tarik napas sama sikap ini emak-emak. Keras kepalanya kebangetan. Tapi di sisi lain, dia juga punya alasan kuat untuk bersikap seperti itu. Aku jadi bingung harus benci atau enggak sama Mamacc Enni.

D. Dialog

Dialog pada novel ini menunjukan sikap tokoh-tokohnya yang dewasa. Aku suka itu. Misalnya saat Susan ingin menolak Alex dengan cara kasar, tapi juga teringat kalau Alex tidak pernah jahat sama dia. Atau ketika Alina meminta Marco tanggung jawab, padahal dia sendiri sakit hati. Meskipun beberapa dialog tokoh bisa jadi hampir-hampir mirip, karena semua tokoh di sini bicaranya elegan.

Tidak ada dialog kocak, tidak ada humor cringe, tidak ada pemaksaan kehendak, atau CEO-CEO alakazam. Padahal tokoh-tokoh di buku ini memang kalangan elit semua. Aku harap penulis Watpat belajar dari penulis buku ini. Yang membuat tokoh bisa dipercaya dan likeable adalah caranya berdialog dan cara setiap tokoh menyikapi sesuatu. Bukan dari embel-embel muka tamvan bak Dewa Yunani! (Bandingin teross!!!)

Kalau disuruh memilih, mungkin dialog kesukaanku di sini adalah milik Susan dan Alina. Mereka kelihatan jelas dewasanya. Entah kenapa dialog dan situasi yang dibangun penulis memberikan vibe ketenangan untuk kedua tokoh tersebut.

E. Gaya Bahasa

Gaya bahasa di buku ini terbilang ringan. Banyak ungkapan-ungkapan tentang perusahaan yang sebenarnya tidak terlalu aku pahami. Karena tidak seperti novel terbitan Watpat (Ah, sheet! Here we go again!) pekerjaan para tokoh di novel ini bukan sekadar tempelan. Bahkan ada kasus suap-menyuap yang digambarkan sangat halus, tidak terang-terangan, tapi lugas. Pemilihan kata yang diambil penulis saat tokoh marah, sedih, kesal atau senang pun tergambarkan dengan baik.

Kekurangannya mungkin ada di sisi Romancenya. Ya ... ya ... ini memang mengejoetkan! Tapi aku berharap lebih pada buku ini dalam sisi romance. Tapi aku juga sadar, memang seperti inilah seharusnya orang-orang dewasa bertindak. Bukan hanya melulu pasal percintaan. Ada masalah yang jauh lebih berat, dan lebih butuh prioritas. Penulis Watpat take note!

F. Penilaian

Cover : 3

Plot : 3

Penokohan : 4

Dialog : 3,5

Gaya Bahasa : 3,5

Total : 3,5 Bintang

G. Penutup

Wow, akhirnya aku benar-benar membaca novel dewasa yang bukan melulu pasal nganu. Yah ... selama ini aku memang cuma berpatokan ke terbitan Watpat. Salahku juga memang. Intinya, aku suka buku ini, dan pasti merekomendasikannya kepada kalian semua. Beginilah jadinya jika penulis novel dewasa memang orang yang sudah dewasa. Isinya padat, konflik yang diusung juga berbobot.

Aku cuma menyayangkan endingnya yang kurang nendank. Seandainya ada buku kedua yang menjelaskan semua kegantungan ini. Mungkin akan kubaca semuanya, dan menjadi satu-satunya novel 21+++ yang kubaca dan kuberi rating tinggi.

Baiklah, segitu dulu untuk review kali ini.

Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya ^o^/

N.B : Aku baru tahu informasi kalau novel ini juga terbit di Storial.co ... Hmm, pantas saja berbobot!

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan