Seri Lupus (Versi lama)


Judul : Lupus (dan banyak lagi sub judulnya)

Penulis : Hilman Hariwijaya

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9789794030295

Tebal : 100 S/D 200 Halaman

Rating : Beragam, tapi rata-rata 4 Stars

Blurb :

Karena ini adalah rangkuman dari seluruh serial Lupus, maka aku akan bilang bahwa Lupus adalah cowok abege yang gemar makan permen karet. Anaknya cuwek, ngocol, seru, dan kocak. Kadang juga bisa marah, dan luar bias jail. Lupus punya adik namanya Lulu, beda-beda tipis sifatnya sama Lupus, ada juga Mami. Dan tentu saja, sahabat-sahabat karibnya, Boim, Gusur, dan Anto. Juga cinta sejatinya Poppy.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Dilan-nya Zaman Mamake

PERHATIAN! PERHATIAN! Saat ini Impy sedang membaca satu novel yang agaknya sulit diselesaikan dalam waktu dekat. Makanya sambil membaca buku tersebut, aku akan membuat review lain dari buku-buku yang selama ini kubaca, tapi belum sempat direview. Nah, maka hadirlah review buku jadul asli Indonesia berjudul LUPUS. Jika kalian bertanya-tanya dari mana aku kenal LUPUS, mudah saja. Ipusnas .... (PASTI LAH!)

Aku sering mendengar segala hal tentang Lupus, bahkan tahu kalau bukunya sudah dijadikan film dan serial TV. Namun, aku belum pernah benar-benar membacanya, atau menontonnya. Konon, mamake bilang Lupus adalah cowok idaman cewek-cewek pada masanya. Ganteng, lucu, supel, ramah, sering ngocol. Pokoknya idaman banget, deh, sampe di setiap kamar anak-anak abege perempuan pasti ada foto Lupus. (Kalau sekarang sih, sukanya bad boy dan play boy CEO, ya? Ups ....)

Maka, aku berasumsi bahwa Lupus adalah Dilan-nya Zaman mamake. Nah, tak disangka dan tak diduga. Mamake juga pembaca setia lupus, dia dulu punya beberapa serinya, yang tentu saja sekarang sudah hilang entah ke mana T_T. Aneh juga mendengar mamake bisa fangirling begitu sama Lupus. Makanya aku penasaran, seperti apa sih tokoh fiksi yang bisa membuat mamake super galak jadi malu-malu kocheng? Mari kita tengok.

B. Ngomongin Anu

Namanya Lupus ... bukan, bukan penyakit, bukan juga panggilan buat kucing, tapi seorang cowok abege biasa (lumayan manis) yang gemar mengunyah permen karet. Buku ini tidak benar-benar memiliki alur, tidak juga memiliki konflik mendalam, dan unsur-unsur lainnya sebuah novel. Namun, Lupus sukses menjadi buku yang membuatku seolah berjalan-jalan ke masa lalu. Gaya bahasa yang jadul, humor-humor garing, tingkah-tingkah yang bandel, tapi nggak lebay.

Mungkin karena buku ini sedikit-banyak diambil dari pengalaman si penulis, makanya bisa berasa begitu real. Tidak ... buku ini tidak super-super-super bagus, tapi entah kenapa buku ini istimewa. Mungkin benar kata orang. Sebuah buku tidak akan menua termakan usia, melainkan berubah menjadi harta (Aku juga tidak tahu siapa yang buat kalimat itu) Membaca Lupus memang tidak membuat kita terpingkal-pingkal, tapi membuat tersenyum-senyum sendiri, membuat hati menjadi hangat.

Seperti layaknya remaja cowok, Lupus gemar menggoda cewek-cewek, nggak boleh liat yang bening dikit, langsung belok! (itu lagu, ya?) Tapi entah kenapa Lupus hanya selalu kembali dan memikirkan satu cewek, yaitu Poppy. Seringnya Lupus menjahili orang, tidak peduli tua atau muda, tapi tak jarang juga kejahilan itu mencelakai dirinya sendiri. Lupus punya adik namanya Lulu, tingkah si Lulu beda tipis sama kakanya. Mereka sering banget berantem, tapi sebenarnya saling menyayangi.

Terkadang aku berpikir kejahilan Lupus sudah kelewat batas, anehnya tidak pernah mendapat hukuman berarti, kadang suka kesel sendiri! Terus juga ... kenapa selalu hal baik terjadi pada Lupus. Ya ke Amerika-lah, ke jepang-lah, ke-Hongkong, Singapur, Malaysia. Eh, nggak sebanyak itu deng. Intinya dia sering banget ke luar negeri, atau ke luar kota, atau mendapat keberuntungan lain. Aku paling suka tiap kali sudut pandang berpindah ke Lulu, atau adegan mereka lagi saling menjahili satu sama lain.

Lucu juga membaca tingkah teman-teman Lupus yang ajaib. Gusur yang gemar berpujangga, nggak jelas, tapi menghayati banget. Boim yang Playboy, tapi dengan muka nggak mendukung. Fifi Alone artis budeg idaman semua orang, lalu ada Nyitnyit, gebetan abadi si Boim. Sumpah, kenapa juga orang dipanggil Nyitnyit? Aku suka banget tiap kali nama Nyitnyit disebut, lucu aja gitu.

Kadang juga, buku ini memiliki gaya bahasa yang tidak konsisten. Sebentar-sebentar pakai aku-kamu, saya-kamu, saya-anda, gue-kamu, gue-anda. Itu agak mengganggu, tapi anehnya aku tetap baca, terhanyut sama suasana jadul-nya kali ya. Perlu kalian ingat, aku suka Novel jadul tahun 70-an sampai 2000-an. Dalam artian tahun terbitnya, bukan sekadar latar tempatnya. Jujur, aku ingin hidup di masa-masa itu. Kesannya lebih berwarna, terlepas dari segala krisis dan masalah politik, tahun-tahun itu rasanya punya pesona sendiri.

Ini mungkin bisa jadi masalah selera, tapi dilihat dari sisi Objektif, buku Lupus benar-benar menghibur, ada pertanyaan-pertanyaan garing, jokes garing, plesetan-plsetan gak guna, yang semuanya disampaikan secara natural. Berbeda dengan buku-buku sekarang yang jokes garingnya menurutku terlalu maksa. Humor di setiap zaman pasti berbeda, dan ketika buku jaman now menggunakan jokes garing zaman dulu, kesannya tidak berasa lagi.

Buku Lupus juga beberapa kali mengangkat konflik hangat pada masanya. Karena Lupus seorang wartawan Freelance, ia menjadi pembawa serta pencari berita yang sedang populer, bahkan mewawancara artis dalam dan luar negeri. Sepertinya di zaman itu, membaca lupus selain terhibur, juga bisa update julid-julid terkini.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Seri Lupus
  • Gaya bercerita yang super mengalir, lucu, dan tidak henti membuat senyum-senyum sendiri.
  • Penokohan konsisten, serta buku-buku per seri, yang meskipun tidak berkesinambungan, tapi saling terhubung satu sama lain.
  • Tokoh-tokoh yang unik, terasa nyata, dan mmbuat iri karena aku tidak punya teman seseru itu.
  • Tokoh Lupus yang memang cocok menjadi fenomenal karena keunikannya.
  • ILUSTRASI!!!! (Jadul)
Kekurangan Seri Lupus
  • Tidak benar-benar memiliki alur atau unsur intrinstik lain sebuah novel.
  • Kata ganti yang sering kali tidak konsisten.
  • Akhir konflik yang sering kali tidak sesuai harapan, bahkan membuat kecewa.
  • Kurangnya pendalaman konflik penting dalam buku. Seolah apa yang sudah terjadi lewat begitu saja tanpa benar-benar berpengaruh pada tokoh.

D. Penutup

Jadi kesimpulannya, benarkah Lupus adalah Dilan zaman Mamake? Bahkan lebih baik dari itu, Dilan adalah Lupus-nya zaman kita, bahkan lebih unik dan lucu Lupus ketimbang Dilan. Yah ... Dilan menang merangkai kata-kata manis, tapi Lupus jelas lebih ahli tebar pesona dengan kekonyolan serta tebakan-tebakan garingnya. Loh kok jadi membanding-bandingkan! Intinya, membaca Lupus semakin membuatku iri dengan tahun 80-an yang kesannya sangat enak.

Rasanya, tidak peduli di zaman apa kita tinggal, keseruan masa muda akan selalu ada. Lupus dengan zamannya, aku dengan zamanku, dan kalian dengan zaman kalian, begitu juga generasi selanjutnya. Mungkin masing-masing zaman akan terasa berbeda, tapi toh siapa pun yang merasakan akan tetap menikmatinya, bahkan ikut merasa bahagia ketika membaca masa-masa indah di zaman berbeda.

Setiap zaman punya kelebihan dan kekurangan. Buku Lupus membuktikan itu. Intinya bagi kalian yang suka Komedi bisa membaca ini. Mungkin tidak akan membuat kalian tertawa terbahak-bahak, tapi cukup ampuh membuat hari lebih baik, memperbaiki mood juga. Sekalian membuat kalian tahu bagaimana rasanya hidup di zaman itu, Ah! Zaman jadul emang the best! Pantes mamake sombong banget kalo udah cerita!

Baiklah, sekian review selingan kita hari ini. Tunggu aku meriview buku yang sedang kubaca, ya? Semoga aku bisa cepat-cepat menylesaikannya. Masih banyak yang harus kubaca, dan otakku tidak mendukung sistem multi tasking!

Sampai jumpa di lainkesempatan ^O^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Ily

Omen #1

Peter Pan

Laut Bercerita