Naga Hijau (Legenda Ksatria Cahaya #4)


Judul : Naga Hijau (Legenda Ksatria Cahaya #4)

Penulis : Andry Chang

Penerbit : Qiara Media Partner

ISBN : 9786026588302

Tebal : 285 Halaman

Blurb :

Badai prahara belum reda dan makin menggila. Laskar Kegelapan masih terus melancarkan aksi-aksi baru demi mewujudkan tujuan besarnya. Mengacau dalam lima ujian Pusaka Cahaya. Menyerang ibukota saat upacara pernikahan kekaisaran. Mengadu-domba agar para pahlawan saling berperang. Menyerang dan melalap negeri demi negeri. Tumpuan harapan Laskar Terang hanya pada Vadis, para naga dan sayap-sayap yang terbang cepat.

Bertahanlah, Ksatria Cahaya! Harapan itu masih ada!
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Berakit-rakit Ke Mana Tau

Percayakah kalian kalau kita sudah menjelajahi Everna Saga lewat serial Ksatria Cahaya sebanyak empat novel! Itu tandanya satu novel lagi maka perjuanganku menyelesaikan salah satu Buku Bertuah akhirnya terselesaikan. Itu juga berarti satu resolusiku di tahun 2023 terpenuhi!

Marilah kita berangan-angan dulu, karena sepertinya aku mereview seri ini nyaris setahun sekali. Kalau benar begitu, novel kelima baru bisa aku review TAHUN DEPAN! Amit-amit jabang baby, jangan sampai deh! Meskipun aku penganut ‘Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit’ tapi jangka waktu setahun agaknya terlalu lama untuk sebuah review!

Sebelum mulai, tentu saja kita harus membahas dulu sampul novel Naga Hijau yang secara keseluruhan masih semodel novel-novel pendahulunya. Di satu sisi aku suka sampul kompak berhias ilustrasi keren, tapi di sisi lain keluhanku masih sama. Antara background dan ilustrasi entah kenapa style-nya bertubrukan, tidak mendukung satu sama lain.

Nah, khusus sampul novel ini. Wait a minit ... Apakah itu Iris si Elf hutan??? Wah, wah, wah pantas saja Chris naksir elf satu ini, ternyata dia punya huge ... Personality.

Meskipun aku heran apa hubungannya judul Naga Hijau dengan Iris yang berwarna hijau dengan isi keseluruhan novel. Oh, atau memang itu alasannya, sama-sama berwarna hijau (bruuh). Bukan, kok ... ternyata memang ada hubungannya, tapi nanti menjelang akhir. Lumayan daripada lumnyun.

Ekhem! Tanpa berlama-lama, marilah kita kembali menjelajahi seri Ksatria Cahaya : Naga Hijau!

B. Plot

Mari kita buka sejenak kenangan lama di novel terdahulu, yaitu Topeng Emas. Setelah Robert secara harfiah menjadi Barbie, alias mengambil semua peran di cerita. Kemudian dinyatakan tidak bersalah atas pembunuhan Paus Felicita(?), karena tentu saja kesayangan penulis tidak mungkin bersalah. Robert malah naik pangkat jadi Ksatria Ordo Singa padahal dia melakukan beberapa kejahatan, seperti merampok dan membajak. Ga paham lagi.

Maka Tim BuBadiBaKo kesayangan kita terpaksa memilih jalan hidup berbeda. Robert harus mengabdi untuk negaranya Lore, sedangkan Chris juga harus pulang kampung demi menjalankan tugas sebagai pangeran kedua. Tapi eh tetapi, sebelum berpisah ternyata mereka masih harus menempuh satu perjalanan bersama, sebab Robert harus mengawal Rael ke kampung halaman Chris di Arcadia. Nantinya Lore dan Arcadia akan membuat perjanjian damai.

Perjanjian damai seperti apa? Ternyata salah satu pangeran Arcadia harus menikahi putri dari Lore.

JENG-JENG!!!

Putri Lore alias Elaine alias Eloise alias pacar Robert harus menikahi salah satu pangeran Arcadia alias Alexis atau Chris! This is actually exciting! Mengingat Alexis pernah meninggalkan trauma berkepanjangan pada Robert setelah membvnvh Bapacc Walthron, di sisi lain Chris adalah teman seperjalanan Tim BuBadiBaKo. Lantas bagaimana nasib Iris yang sudah resmi jadian dengan Chris di novel terdahulu.

Tadinya aku berpikir, kenapa Lore mau berdamai dengan Arcadia padahal Alexis DKK jelas-jelas digambarkn jahat di novel pertama. Namun aku berpikir ulang, di buku pertama Lore dan Arcadia memang tengah berperang. Masing-masing menganggap kubu sendiri protagonis dan kubu lawan antagonis. Hanya saja saat itu kita memang mengambil sudut pandang Lore (karena ada Robert) sehingga kubu lawan terkesan jahat padahal dua-dua sama saja!

Pihak penghulu pun bingung antara Alexis atawa Chris yang paling cocok dinikahkan dengan Eloise. Alexis jelas lebih barokah, tapi kalau suatu hari Lore berkhianat seluruh Arcadia ikutan malu. Di sisi lain Chris brekele, tapi kalau Lore berkhianat gak bakal berpengaruh apa-apa soalnya Arcadia juga gak peduli (Kasian banget lu, Tong!).

Jadi pilih barokah tapi berisiko, atau brekele tapi aman?

Kalau kalian tanya pendapatku, buat saja perjanjian tertulis seperti manusia waras tanpa mengkawin-kawinkan manusia seperti kambing. Akan tetapi, latar tempat dan waktu novel ini memang Abad Pertengahan, dan SEMUA MANUSIA di Abad Pertengahan tidaklah waras.

KEMBALI KE CERITA!

Pada akhirnya mereka meminta pertolongan kepada literal Malaikat (Serafim) demi menyelesaikan masalah ini. Mereka berbondong-bondong pergi ke pemukiman malaikat untuk konsultasi. Sampai di sana Serafim pun memberikan petuah berfaedah.

Adegan di bawah ini 99.99% persis di novel ....

“Begimana kalau Alexis dan Chris ikut seleksi Pewaris Sejati Vadis! Nah, nanti sang pewaris boleh kawin sama putri Lore!” kata Serafim.

“Tapi kalau ternyata Pewaris Sejati Vadis bukan kita berdua gimana, Soohoo?” keluh Alexis dan Chris.

Serafim mengibas tangan cucok. “Pasti kalian, koq! Nah, nanti yang lain cari aja senjata-senjata legendaris Vadis sambil jalan. Ada lima senjata, lho.” Lalu Serafim berbisik ke arah pembaca. “Sambil menyelam minum air, Cin!”

“Tapi Om Serafim, kalau ternyata bukan kita pewaris senjata itu gimana?”

Lagi-lagi serafim mengibas tangan cucok. “Pasti kalian, koq.”

Maka terbentuklah dua Tim dengan Alexis dan Chris sebagai pemimpin masing-masing tim. Mereka mengambil undian supaya tahu dua senjata apa yang harus diambil tim masing-masing, sebelum bersatu menjadi semuanya untuk mengambil senjata terakhir.

Kemudian dimulailah petualangan kedua tim yang Oh My ... NGEBUTTTT!!!!

Pertama, dua tim tersebut pergi ke tempat senjata Vadis diantar pake kapal terbang. Penurunan poin drastis menurutku, sebab kesatria bangsa mana yang bertualang tapi diangon ke tempat tujuan! Lebih parah, setelah mendapatkan senjata Vadis mereka DIJEMPUT LAGI!

Mohon maap, tapi aku mendapatkan vibe bocil playgroup dari konsep ini. Kalau mau main diantar orang tua, selesai main minta jemput. Di mana titik serunyaaa!!!

Mungkin dibuat seperti itu supaya alur cepat dan singkat. Jujur saja, mencari lima senjata di berbagai lokasi. Dua senjata di dua tempat berbeda untuk masing-masing kelompok, ditambah satu misi terakhir dijalankan bersama, rasanya terlalu banyak untuk buku yang bahkan tidak sampai 300 halaman.

Sehingga kita bisa menebak risiko cerita yang berusaha dirangkum secepat mungkin hasilnya malah jadi lompat-lompat, ngebut, zig-zag, banyak adegan tiba-tiba berkah untuk para tokoh alias plot armor kalau kata orang anime.

Contoh nyata, pengambilan senjata Vadis pertama di dasar danau oleh kelompok Chris. Alih-alih diperlihatkan kerja sama dan strategi dari setiap anggota, kita malah diperkenalkan pada pemandu, yaitu Elf sakti mandra guna yang membuat Chris dan teman-teman bisa bernapas di dalam air SEKALIGUS JAGO BERENANG! Mereka bisa bergerak sama gesit seperti saat di darat.

Like, what??? Kenapa dibuat latar bawah air kalau para tokoh tidak diberi tantangan untuk mengatasi hal tersebut sendiri? Sama aja kayak adegan petarungan biasa, bedanya sekarang di dalam air. Ibarat menyusun puzzle, tapi setiap potongannya sudah dikasih nomer dan kita tinggal susun. Yes ... GAK MENANTANG!

Kenapa gak dibuat para tokoh berdiskusi untuk memecahkan masalah. Di kelompok itu ada Iris alias Elf Hutan Mary-Sue, barang kali dia tahu tumbuhan yang bisa membuat manusia bernpas sementara di dalam air. Mereka punya tukang sihir dalam kelompok, masa iya gak ada sihir menahan napas di dalam air? Kalian punya sihir Naga Membelah Samudera atau Tongkat Pemecah Langit, tapi sesederhana bernapas dalam air kagak ada? Ke laut aje lo!

Kemudian Chris sebagai pemimpin, buatlah dia mengomando timnya menjadi dua bagian. Misalnya tiga orang yang bisa memakai sihir tahan napas masuk ke dalam air, sementara dua sisanya tetap di darat. Mereka bisa memancing si pemegang senjata Vadis ke darat, lalu menjebaknya, atau lakukan apa pun yang menunjukkan kerja sama sebagai tim sekaligus keahlian Chris dalam memimpin!

ITU AKAN JAUH LEBIH SERU! Daripada senjata Vadis ternyata bisa langsung didapat asalkan mereka pakai kata ‘pinjam’ alih-alih ‘minta’. (big bruuh!)

Chris : “Anu Buk Elf Air, boleh minta senjatanya buat perang lawan kegelapan?”

Elf Air : “G.”

Chris : “Kalau begitu pinjem deh.”

Elf Air : “Gaskan!”

Aku : “Sekalian pinjem duwid buat modal buka usaha boleh gak, h3h3 ....”


Di sisi lain, tim pimpinan Alexis juga tidak kalah brekele. Mereka di anter mamah ke kota angin, lalu ketemu pemandu bernama Jenina (alias persediaan plot armor sawaktu-waktu). Jenina bilang senjata Vadis aman di kotanya yang damai, sunyi, sepi, dan barokah.

Literally lima detik kemudian kotanya diserang monster kadal. Tauk ah, udah cape.

Tim Alexis lebih sering menghadapi hewan-hewan penghuni asli daerah yang mereka datangi. Kemudian mereka punya THE AUDACITY mengatakan “Kalian hewan-hewan buas jangan pernah menentang kecerdasan manusia, karena kalian pasti kalah.”

Kayak ... Chill, Bruv! Itu memang insting mempertahankan diri mereka. KALIAN YANG JAHAT. KALIAN YANG SALAH. KALIAN YANG MENGGANGGU MEREKA. Kagak usah bikin kalimat-kalimat heroik demi terlihat hebat di saat kalianlah sumber masalah bagi hewan-hewan itu!

Sumpah, alih-alih senang akan kemenangan Tim Ksatria Cahaya melawan hewan-hewan, aku malah dibikin kesel setengah mati. Semua gara-gara kalimat arogan mereka pada hewan-hewan malang itu. (Elus-elus jidat).

Sekali waktu Tim Alexis melawan pasukan Orc yang menjajah suatu desa sampai hancur-luluh. Dan kalian tahu apa yang pahlawan-pahlawan kece kita lakukan kepada para Orc durjana itu? Apakah mereka menghukum Orc itu, memberi keadilan pada warga, atau setidaknya mencari titik tengah dari permasalahan ini.

KAGAK!

Ternyata para ksatria malah memaafkan pasukan Orc tanpa konsekuensi, hanya karena para Orc playing victim kalau mereka tuh menjajah atas perintah Tuan Besar. Sebenarnya para Orc juga gak mau menjajah-jajah orang tak berdosa begitu. Para Orc juga menderita dan tersakity. BOO-HOO.

(Tarik napas pendek) Baby Gorl ... setidaknya beri ‘hukuman’ buat para Orc, mungkin mereka bisa ikut membantu pembangunan kampung kembali, pemulihan, mendedikasikan diri menjadi pesuruh warga selma beberapa tahun barang kali. Jangan malah memberikan rumah baru untuk para Orc DI DEPAN WARGA YANG KAMPUNGNYA BARU SAJA DILULUH-LANTAH! MEMANGNYA KALIAN PARA KSATRIA CAHAYA AGUNG KAGAK MEMIKIRKAN PERASAAN WARGA SAAT ITU!

Bayangin kalian lapor polisi setelah dirampok, tapi polisi malah memaafkan si perampok bahkan memberinya pekerjaan enak cuma karena si perampok curcol kalau dia merampok dengan terpaksa. APE KELEAN KAGAK KESEL SEBAGAI KORBAN!

Kalian lihat betapa banyak aku menggunakan capslok. Ya ... sekesel itu! Para Orc memang bilang mereka akan ganti rugi dengan perdagangan dan persemakmuran. ITU TIDAK DURIAN TO AYAM GORENG! TIDAK SEPADAN!

Sebenarnya aku penasaran apakah penulis memang mau aku merasakan semua ini, alias malah kesel sama keputusan yang dibuat Ksatria Cahaya. Kalau memang begitu, maka aku bertepuk tangan penuh apresiasi. Dia berhasil!

Ksatria Cahaya pun ngeles kalau, “Dendam bukanlah jawaban dari segalanya.”

Kalo aku jadi warga kampung itu, udah aku toyor kepalanya satu-satu sambil bilang, “Seenak udel aje lu ngomong! Dasar Sempak Kuda!”

Bada-bing-bada-bong ... pada akhirnya semua senjata sudah di dapat (tentu saja). Maka keputusan akhir ditetapkan bahwa Chris-lah pewaris Senjata Vadis dan boleh kawin sama Putri Lore. Yeeey!

Tentu saja ada konflik antara Chris-Iris serta Robert-Eloise. Perselisihan hati, perpisahan dan pengikhlasan. Serius aku sangat menunggu konflik itu. I love me some UwU romance in the middle of epic-fantasy. Sorry penulis edgy anti-romance, your story succ. Just kidding, h3h3 ....

Jujur aku suka konflik antar Chris dan Iris, meskipun di beberapa bagian terkesan Out of Character tapi sebagian besar masuk akal. Chris dan Iris belum terlalu lama bersama. Cinta di antara mereka belum terlalu besar untuk jadi egois. Chris sedang berusaha menjadi pangeran yang baik untuk ayahnya, di sisi lain Iris bukan tipe wanita bucin. Mereka berdua setuju untuk ikhlas, berserah diri kepada Vadis. This is so sweet.

Robert dan Eloise di sisi lain .... 

Huft! Kalian semua tahu aku membenci Robert sehingga segala tindak-tanduknya membuatku darah tinggi. Novel ini pun bisa kutolerir sebab Robert tidak ikut bertualang mencari senjata Vadis. Terbukti tanpa Robert penulis tidak terlalu lebay membuat narasi mengelu-elukan tokoh favoritnya itu. Namun, semua berubah ketika nama Robert kembali nongol di satu bab.

Masalahku dengan Robert sebenrnya sederhana. Daripada membuat pembaca menyukai Robert karena tindak-tanduknya sepanjang cerita, penulis malah menjatuhkan tokoh lain demi membuat Robert superior. Itu juga yang terjadi pada Eloise. Demi menunjukan bahwa Robert adalah Seterong Men, FIGHT FOR THE COUNTRY! Penulis menjadikan tokoh Eloise bucin, egois, dan kind of a beech.

Mungkin memang begitu penokohan Eloise, sebab aku pun tidak terlalu mengenalnya selain dia pernah menyamar jadi orang lain cuma pake wig beda warna! Singkat cerita Eloise mengajak kawin lari, tapi Robert menolak bekoz he is a man with dignity (muntaber). Harus ada banget gitu ye narasi yang mengelu-elukan Robert, heran gue!

Eloise pun memaksa dan tidak bisa diajak kompromi sampai Robert harus MEMUKULNYA supaya membuatnya pingsan! (Garuk tembok) Robert My Darling Buoy ... Haruskah ksatria agung nan bersahaja nan bermartabat nan aduhai nan Gary-Stu sepertimu MEMUKUL WANITA demi membuatnya diam? You look more like an A-hole, Y’know?

SUDAH! Tekanan darahku tidak mau turun kalau terus-terusan membahas Robert.

Singkat cerita, Chris dan Eloise pun akhirnya menikah di Arcadia. Mempelai pria dan wanita pun cepat akur, bahkan digambarkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Sebenarnya membuatku kecewa, karena aku menginginkan konflik batin yang lebih nendank. Lagi pula, bukannya Eloise sudah pernah bertemu Chris di novel kedua, saat Eloise di culik laskar kegelapan? Kenapa di sini seolah dia baru pertama kali melihat Chris?

Nyeh ... mungkin Eloise punya Goldfish Memory sepertiku. Ayolah, aku sedang berusaha berpikir positif!

Lagi enak-enak nikah, tiba-tiba Laskar Kegelapan nongol untuk membunuh mereka semua. Terjadilah pertempuran ala RPG di mana ucapan lebih banyak daripada tindakan. Lagi-lagi aku ingin menyerukan protes.

“Protes mulu lu, mah!”

Aku bukan kesatria, bukan penyihir tua yang bijak, bukan elf, apa lagi serafim. Aku hanya pembaca brekele tukang komentar dan julid. Tapi aku tahu pernikahan perdamaian antar dua negara besar seperti Lore dan Arcadia, yang dihadiri seluruh kesatria cahaya PASTI menjadi sasaran empuk Laskar Kegelapan yang memang sudah lama mengincar mereka. Benar, ‘kan?

Seharusnya nih ... Laskar Terang sudah berpikir panjang dan mengantisipasi ‘serangan dadakan’ apa pun demi kelancaran pernikahan dan perdamaian.

Heloow! Kalian punya NAGA, punya GRIFFIN, ELF, bahkan MALAIKAT dalam kubu kalian. Dan kalian masih kebakaran jenggot saat Laskar Kegelapan datang menyerang pada MOMEN PENTING yang seharusnya kalian jaga SUPER KETAT? IQ orang-orang di dunia Everna ini rata-ratanya berapaaaa!!! Aku geregetaaannn!!!!

Meskipun ada satu momen yang membuat kelopak mataku melebar dramatis, yaitu saat Robert kepergok membvnvh Alexis yang tengah terluka setelah Perang Pernikahan.

Are we getting a good twist for once?

Literally lima detik kemudian, aku tahu kalau itu bukan Robert asli. Kalian penasaran bagaimana aku mengetahui kalau itu bukan Robert asli? Karena penulis tidak membuat satu pun kalimat pujian untuk Robert palsu, bahkan malah menjurus ke negatif. Sedangkan begitu Robert asli muncul, penulis langsung menghujaninya dengan kalimat-kalimat pujian.

Sebentar, yah .... (Membenturkan kepala ke tembok) YOU brak! HAD brak! ONE brak! CHANCE brak! (tembok ancur)

Sampai mana kita tadi?

Nah, melihat kakaknya dibvnvh oleh mantan gurunya sendiri, Chris pun murka dan menyebut Robert sebagai pengkhianat. Meskipun dari awal tidak ada bonding antar Chris dan Alexis yang membuat kemurkaan Chris bisa dijustifikasi, But well ....

Robert pun bingung dan bertanyea-tanyea kok dia bisa dituduh tanpa alasan konkret. Ksatria Cahaya pun terpecah menjadi dua kubu Robert dan Chris. Sebab beberapa orang bersumpah bahwa mereka tengah bertarung bersama Robert sehingga mustahil dia membvnvh Alexis.

Kelompok Pro Chris mengatakan, “Tak perlu sihir untuk menjelaskan apa yang Pangeran Cristophe saksikan di atas sana. Si Robert ini memang sudah bertahun-tahun memendam dendam kesumat pada Alexis yang telah membunuh junjungannya. Begitu melihat kesempatan dalam kesempitan, digunakannyalah itu. Ia pasti juga memperalat Hernan sebagai alibi palsunya dan bersekongkol dengan entah siapapun yang menyamar menjadi dirinya. Robert membuat rekayasa seakan-akan ia ikut bertempur padahal sedang melakukan perbuatan keji itu. Mau bilang apa lagi kau sekarang, pengkhianat, Ksatria Cahaya palsu... Pewaris Vordac?”

Kalau aku ikut ke dalam perdebatan, aku akan menjawab. “Hmm, poin yang bagus. Tapi kalian tahu? Robert itu kesayangan penulis. Mustahil dia bersalah, bahkan kalau dia melakukan kesalahan dia tidak akan dianggap bersalah.” tapi yang lain pura-pura budeg sama pendapatku!

Lalu Pacc Paolo sebagai pihak netral pun mengatakan, “Menurutku ada kesalahpahaman di sini. Mari kita selesaikan baik-baik lewat jalur sewajarnya sesuai ajaran Vadis, jangan dengan main hakim sendiri.”

Adegan setelah ini begitu membingungkan bagiku, lantaran banyak sekali kontradiksi dari novel-novel sebelumnya. Seperti Lore yang malah melindungi Robert padahal dahulu dia DIBUANG tanpa satu pun orang membelanya.

Lalu di novel ketiga jelas-jelas para hakim setuju bahwa Robert tidak membunuh Paus dan bukan Pewaris Vordac karena auranya tidak menunjukkan demikian. Vadis sendiri lho yang ngomong! Semua tokoh menyaksikan persidangan itu, termasuk Chris. Eh, di sini malah Chris yang paling yakin kalau Robert pewaris Vordac dan membvnvh Paus.

Ya ... hal itu memang bisa dijustifikasi dari kesehatan mental Chris setelah kehilangan nyawa kakaknya serta kejiwaan ayahnya. Namun, sekali lagi terkesan out of character sebab dari awal perkenalan Chris tidak digambarkan sepeduli itu pada keluarganya, apa lagi ayah dan kakaknya yang katakanlah selalu membully-nya sampai dia memutuskan kabur.

Mungkin masalahnya ada di aku yang tidak bisa masuk ke karakter Chris dan memahaminya. Namun, dari awal penulis juga terlalu fokus pada Robert sehingga konflik batin Chris tentang keluarganya jarang sekali terekspos. Akhirnya ketika penulis berusaha membuat pembaca peduli pada Chris, dia malah membuat pembaca pusing tujuh keliling, sebab tidak paham harus bereaksi seperti apa.

Selanjutnya Chris dinobatkan sebagai Kaisar Sage, dia ingin Robert dihakimi di Arcadia, tapi Lore menolak sehingga mereka memutuskan untuk berperang ....

What is happening? Sebentar-sebentar mereka lagi nikahan, lalu aku berkedip sekali aja mereka langsung perang dunia ke-10. Semua terjadi begitu cepat, dan aku nyaris tidak bisa menyusul (mau nangis).

Setelah perang Lore dan Arcadia 2.0 pun masih ada beberapa perang lain di mana Laskar Kegelapan berhasil menguasai hampir seluruh daerah manusia. Ya ... bayangin aja LotR dan yang tersisa tinggal Gondor dan Rohan, kalau di sini yang tersisa tentu saja Lore dan Arcadia.

Kemudian di epilog kita disuguhi adegan Eloise diculik Laskar Kegelapan LAGI!

Oke, sampai sini kita harus lanjut.

We just gotta move on!

We need to move on!


C. Penokohan

Robert. (tarik gerobak) Kalian sudah tahu keluhan utamaku tentang Robert, ‘kan? Ya itu masih berlangsung di novel ini.

Pokoknya selagi sudut pandang masih menyorot Robert, kalian bisa lupakan tokoh lain, sebab penulis bakal All out untuk memui tokoh kesayangannya ini. Kalau ditanya tokoh Robert berkembang atau tidak juga keliru. Sebab dari awal Robert memang sudah mentok di Gary Stu, jadi tidak ada lagi perkembangan karena sudah maksimal.

Satu-satunya hal yang membuatku bersyukur adalah Robert tidak ikut bertualang mencari senjata Vadis sehingga tokoh lain punya kesempatan unjuk gigi tanpa harus di bayang-bayangi kesempurnaan Robert.

Perasaan negatif mulu ini anak di mataku, gak pernah ada bagus-bagusnya. Well ... Robert sudah mendapat kasih sayang berlimpah dari penulis, jadi aku bagian membeci supaya seimbang, h3h3!

Chris. Novel ini lebih banyak menyorot Chris, bahkan novel ini memang tentang Chris (sebelum Robert nongol lagi tentunya). Itu sangat menarik, aku suka setiap kali teman protagonis utama mendapatkan fokus konflik sendiri. Namun, seperti keluhanku di segmen Plot, kita belum terlalu mengerti konflik batin Chris selama ini sehingga segala keputusannya tidak bisa dijustifikasi. Kurang nendank, kurang barokah.

Hubungannya dengan Iris juga belum terlalu banyak mendapat sorotan, tapi tiba-tiba Chris sudah ‘jatuh cinta’ pada wanita lain tanpa memikirkan perasaan Iris lebih lanjut. Novel ini fokus menunjukan perkembangan karakter tokoh Chris dari serampangan dan konyol, menjadi bijak dan dewasa. Di beberapa adegan itu berhasil, tapi di beberapa hal juga gagal. Alih-alih dewasa Chris malah terlihat semakin kekanakkan.

Alexis. Kita selalu diingatkan bahwa Alexis adalah Chris versi lebih baik, lebih kuat, lebih pintar, dan lebih lain-lainnya. Akan tetapi, semua itu menggunakan metode Tell. Daripada menunjukkan betapa hebatnya Alexis, penulis malah menjabarkan sifat-sifat ‘lebih baik’ itu di narasi. Hampir seperti Robert, tapi tidak separah Robert.

Padahal kalau melihat tindak-tanduk serta keputusannya sepanjang novel Alexis tidak sehebat itu. Ya, dia memiliki jurus-jurus keren, digambarkan sangat tampan dan semua wanita menyukainya, disebut-sebut Kaisar Sage terbaik. Tapi itu dia masalahnya. cuma diSEBUTKAN, cuma di-TELLING.

Carolyn dan Paolo. Dua tokoh yang tidak pernah membuatku darah tinggi sejauh ini. Sayangnya penulis tidak begitu tertarik pada mereka sehingga mereka tidak diberikan banyak momen berfaedah selain bertarung.

Iris. Sosoknya muncul di sampul, tapi perannya tidak terlalu barokah, sampai menjelang akhir novel. Sebenarnya aku tidak yakin bgaimana perasaanku terhadap Iris. Dia termasuk kesayangan penulis dan rada Mary-Sue. Namun, penulis suka ngeles kalau Iris bisa jadi Mary-Sue karena dia seorang Elf, alias ras suci. Iye deh ....

Eloise. Damsel in distress AGAIN!

Rael. Elf penasehat.

Dan Lain-lain. 13 Ksatria Cahaya (termasuk Robert DKK) yang perannya gitu-gitu aja, sih. Pemanis untuk adegan pertempuran.

D. Dialog

Demi Neptunus dan Poseidon!

Aku tidak yakin bisa mengulas dialog novel ini tanpa terkesan mengejek, sebab dialog ala RPG sendiri menurutku sudah sangat komedik. Bayangkan di sebuah perang, tapi orang-orangnya malah saling ... ‘menggoda’ daripada benar-benar bertarung. Apakah ini normal untuk novel RPG?

Sekali lagi aku harus membandingkannya dengan Power Ranger dan apakah Power Ranger termasuk RPG? Novel ini jelas mengambil referensi LotR beberapa kali, tapi di LotR pun dialognya tidak terkesan RPG. Mungkin penulis mengambil referensi dari anime juga? Sebab cuma orang-orang anime yang bertarung pakai cara begini.

Ada satu adegan di mana Robert pura-pura pingsan sehingga Chris tertipu (mereka lagi duel ceritanya). Adegan itu sendiri sebenarnya bukan masalah. Yang jadi masalahku adalah percakapan mereka setelahnya.

Robert : “Sang murid melampaui guru? Kau terlalu berpuas diri. Tadi aku hanya berpura-pura terkapar pingsan agar bisa mengumpulkan tenaga, lalu menyerang secepat kilat.”

Chris : “Dasar curang! Tidak terhormat! Sebel, sebel, sebeeelll!!!”


Bercanda, deng! Chris tidak jawab begitu kok di akhir. Tapi haruskah mereka bercakap-cakap seperti itu? Aku sampai cengengesan dibuatnya! Entahlah, dialog itu terkesan tidak memiliki rasa, terlalu harfiah, juga agak komedik.

Ada lagi dialog yang menurutku sangat manjatuhkan vibe Fantasi Epik dan malah kembali ke vibe bocil playgroup. Yaitu saat tim Pro Chris dan Pro Robert bertengkar, lalu salah satu dari mereka berkata ....

“Kalau begitu keputusanmu, maka kau bukan mitraku lagi! Mulai detik ini kita musuh!”

Aku spontan menjawab. “Bodo amat, wleeee. Aku main ama Ucup ajah!”

SUDAAHHH!!!!

Aku tidak mau terkesan mengejek dialog-dialog novel ini. Aku mengapresiasi novel ini berserta segala ke-epik-an dunia di dalamnya. Hanya terkadang dialog-dialog yang digunakan terlalu ... Aku bahkan tidak tahu harus menyebutnya apa.

Jadi izinkanlah aku akhiri segmen ini dengan catatan bagus. Yaitu dialog antar Chris dan Eloise yang sedang berusaha menerima satu sama lain. Itu UwU dan terkesan natural. Kinda ship them, tho ....

E. Gaya Bahasa

YES! Ini segmen yang kutunggu-tunggu sebab aku menemukan lagi kekurangan dari gaya bahasa Serial Ksatria Cahaya selain RPG style (ekhem ... ini terantung selera), narasi puji-pujian terhadap Robert, serta terlalu banyak Telling daripada Showing sehingga alurnya ngebut dan melompat-lompat.

Apakah itu?

EKSPOSISI!!!

Aku tahu itu sebutan yang lebih populer untuk film, tapi di novel ini contohnya sangat banyak. Pertama di adegan Tim Chris melawan hewan bertentakel raksasa di dalam danau. Chris ingin memberitahu kita sebagai pembaca kalau itu bukan Kraken melainkan cumi-cumi biasa. Namun, cara dia menjelaskannya malah seperti ini ....

"Itu Kraken! Chris terkesiap. Oh, tidak. Mustahil. Kraken jauh lebih besar dari ini. Ini pasti cumi-cumi raksasa biasa, tapi tetap saja berbahaya!"

My Dude, kao tidak perlu memberitahu bahwa cumi-cumi atau gurita atau apa pun itu berbahaya di saat beberapa detik lalu tentakel-tentakel hewan itu MENYERANGMU! TENTU SAJA PEMBACA TAHU ITU BERBAHAYA!

Cukup berhenti di kalimat ‘Ini pasti cumi-cumi bisa’ dan semua akan beres. Kau mencoba terlalu keras menyuruh pembaca tegang dan waspada. We are not that dumb. Is this nit-pick? Kagak tau dah!

Terus lagi ada adegan Jenina flirty-flirty ke Alexis ....

"Matanya beradu pandang dengan Janna, wajah si gadis mungil itu langsung bersemu merah dan ia berbalik dan berjalan kembali cepat-cepat. Alexis hanya mengangkat bahu lalu kembali berjalan. Ia memang biasa ditatap seperti itu oleh wanita, jadi ini hanyalah hal biasa baginya."

Iya ... kita paham Alexis tamvan-rupawan dan tipe cool buoy, kulkas berjalan, kulkas ngesot. Jadi tidak perlulah kalimat terakhir itu ada di sana, memangnya pembaca harus selalu dikasih makan eksposisi? Dengan Alexis mengangkat bahu tak acuh, kita sudah tahu kalau dia biasa diperlakukan begitu oleh wanita, ayolaaaah!

Satu lagi supaya pas tiga contoh sehingga kritik yang kusampaikan terlihat konkret, h3h3 ....

"Carolyn yang baru bangkit mendengar teriakan kesakitan Hernan itu. Sebenarnya ia agak segan menolong pria beristri yang kerap kali menggodanya ini, tapi menyelamatkan nyawa haruslah tak pandang bulu."

Kalian mengerti maksudku? Haruskah ada penjelasan ‘tapi menyelamatkan nyawa harus tak pandang bulu’ di saat itu adalah common sense! Mereka satu tim, satu kubu, satu tujuan pula. TENTU SAJA mereka harus saling menolong tidak peduli seberapa sebalnya mereka terhadap satu sama lain.

Kalau mau menggambarkan Carol terpaksa menyelamatkan Hernan, buat saja dia mendengkus atau mengomel setelah melakukannya. Dengan begitu saja kita tahu kalau dia terpaksa menyelamatkan Hernan meskipun sebal padanya.

Masih ada beberapa contoh lagi, tapi biarlah kalian cari sendiri kalau-kalau ingin membeli novel ini dan mendapatkan first experience. Aku sedang berusaha mencari sisi yang kusukai dari Gaya Bahasa novel ini, sayangnya tidak kutemukan. Gaya menulis novel ini pun jauh lebih ngebut dari novel-novel sebelumnya padahal novel-novel sebelumnya juga sudah sangat ngebut.

F. Penilaian

Cover : 2

Plot : 2

Penokohan : 2

Dialog : 2

Gaya Bahasa : 2

Total : 2 Bintang


G. Penutup

Fyuuh, what a journey!

Aku lelah, bukan karena novel yang terlampau panjang melainkan alur secepat Marc Marquez di ajang MotoGP. Novel ini berpotensi besar menjadi epik. Sangat besar. Namun, alur novel ini terlalu terburu-buru sehingga banyak hal yang seharusnya bisa dieksplor lebih dalam.

Aku rasa novel ini cocok bertukar tempat dengan Serial Bumi. Karena serial Bumi tidak seharusnya sebanyak itu padahal isinya itu-itu saja Di sisi lain Ksatria Cahaya butuh perkembangan, sangat butuh dipilah-pilah kembali menjadi banyak buku demi memperdalam hal-hal penting yang masih dangkal.

Itu terdengar lebih masuk akal, dan aku tidak akan mengeluh kalau novel Ksatria Cahaya terlalu panjang karena memang konsepnya epic-fantasi. World Building-nya saja bisa mengabiskan satu buku, dan itu memang seharusnya. 

Naga Hijau ini kubilang punya konflik paling menarik daripada pendahulunya. Aku benar-benar dibuat semangat di beberapa adegan, sampai semangat itu diruntuhkan oleh sesuatu yang ... brekele.

Nah, segitu dulu review dariku. Kita pasti bertemu lagi di novel kelima Fajar Hitam, dan semoga tidak butuh waktu satu tahun!!!

Sampai jumpa di review selanjutnya ^o^/

Everytime Robert Annoys Me

Cara penulis membedakan Robert Asli Vs. Robert Palsu

Robert being writer's favourite as always

Lu kan selama ini jadi pemimpin! Kagak usah sok merendah deh, Semvak!

Comments

  1. Yah, mau bilang apa lagi. Toh saya tidak bisa menyenangkan semua orang. Asli kalau mau saya sanggah, bisa jadi 1 novel lagi. Tapi memang waktu itu yang saya "lihat" dan 'dengar di Dunia Everna memang sebanyak itu. Dan saya sudah berlatih terus supaya bisa menyaksikanblebih banyak lagi. Tapi kalau semua detilnya saya paksakan ungkap, bisa minimal 7 buku untuk 7 arc dan saya yang kelelahan, nanti malah melantur.

    Segala dialog dan narasi yang terjadi memang mengalir seturut imajinasi yang menangkapnya. Kadang terdengar seperti anak TK atau terlalu sederhana, tapi memang seperti itulah yang terjadi.

    Sisanya kembali ke selera masing-masing. Saya kalau baca novel2 Eragon, Tere Liye, GoT, LotR dsb bisa ketiduran. That's what I've got, naturally.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jujur aku nggak keberatan kalau novel ini sampai puluhan buku asalkan setiap konfliknya diperdalam, karena novel seepik ini sayang kalau cuma 5 buku yang nyaris setiap bukunya tidak sampai 300 halaman. Tapi tentu saja semua kembali pada kehendak penulis dan aku memberi review semata-mata untuk mengapresiasi. Semoga gak ada duri ikan di antara kita hehe ....

      Kalau nggak keberatan, aku mau izin mereview novel terakhir dari seri ini, demi mengikuti motto 'apa yang dimulai harus diselesaikan'. Dan ya ... Bittersweet Symphony sudah masuk ke daftar bacaku. Setelah aku punya novelnya, pasti aku baca. (Mungkin aku review juga kalau boleh?)

      Terima kasih atas tanggapannya ^^

      Delete
  2. Jadi, khusus buat kamu saya rekomendasikan novel Everna yang Bittersweet Symphony saja, mungkin bisa lebih memuaskan selera kamu. Sedangkan segala rating dan review itu tidak bisa saya jadikan patokan karena memang berdasarkan selera.
    Btw terima kasih utk reviewnya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan