P3K (Penulis Penulis Panutan Ku)
Sejatinya, setiap penulis pasti punya penulis lain yang dijadikan idola, atau bahkan panutan. Penulis-penulis tersohor yang memberikan inspirasi kepada penulis-penulis lain. Maka, tanpa sadar gaya menulis, aura, serta genre tulisan kita sedikit banyak akan memiliki kemiripan dengan penulis idola kita.
Selain Tukang Review Julid, Impy juga seorang penulis, lho! Dan tentu saja, aku mempunyai penulis-penulis tersohor yang aku jadikan panutan, dan sedikit-banyak mempengaruhi gaya menulisku sendiri.
Mau tahu siapa saja penulis-penulis tersebut? Simak terus sampai habis!
Michael Buckley
Aku menulis nama Pacc Buckley pertama, sebab karyanya The Sisters Grimm benar-benar mendorongku untuk mulai menulis Fantasi-Middle Grade. Novel paling pertama yang aku buat secara harfiah MENJIPLAK The Sisters Grimm. Maksudku, tema dan jalan ceritanya bisa dibilang beda, tapi beberapa adegan jelas aku copy-paste dari novel Pacc Buckley, saking cintanya aku dengan novel itu!
Di sisi lain, aku suka cara Pacc Buckley menjabarkan dunianya. Fiktif, tapi seolah nyata. Vibe yang diberikan gelap, tapi juga lucu. Setiap keteganan yang dilalui para tokoh juga bisa aku rasakan. Itu semua berkat penokohannya yang sempurna. Aku peduli dengan semua tokoh di novel ini, aku bersimpati dengan mereka, karena Pacc Buckley menggambarkan semuanya dengan konsisten.
Ditambah unsur dongeng, petualangan, dan misteri. Juga ilustrasi klasik yang semakin menunjang isi cerita. Belum lagi adegan-adegan UwU antar para tokohnya. Oh! Aku bis amemberikan daftar panjang berisi alasan-alasanku menyukai The Sisters Grimm, tapi kita tidak punya waktu untuk itu!
Enid Blyton
Ayolah, setiap kutu buku era doeloe pasti pernah membaca minimal satu novel Bucc Blyton. Terutama Lima Sekawan. Kita belum bisa dicap Kutu Buku kalau belum membaca Lima Sekawan! Itulah faktanya!
Dari karya-karyanya, kelihatan Betul Bucc Blyton sangat mengerti segala hal tentang anak-anak alias Middle Grade. Bahasa yang beliau gunakan sederhana, konflik tidak muluk-muluk, dan selalu ada amana-amanat tersirat yang bisa dipetik. Perilaku tokoh dalam buku-bukunya pun semua masuk akal dan natural.
Harus aku akui, terkadang plot dari buku-bukunya (seperti Lima Sekawan) terlalu aduhai, musuh-musuh yang terlampau brekele, penyelesaian tidak masuk akal, kebetulan tiba-tiba berkah, dan sederet peristiwa lain yang memastikan "Protagonis" pasti menang. Namun, sekali lagi, buku-buku beliau ini ditujukan untuk ANAK-ANAK! Jadi kita yang sudah uzur tidak bisa berharap terlalu tinggi.
Namun, bagiku pribadi yang membuat novel-novel Bucc Blyton istimewa adalah caranya membuat penokohan yang loveable, serta dialog-dialog antar tokoh yang naturan dan memang khas anak-anak. Bagiku penokohan sangat penting sampai semua faktor brekele pada novel akan termaafkan kalau penokohannya barokah!
Soman Chainani
Di banding penulis lain dalam daftar ini, Om Chainani masih terbilang baru. Bahkan The School of Good and Evil merupakan seri novel pertamanya yang langsung terkenal di seluruh dunia. I could never!
Aku mengikuti seri The School for Good and Evil (SGE) sejak brojol, sampai sekarang tamat dan ada spin-off nya. Mulanya aku tertarik dengan sampul novelnya yang cantik (seperti biasa). Namun, sekali lagi buku ini mencuri hatiku sepenuhnya dengan mengangkat tema dongeng.
Konsep novel yang diusung Om Chainani juga sangat menarik, dengan eksekusi yang sempurna pula. Sekali lagi, tokoh-tokohnya yang diperkenalkan secara perlahan tapi tidak bertele-tele membuatku peduli dengan segala hal yang terjadi kepada mereka. Aku ikut merasakan emosi mereka, aku ikut penasaran dengan keputusan yang mereka ambil.
Tapi, eh tetapi! Hal yang paling aku suka dari Om Chainani adalah konsistensi! Dia sedang dalam masa jaya saat itu, banyak pembaca yang meminta untuk jangan dulu menamatkan SGE. Namun, Om Chainani yang memegang kendali, dan dia meutuskan untuk menamatkan serinya. Karena yang sudah berakhir memang harus BERAKHIR! I respecc him for that!
Fredrik Backman
I save the best for last! Pacc Backman ini merupakan penulis dari novel yang paling aku cintai di seluruh dunia, yaitu A Man Called Ove. Mungkin satu-satunya novel yang bisa menandingi rasa cintaku pada novel Peter Pan.
Cara Pacc Backman merangkai kata-kata di setiap novelnya selalu sangat indah, begitu menyentuh masuk ke dalam hati, serta sarat kiasan-kiasan relate yang bahkan tidak terpikirkan olehku. Gimana ya ... novel-novel beliau ini selalu ada sisi sedihnya, tapi bukan sedih karena hal buruk atau hal yang memang menyedihkan. Para pembaca dibuat sedih, karena terharu, tersentuh, atau terenyuh.
Ibarat kita melihat anak kucing yang sedang tertidur, saking imutnya sampai mau menangis. Mungkin itulah penggambaran yang cocok untuk rangkaian kata di novel-novel Pacc Backman. Lalu cara beliau melakukan transisi dari satu adegan ke adegan lain, sampoerna! Kalian yang mau belajar cara transisi yang halus bisa membaca novel-novel Pacc Backman segera!
Oh, kalau kalian malas membaca (Eww ...) dan lebih suka menonton film, A Man Called Ove sudah ada adaptasi filmnya, yang bagiku sangat akurat dengan bukunya. Aku snagat merekomendasikan film itu untuk kalian.
Honorable Mention
J.M Barrie
Chris Columbus & Ned Vizzini
J.K Rowling
Louisa May Alcott
Primadonna Angela
Poppy D. Chusfani
Shandy Tan
Comments
Post a Comment